HIDUPKATOLIK.COM – LAMPU lalu lintas itu berubah menjadi merah, ketika saya sampai di perempatan suatu jalan raya. Saya melihat seorang bapak yang berdiri di pinggir jalan sambil meniup sebuah seruling. Mata bapak itu sepertinya bermasalah, ia tidak bisa melihat dengan jelas. Ia berjalan pelan-pelan sambil membawa kantong plastik besar di tangannya. Ia berharap ada orang yang tergerak hatinya dan memasukkan uang ke kantong plastiknya itu.
Saya mencoba merogoh isi kantong jaket dan menemukan beberapa lembar uang kertas. Saya mengambilnya dan memasukkan uang itu ke dalam kantong plastik bapak itu. Beberapa menit kemudian lampu lalu lintas terlihat telah berubah menjadi hijau. Saya pun bergegas untuk berlalu dari perempatan jalan itu bersama sepeda motor yang saya kendarai.
Pengalaman kecil ini membuat saya merenung dalam diam, sambil terus menelusuri jalan raya yang saya lalui. Menurut saya, peristiwa ini merupakan salah satu contoh suatu pengalaman mengasihi sesama. Mengasihi sesama di suatu tempat dan keadaan yang tidak saya rencanakan.
Saya pun berandai-andai kala itu. Andaikan tadi saya tidak tergerak hatinya untuk memberi lalu pergi begitu saja. Mungkin saya akan merasa menyesal karena telah melepas suatu ajakan hati nurani untuk peduli kepada sesama. Tapi bisa saja hati nurani saya ini juga tidak merasakan apa-apa atau tidak peka akan peristiwa itu. Puji Tuhan, ternyata hati saya masih bisa tergerak untuk mengasihi dan berbagi sedikit yang saya punya.
Kasih merupakan inti dari ajaran Kristiani. Setiap orang Kristen memiliki tugas utama untuk saling mengasihi. Untuk mewujudkan kasih, orang sering menghadapi tantangan. Apa saja tantangan kasih itu?
Pertama, sikap sombong. Setiap orang pada dasarnya mempunyai naluri untuk bisa mengasihi sesamanya dengan baik. Tetapi terkadang keinginan untuk mengasihi itu berubah karena munculnya kesombongan diri sendiri. Merasa diri sendiri lebih baik dari orang lain. Tujuan mengasihi sesama itu menjadi berubah. Mau mengasihi sesama jadi pilih-pilih orang, tempat dan keadaan. Karena itu ingatlah selalu, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” (1 Kor 13:4)
Kedua, sulit mengampuni. Mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita adalah sangat mudah. Tetapi sebaliknya, bila mau mengasihi orang yang pernah menyakiti hati kita itu sangatlah susah. Karena saya atau anda akan berpikir, untuk apa saya mengasihi dia?? Apa untungnya bagi saya?
Dibutuhkan suatu kerendahan hati untuk bisa belajar menerima dan melupakan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dan yang tidak mengenakkan itu. Belajar dan berusaha terus untuk bisa mau mengampuni terlebih dahulu, dan baru bisa belajar untuk mengasihi orang lain. Melepaskan semuanya dan tidak mengingat-ingatnya kembali. Oleh karena itu, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kol 3:13)
Ketiga, merasa diri paling benar. Dalam mengasihi, kita juga perlu menerima suatu kritikan atau pendapat orang lain. Karena apa yang kita lakukan belum tentu selalu benar. Bisa saja apa yang kita lakukan untuk mengasihi sesama itu salah dan merugikan orang lain. Karena itu saya juga terkadang membutuhkan seorang sahabat untuk membantu bertukar pikiran dalam melakukan sesuatu. Apa yang saya atau anda lakukan sebaiknya hanya untuk menyenangkan hati Tuhan yang Maharahim dan Mahamengampuni. Karena, ”Supaya dunia tahu bahwa aku mengasihi Bapak, aku melakukan apa yang Bapak perintahkan kepadaku” (Yoh. 14: 31).
Demikianlah setiap orang Kristiani dipanggil untuk selalu waspada terhadap tiga sikap di atas. Sikap yang harus terus dihindari dan berusahalah untuk memberikan yang terbaik kepada sesama. Mengasihi sesama sebaiknya didasari oleh karena merasa Tuhan yang hadir didalam kehidupan ini telah terlebih dulu banyak memberi dan mengasihi. “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yoh. 4:10).
Di masa pandemi ini banyak cara yang bisa saya dan anda lakukan untuk mengasihi sesama. Tidak harus terpaku pada materi atau uang yang kita punya. Tetapi bisa juga dilakukan dengan memberikan dukungan, berdoa dan berbagi kebaikan dari apa yang kita punya kepada sesama. Tuhan sangat mencintai dan mengasihi saya dan anda, oleh karena itu sudah layak dan sepantasnya kita membalas kebaikan-Nya. Saya berusaha untuk menjalani hidup ini dengan baik. Memberikan semua hidup, usaha dan karya hanya untuk memuliakan nama-Nya.
Mari kita saling mengasihi karena kasih Allah selalu hadir dan berlimpah di dalam hidup setiap orang.
Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga, Alumni KPKS Tangerang
Makasih bu Evi…