web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ujung Tombak Sekolah

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Bangga dan haru menyelimuti relung hati para guru SMK Pariwisata ANCOP saat menyaksikan anak didiknya menamatkan pendidikan dengan baik. Apalagi saat menyaksikan beberapa anak murid mampu mengejar mimpinya untuk mengejar pengalaman hingga bertandang ke negeri orang.

Siswi-siswi sedan belajar Bahasa Inggris.

Laporan terakhir menyebutkan ada delapan alumni yang bekerja di luar negeri. Tercatat dengan rincian sebagai berikut: empat orang alumni yakni Melfred, Karlos, Robin, Nanda tengah bekerja di Hilton Salwa Beach & Resort Qatar, dua orang alumni lainnya Desy dan Ota bekerja di Hotel Raffles Dubai, Uni Emirat Arab, serta dua orang selanjutnya, Ertin dan Roland di Hyatt Regency Aqaba Ayla Resort Yordania.

Kian Terpacu

Prestasi para siswa ternyata turut memacu para guru untuk semakin memberikan kualitas terbaik dalam panggilannya sebagai guru. Salah satu guru yang terpacu adalah guru front office, housekeeping, dan product creative, Teddy Kaona. Pria yang baru bergabung pada Januari 2021 ini tak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat menyadari para murid memiliki daya saing internasional. Ia melihat ini dimungkinkan bukan saja secara akademis para murid didorong untuk maju, tetapi sistem pendidikan sekolah ini membantu orang muda mengenali dirinya sehingga kepercayaan diri terbentuk.

“Terlepas dari beberapa kendala seperti jaringan internet, listrik, air, tetapi ANCOP selalu tanamkan ke anak didik pertama-tama harus punya rasa percaya diri,” terang Teddy. Nilai kepercayaan diri inilah yang memacu anak ingin kreatif.

Selain itu, Teddy menilai keberhasilan ANCOP juga dilihat dari kualitas guru yang tidak hanya berlatarbelakang pendidikan sarjana strata satu tapi juga magister. “Ini juga yang menjadi salah satu rahasia SMK ANCOP lebih maju dibandingkan dengan sekolah lain di Kabupaten Flores Timur,” tegasnya.

Teddy pun mengaku sangat bangga bisa menjadi bagian dari keluarga besar ANCOP. Nama ANCOP telah ia dengar sejak masih menuntut ilmu di Kupang. Di sekolah ini ia semakin ingin berkembang menjadi pribadi dan guru yang selalu berinovasi. Dengan dibukanya ANCOP, ia menjelaskan, ada lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat dan terlebih akses jalan diperhatikan pemerintah. “Ini jadi berkat tersendiri untuk masyarakat sekitar,” sebutnya.

Memanusiakan Manusia Muda

Selain Teddy, Guru Agama Katolik, Rofinus Pati juga menyampaikan rasa bangganya. Pria yang telah mengajar sejak 1 Maret 2018 ini menilai fasilitas ANCOP mendukung untuk melaksanakan proses pendidikan yang memanusiakan manusia muda (peserta didik).

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Bagi lulusan Magister Universitas Gadjah  Mada jurusan Agama dan Lintas Budaya ini, sekolah adalah kebun anggur Tuhan dengan “tanaman” yang bergerak dan penuh cita-cita. “Anggur dalam hal ini adalah para remaja, tunas harapan Gereja dan bangsa,” terang lulusan Sandwich Program untuk S2 di Radboud University, Nijmegen, Belanda ini.

Dengan lugas ia menerangkan betapa hatinya tertambat untuk mengajar di ANCOP karena terdorong oleh moto Yayasan “Angkat Citra Orang Papa”. Memang benar, ia memberi pengertian, wajah Allah selalu nyata hadir dalam banyak anak-anak yang berkekurangan. Untuk itu, membantu, mengajar, mendidik, dan mempersiapkan masa depan mereka adalah sebuah cara mengangkat dan memuliakan Allah sendiri yang tampak pada wajah generasi muda.

Rofinus turut mengagumi betapa anak-anak kritis dalam bertanya. “Mereka ingin agar mereka didengarkan. Jikalau kritik yang mereka berikan dijawab secara jelas dan masuk akal, mereka akan semakin termotivasi  untuk belajar,” ungkapnya. Berhadapan dengan anak pun diakuinya harus memiliki kerendahan hati karena akan menarik simpati anak kala berhadapan dengan guru yang antikritik. Ia berujar, “Rasa ingin tahu dan daya eksplorasi murid besar sehingga guru pun harus terus membekali diri,” tuturnya.

Peran Pendidik

SMK ANCOP berhasil menamatkan 136 siswa. Angkatan Pertama 60 orang dan Angkatan Kedua 76 orang. Ini merupakan pengalaman berkesan bagi Marlis Du’a.

Guru mata pelajaran produktif yakni Komunikasi Industri Pariwisata kelas X dan Pemanduan Perjalanan Wisata untuk kelas XI dan XII ini membeberkan alasan tertarik mengajar di sekolah ini. Mengetahui ANCOP merupakan sekolah yang dibangun karena perwujudan kasih Tuhan melalui Uskup Larantuka, Yayasan ANCOP, dan para donatur untuk mengangkat citra kaum papa yang ada di Flores adalah hal yang paling menyentuh hati.

Selain itu, sekolah ini adalah satu-satunya sekolah khusus bidang pariwisata yang ada di Kabupaten Flores Timur. Tentu ini sangat berpotensi besar menciptakan generasi penerus bangsa yang mampu mengembangkan potensi wisata daerah Flores Timur, NTT, nasional, bahkan internasional. “Menjalankan peran sebagai seorang pendidik yang bertugas untuk mencerdaskan anak bangsa adalah panggilan yang menarik saya secara pribadi,” akunya.

Marlis menilai keunggulan ANCOP terletak pada visi misi yang terintegritas. Aspek spiritualitas kristiani ditekankan. Selain itu, konsep asrama membuka ruang pembentukan karakter bagi peserta didik. Letak yang sangat strategis jauh dari perkotaan, turut membantu siswa berkonsentrasi untuk belajar dan hidup teratur sambil didukung fasilitas yang memadai. Kunjungan tenaga praktisi kejuruan yang sangat profesional dalam setiap tahun sangat membantu sehingga lulusan ANCOP siap untuk bekerja.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Ia pun berharap, “Semoga ANCOP mampu menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, memiliki karakter, iman, dan potensi diri berdasarkan spiritulitas kristiani sehingga siap menjadi pelaku perubahan yang baik bagi masyarakat dan bangsa.”

Lakukan Terobosan

Tidak hanya bangga dengan prestasi gemilang para alumni, Wakasek Bidang Kurikulum, Anastasia Rari Sili juga senantiasa mencoba melaksanakan terobosan bagi pendidik agar mutu tetap terjaga. Sejak terpilih menjadi wakasek bidang kurikulum tahun 2020, ia dengan sigap segera merapikan arsip bidang kurikulum yang dinamakan dokumen 1. Disiplin administrasi guru juga diketatkan. Bersama kepala sekolah melakukan observasi kepada tiap guru agar dapat dibuatkan penilaian dan evaluasi. “Ini semua dibuat untuk meningkatkan kualitas masing-masing guru,” ungkapnya.

Menurutnya, seorang guru ANCOP harus memiliki disiplin tinggi karena sekolah berasrama. Harus kreatif karena SMK bertugas mendidik anak-anak untuk masuk dunia kerja. Serta yang paling utama, guru harus memiliki nilai religiositas yang baik tetapi dengan cara yang kreatif agar murid bisa melihat penerapannya di berbagai sendi kehidupan.

Kelahiran 24 November 1990 ini berkisah, sebagai guru Bahasa Inggris, ada kekuatan yang ia timba dari pengalaman. Suatu kali seorang murid gagal total dalam ujian.

Perempuan yang pernah mengajar di pedalaman Nabire, Papua ini sangat kecewa dengannya. Ia pun menasihati anak itu dan anak itu merespons. Dengan tangis ia berjanji agar mau belajar dengan tekun. Tiap hari anak itu datang ke mejanya mengambil kosakata Bahasa Inggris baru. Tak lupa disuruhnya anak itu membaca buku berbahasa Inggris. Hingga akhirnya ia terpilih untuk melaksanakan PKL di Jakarta. Di sana ia ditempatkan di departemen front office, namun sayang ia gagal melaksanakan tugas itu dan dipindahkan ke bagian dapur.

Diliputi kekecewaan, Anastasia menghiburnya agar jangan lekas menyerah dan terus berusaha dan jangan malu berproses. Anak itu pun lulus dengan nilai baik dan menjadi tentara. “Pengalaman ini sungguh berharga karena ada contoh nyata seorang anak yang mampu mengubah kekecewaan menjadi motivasi untuk sukses. Terkadang teguran sedikit keras diperlukan untuk mendidik,” sebutnya.

Anastasia juga menekankan bahwa pendidikan karakter melalui Youth for Christ hanya ada di ANCOP. Ini tidak ada di sekolah lain dan struktur kurikulum secara nasional. “Kami masukkan pelajaran ini dalam struktur kurikulum secara resmi sehingga terakomodir di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dan ada dalam jadwal pelajaran tiap kelas dua jam,” jelasnya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Lanjutnya, pelajaran ini memberikan tinjauan biblis yang menggabungkan pengembangan karakter pribadi dan team building, kemudian diperkuat dengan siraman rohani dari Pater Yosef Kapitan Teluma, SVD.

Harus PD

Selama delapan tahun Pater Yosef Kapitan Teluma, SVD bekarya di Autralia kemudian Mgr. Kopong Kung memanggilnya untuk melanjutkan kerasulan di ANCOP pada tahun 2017. “Saya mempunyai dua tugas di sini, pertama sebagai pembina rohani. Saya menjalankan tugas rohani seperti mengadakan Ekaristi, dan juga pelayanan sakramental. Begitu juga dengan mengadakan retret atau rekoleksi. Tugas saya juga melihat bagaimana perkembangan iman, tidak hanya siswa tapi guru dan karyawan. Kedua, mengajar Bahasa Inggris,” jelasnya.

Bagi Pater Yosef, hadirnya ANCOP adalah sebagai pencetak kader-kader orang muda Katolik yang militant. Mereka dididik agar beriman, berakhlak yang baik, sanggup membawa kabar gembira kepada sesamanya dan orang di sekitarnya.

Siswa-siswi sedang berdoa bersama i kapel. (Foto: Dok Yayasan ANCOP)

Tidak ada spiritualias khusus. Namun, Pater Yosef menciptakan semangat beriman dengan melatih mereka berdoa, misalkan rutin Doa Rosario ketika Bulan Maria. Kerap kali mengajak para siswa kunjungan ke stasi-stasi, pelayanan sebagai kor, dan sebagainya.

“Siswa juga dilatih membawakan Mazmur, bacaan-bacaan dalam perayaan Ekaristi. Jadi mereka harus percaya diri (PD)! Harus berani menampilkan diri mereka. Ketika mereka berbaur di masyarakat, mereka sanggup menampilkan warna kristianinya, dan juga mewujudkan iman yang nyata dalam keseharian,” tegasnya.

Selain itu, mawas diri dan bisa hidup berdampingan dengan masyarakat luas juga dibutuhkan bagi seorang lulusan ANCOP.  Bisa tahan banting menghadapi arus globalisasi ini.

Pater Yosef menerangkan bahwa intinya sekolah ini  membantu para peserta didik bertumbuh menjadi pribadi yang percaya akan dirinya. “Kami mau supaya mereka hidupnya baik secara materi juga rohani setelah lulus sekolah. Inilah arti answering the cry of the poor, kehidupan mereka diangkat menjadi lebih baik,” tuturnya.
Merasa bahagia. Itu yang diharapkan oleh Pater Yosef bagi siswa yang menjalani studinya sini. Begitu juga setelah lulus, ada rasa senang dan bangga bisa berposes bersama keluarga besar ANCOP. Walaupun ada hambatan dan tantangan, ketidaknyamanan itu bisa dijalankan dengan rasa bersyukur.

Felicia Permata Hanggu dari Likotuden, Larantuka/Karina Chrisyantia

HIDUP, Edisi No. 47, Tahun ke-75, Minggu, 21 November 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles