web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Romo Yustinus Dwi Karyanto: Diundang untuk Berperan Bukan “Baperan”

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – MENYAMBUT Sinode Para Uskup Sedunia, Paroki St. Fransiskus Assisi, Keuskupan Bogor mengadakan rekoleksi hari Minggu, 21/11/2021 di Aula St. Michael.  Rekoleksi diawali dengan pengantar dari Panitia Pengarah Keuskupan Bogor yang diwakili Anton Sulis, dilanjutkan dengan narasi refleksi tentang “Transformasi Pelayanan Gereja”.

Sharing kelompok berjalan cukup hangat. Masing-masing peserta meluapkan unek-uneknya terhadap situasi Gereja saat ini. Banyak masukan sekaligus harapan terhadap klerus, pengurus Gereja terutama dalam cara kerja pelayanan selama ini.

“Saya sangat senang dapat ikut ambil bagian dalam rekoleksi ini. Ternyata begitu banyak  pergumulan yang dialami umat selama ini. Seperti kurangnya pelayanan terhadap disabilitas atau anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan menghadirkan sekolah khusus bagi mereka di Keuskupan Bogor. Dalam situasi sulit ini (pandemi) juga ada yang merasa belum mendapatkan sapaan atau belum dikunjungi. Demikian juga dalam situasi pandemi, anak-anak dan lansia yang belum diperbolehkan ke gereja kemudian diakomodir,” ungkap Medy Mutis peserta mewakili kelompok kategorial.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai
Seorang peserta sedang berbagi pengalaman.

Sementara itu Yustinus Suhardi mengungkapkan, “Sekarang ini sulit mencari orang Katolik yang mau terlibat dalam pelayanan di masyakat seperti  menjadi pengurus RT/RW atau menjadi panitia kegiatan dilingkungan masyarakat setempat, seperti ada ketakutan atau belum mau membuka diri”.

Kerinduan akan kunjungan gembala di tengah-tengah umat juga menjadi perhatian peserta. Ada pula kebingungan umat bila sedang mengalami masalah dalam keluarga, mau pergi ke mana? Tidak tersediaannya tempat doa yang dibuka selama 24 Jam. Tempat untuk menenangkan diri ketika mendapatkan masalah.

“Saya sangat senang sekali dapat hadir di sini. Kami diajak untuk menggali pelayanan di Gereja,” ujar Henrica, peserta lain.

Anton Sulis mengapresiasi antusiasme umat hadir untuk berbagi pengalaman dan menyampaikan banyak masukan.

Hal senada disampaikan Romo Anton Widarto, OFM. “Saya bersyukur karena setiap peserta membagikan pengalamannya berbincang-bincang dan dibagikan dalam kelompok-kelompok yang cukup aktif sehingga menjadi sumbangan yang nyata dan menjadi bekal terhadap peserta yang hadir. Roh Kudus berkarya secara nyata melalui setiap pribadi dan mendorong setiap orang untuk membagikan pengalamannya,” ujarnya

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Romo Yustinus Dwi Karyanto selaku Pastor Paroki berharap umat dapat berjalan bersama bukan untuk dua atau tiga tahun tetapi sepanjang Gereja ini hidup. “Jadi supaya semangat dalam berjalan bersama saling berkomunikasi, saling memberikan usul-usul yang baik. Hal itu kita lakukan dengan tulus untuk perkembangan Gereja, agar makin hari makin baik demi kemuliaan Tuhan. Supaya apa yang dikehendaki Bapa Paus  sungguh-sungguh kita wujudkan di dalam  hidup menggereja kita khususnya di paroki kita ini,” tuturnya.

Rekoleksi ditutup dengan Misa. Misa dipimpin Romo Yustinus Dwi Karyanto didampingi Romo Agustinus Anton Widarto, OFM, Romo Agustinus Adi Indiantono, Romo Petrus Sunusmo Galih Widodo dan Diakon Albertus Aris Bangkit Sihotang.

Dalam homilinya Romo Anton Widarto menegaskan, Gereja adalah komunitas, keluarga yang berjalan bersama dengan berbagai karunia dan kekuatan dan kelemahan di dalamnya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

“Kita diingatkan bahwa kita adalah keluarga yang sedang berjalan bersama. Kita adalah keluarga yang berdoa. Kita adalah keluarga yang saling menguatkan dalam sebuah peziarahan dalam sebuah perjalanan. Lebih dari itu kita juga diingatkan bahwa perjalanan kita akan menjadi sebuah perjalanan yang penuh rahmat ketika perjalanan kita ddisertai oleh  berkat dan tuntunan Roh Kudus yang mengingatkan kita. Kita diberi rahmat untuk melihat yang baik. Kemudian secara bersama-bersama, kita memperbaiki apa yang kurang. Dengan demikian kita mempunyai penghargaan  satu dengan yang lain. Siapapun kita, apapun kelebihan dan kekurangan kita, kita semua diundang untuk berperan bukan baperan untuk beraksi bukan untuk memberi sangsi.  Bukan menuntut ini dan itu tetapi kita diminta untuk terlibat dalam Gereja, keluarga dan masyarakat,” ujarnya.

Laporan A. Sudarmanto (Bogor)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles