HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 14 November 2021 Minggu Biasa XXXIII Dan.12:1-3; Mzm.16:5, 8, 9 10, 11; Ibr.10:11-14, 18; Mrk.13:24-32
NUBUAT tentang kedatangan kembali Tuhan diungkapkan dalam Injil hari ini. Topik tentang “akhir zaman” sering menggemparkan jemaat Kristiani dari berbagai denominasi Gereja. Muncul berbagai ramalan yang kemudian tidak terbukti kebenarannya tetapi cukup mencemaskan banyak orang yang percaya akan hoax rohani itu. Kedatangan kembali Kristus adalah suatu kepastian dan bukanlah suatu berita bohong. Ia baru menjadi berita hoax jika ada orang secara tepat berani menentukan kapan hal itu terjadi. Kepastian seperti itu tidak diajarkan Yesus. Sebaliknya Yesus menegaskan bahwa: “tentang hari atau saat itu, tidak ada seorang pun yang tahu…Hanya Bapa yang tahu!” (Mrk.13:32).
Jika demikian, apa maksudnya Yesus menubuatkan tentang akhir dunia? Maksudnya jelas bukan untuk membuat gempar atau menabur ketakutan pada orang beriman. Warta tentang kedatangan kembali Tuhan justru dan seharusnya menjadi berita gembira bagi orang beriman yang hidup benar di hadapan Allah. Ia menjadi landasan kuat bagi orang beriman agar menyambut kedatangan kembali Tuhan itu dalam suatu tekad untuk terlibat dan mewujudkan imannya secara bertanggung jawab di masa kini. Masa kini menjadi landasan kokoh untuk merajut terbangunnya optimisme iman di masa depan. Kedatangan Kristus kembali dimaknai sebagai kesempatan bagi orang beriman untuk mempersiapkannya sekarang ini.
Kesempatan mempersiapkan kedatangan kembali Tuhan itu kita ungkapkan setiap kali kita merayakan Ekaristi. Salah satu jawaban kenangan (anamnesis) iman yang kita ucapkan dalam perayaan Ekaristi adalah: “Kristus telah wafat, Kristus telah bangkit dan Kristus akan datang kembali.” Kita juga mengungkapkan keyakinan itu dalam Syahadat Iman (credo) Para Rasul ketika kita mengatakan: “Ia akan datang mengadili orang hidup dan yang mati,” atau rumus yang lebih panjang dalam Syahadat Iman (credo) Nikea-Konstantinopel: “Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati.”
Menjalani kehidupan iman antara kedatangan Yesus yang pertama, yang terus berlangsung dalam perjalanan hidup Gereja masa kini dan menyambut kedatangan Kristus yang kedua, kita dihadapkan pada situasi pertempuran atau perjuangan antara yang baik dan yang jahat. Di tengah ketegangan di atas, orang beriman dapat merasa putus asa. Seringkali orang beriman merasa dikalahkan dan bahkan masuk dalam situasi tersingkir oleh nilai-nilai yang dianutnya. Orang tidak beriman tampak lebih sukses, kelaliman menang, kekuasaan otoriter tak terkalahkan, korupsi, pemerasan, bahkan ada penganiayaan dan penderitaan hebat tampak memenangkan pertempuran. Menjawab segala kegalauan dan kegelapan iman di atas warta kedatangan Kristus yang kedua menjadi oase bagi kesuburan hidup rohani. Dunia yang tampak diliputi kuasa kegelapan diberi terang dan cahaya baru dari perpektif iman.
Tanda-tanda harapan bahwa dunia yang diperjuangkan saat ini bernilai untuk kehidupan yang akan datang mulai tumbuh dalam nubuat Daniel dalam bacaan hari ini: “orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala…dan akan bercahaya seperti bintang-bintang untuk selama-lamanya “ (Dan. 12:3). Ganjaran akan hidup yang baik memberi motivasi serta menumbuhkan optimisme orang beriman karena akhir zaman menjadi saat keadilan dan kebenaran dinyatakan.
“Hanya mereka yang benar akan mendapatkan ganjaran kebahagiaan sebagai orang-orang pilihan Allah.”
Apa yang dapat kita lakukan untuk menantikan kedatangan Tuhan yang tidak terduga itu? Bacaan kedua hari ini memberikan jalan kepada kita untuk memusatkan perhatian bukan pada ketakutan akan hal-hal sulit yang akan dialami. Kita diajak memusatkan perhatian pada karya penebusan Kristus melalui hidup-Nya yang dipersembahkan sebagai kurban. Yesus mengorbankan diri-Nya karena dosa manusia dan karena pengorbanan itu Ia menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan (Bdk., Ibr. 10:14). Kita diajak memberi ruang yang lebih luas bagi Yesus dan menjadikan hidup kita semakin hari semakin berpusat pada Yesus. Kedatangan Yesus untuk kedua kalinya akan merupakan suatu penyempurnaan karya keselamatan Allah. Kerajaan Allah mencapai kepenuhannya ketika Tuhan “mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung bumi” (Mrk. 13:27).
Pusat perhatian kita dalam menyambut kedatangan Yesus untuk kedua kalinya bukanlah pada tanda-tanda yang dalam bahasa simbolis megungkapkan adanya kekacauan kosmis seperti: matahari menjadi gelap, bulan tidak bercahaya, bintang-bintang berjatuhan dari langit atau goncangnya kuasa-kuasa langit maupun penderitaan yang menyertainya (Bdk., Mark. 13:24). Pusat perhatian kita terarah pada Dia yang datang. Kata Yunani yang digunakan “parousia,” mengungkapkan makna “tiba atau hadirnya” seorang Raja yakni Kristus sendiri dalam kemuliaan-Nya. Kedatangan kembali Yesus bukanlah sesuatu yang menakutkan karena Dia terus-menerus kita rindukan dan nantikan dalam ungkapan “maranatha,” datanglah Tuhan!
“Kita diajak memberi ruang yang lebih luas bagi Yesus dan menjadikan hidup kita semakin hari semakin berpusat pada Yesus.”
HIDUP, Edisi No. 46, Tahun ke-75, Minggu, 14 Oktober 2021