web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Leonardus Jonatan Christie: Bikin Tanda Salib, Kebiasaan Sejak Kecil

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – SERTA Jojo, sapaan akrab Leonardus Jonatan Christe (24 tahun), memenangkan laga penentuan kemenangan Indonesia atas China pada ajang Piala Thomas di Denmark, 9-17 Oktober lalu, ia langsung membuat tanda salib. Para official dan pemain lain pun berhamburan ke tengah lapangan memeluknya. Mereka larut dalam suakcita atas keberhasilan tim Piala Thomas Indonesia, setelah 19 tahun menunggu, membawa piala bergengsi itu ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Kebiasaan Jojo berdoa sesuai pertandingan memang bukan yang pertama kali ia perlihatkan di tengah lapangan. Dalam ajang lain pun ia tak pernah alpa akan doa singkat itu. Ibunda Jojo, Teresia Marlanti Djaja alias Dewi mengatakan, sejak kecil Jojo sudah biasa melakukan hal seperti itu. Kebiasaan itu tak muncul setelah jadi atlet nasional. “Kalau berdoa, selalu membuat tanda salib,” ujar Dewi saat dihubungi Rabu, 3 November 2021 lalu. Kebiaasan itu, hingga di usia ke-24nya ini, oleh anak kedua dari pasangan Dewi dan Andreas Adi Siswa ini, tak pernah dilupakan baik di dalam maupun di luar lapangan bulu tangkis.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai
Jojo bersama kedua orang tuanya. (Foto: Dokpri)

Jojo, kelahiran Jakarta, 15 September 1997 ini, sudah menorehkan sejumlah prestasi gemilang baik pribadi maupun tim untuk mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Misalnya, pada ajang Asian Games 2018 lalu ia mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. Namanya dielu-elukan. Namun dengan rendah hati, saat itu ia mengatakan, pencapaian itu karena kabaikan Tuhan. “Karena Tuhan Yesuslah saya bisa menjadi juara. Jika sedang berada dalam keterpurukan, percayalah waktu Tuhan selalu tepat, tidak lebih cepat dan tidak lebih lama,” ujar Jojo tentang torehan emasnya itu.

Selain tekun dalam doa, hati Jojo pun mudah terketuk oleh rasa belas kasihan kepada sesama yang kecelakaan, kekurangan atau terkena bencana alam seperti gempa di Palu dan Lombok tahun 2018. “Jiwa sosialnya memang tinggi, walau pun kami sebagai orangtua enggak ajarin itu, tapi hati Jojo sendiri yang tergerak. Hati Jojo memang begitu kalu melihat orang kekurangan atau kesusahan,” ujar Dewi tentang putra keduanya yang menyelesaikan SD di Sekolah St. Antonius, Paroki Santo Antonius, Bidara Cina, Jakarta Timur ini.

Baca Juga:  Percakapan Terakhir dengan Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM

Sambil beharap Jojo terus memberikan yang terbaik di bidang bulu tangkis bagi Indonesia, Dewi mengatakan, prestasi demi prestasi yang diraih anaknya tak lain karena campur tangan Tuhan. “Kalau Tuhan tidak ikut campur tangan, Jojo enggak akan jadi apa-apa,” ujar Dewi yang selau memberi dukungan pada putranya untuk meraih impian-impiannya ke depan.

FSS

HIDUP, Edisi No. 46, Tahun ke-75, Minggu, 14 November 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles