HIDUPKATOLIK.COM – Muhamad Yunus berjalan penuh kepastian ke depan altar sebuah Gereja Katolik di Golo Mongkok, Desa Watu Mori, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) Flores, NTT.
Lelaki 53 tahun itu menggunakan peci berwarnah putih bergaris hitam. Yunus mengapit anaknya Andini Nita Ngongo yang akan menerima Komuni Pertama. Selain Yunus yang beragama Islam, Andini juga diapit ibu asuhnya, Siti Mira yang juga beragama Islam.
Yunus dan Siti mengantar Andini untuk menerima Komuni Pertama di Gereja Katolik Rana Mese. Situasi itu mendatangkan rasa kagum dan haru bagi umat Katolik yang mengikuti perayaan Ekaristi tersebut. “Kami merasakan sebuah pengalaman yang begitu indah. Kami tidak tahu di tempat lain, tetapi pengalaman seperti ini rasanya sering terjadi di Manggarai, Nusa Tenggara Timur,” ujar Alfonsus seorang umat yang hadir dalam Misa tersebut, Kamis, 25/11/2021.
Yunus menuturkan, anaknya sejak kecil selalu bermain dengan anak-anak Katolik. Ia juga kerap diajak ke Gereja, mengenal para pastor, suster, atau frater. Sering sekali dia bertanya banyak hal tentang pribadi pastor atau suster, bahkan tentang Bunda Maria. Memang hal ini membuat Andini lebih merasa nyaman di Gereja Katolik.
“Sebagai orang tua, saya hanya mendukung apa harapan dan keinginannya. Saya tidak membatasi apalagi menentang keputusannya menjadi seorang Katolik. Saya melihat waktu dekat dengan Gereja, ada banyak perubahan sikap seperti disiplin dan nilai-nilai di sekolah lebih bagus,” sebut Yunus.
Desa Watu Mori sejak dahulu sudah dikenal sebagai desa yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. “Semangat toleransi kampung ini memang sangat terpuji dan terakui. Bagaimana tidak, setiap perayaan besar umat Katolik, remaja masjid dan orang tua laki-laki Muslim pada ambil bagian dalam menjaga keamanan perayaan Misa. Seperti perayaan Natal dan Paskah,” ujar Relis Gagu, warga desa tersebut.
Relis melanjutkan, dirinya percaya akan kebesaran Tuhan yang terjadi pada peristiwa-peristiwa seperti ini. Tidak ada paksaan dari siapapun untuk menjalankan agama, tidak juga dari orang tua atau orang luar. Setiap orang bebas memilih dan menjalankan ajaran agamanya masing-masing.
Sementara Siti (kakak dari ibu kandung Andini-orang tua asuh) menambahkan, keponakanya Andini memilih menjadi warga Katolik bukan paksaan dari siapapun. Dia bebas memilih karena pergaulan dan melihat corak hidup orang Katolik yang penuh damai dan cinta kasih.
“Meski dia sudah menjadi Katolik dan keluarga kami Muslim, kami tidak membedakannya. Andini tetap mendapat perhatian dalam keluarga, diterima dan dicintai,” ujar Siti sambil berharap Andini kelak bisa menjadi seorang biarawati.
Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Antonius Regaldo Goban (Manggarai)