HIDUPKATOLIK.COM – Tidak ada modal finansial untuk maju menjadi balon Ketum Pemuda Katolik selain modal melayani, rendah hati, dan bekerja sama.
SEJAK di bangku kuliah, Friederich Batari sudah aktif berorganisasi. Kampus Sosiologi FISIP, Universitas Nusa Cendana Kupang, Nusa Tenggara Timur menjadi lahan subur bagi Friederich dalam berorganisasi. Masa berorganisasinya diawali dengan keterlibatannya pada Forum Komunikasi Generasi Muda Wona Kaka Kupang tahun 1995.
Selain organisasi kedaerahan, Friederich juga aktif dan menjadi pengurus dalam Keluarga Mahasiswa Katolik FISIP Undana Kupang. Pernah juga terlibat dalam Gerakan Pembinaan Rohani Muda Katolik Sumba St. Dominikus Kupang tahun 1996 dan menjadi Ketua Umum periode 2001-2002.
Lalu, tahun 1996, ia bergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang St. Fransiskus Xaverius Kupang. Tahun 2001, ia pernah menjabat Sekretaris Jenderal dan Presidium bidang Pendidikan periode 2001-2002. Setelahnya menjadi Presidium Gerakan Kemasyarakatan Pengurus Pusat PMKRI (2004-2006). Terakhir, ia bergabung dalam organisasi Pemuda Katolik dan menjadi Ketua Bidang Kominfo Pengurus Pusat Pemuda Katolik selama dua periode (2015-2021).
Menurutnya, organisasi adalah senjata utama dalam melatih dirinya menjadi seorang pemimpin sejati. Dari keterlibatan dan pengalaman hidup berorganisasi, Friederich percaya satu hal: “Walaupun organisasi punya sistem yang baik, jika solidaritas kader didalamnya memudar, lambat laun organisasi itu ikut memudar,” ujarnya.
Mulai dari Asrama
Jika kehidupan kampus mengubahnya menjadi seorang pemimpin sejati, Friederich mengakui bahwa kehidupan berasrama menjadikannya pribadi yang berkarakter. Di bangku SMP hingga SMA, ia didik dalam kehidupan asrama. Di SMP ia tinggal di asrama Paroki St. Maria, Homba Karipit, Keuskupan Weetebula, Sumba. Sedangkan SMA Friederich tinggal di asrama St. Albertus dan terdaftar sebagai siswa SMA Katolik Anda Luri Waingapu, Sumba Timur.
Disiplin hidup berasrama membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang matang dalam berorganisasi. “Saya terbiasa dengan kehidupan disiplin dalam organisasi kecil seperti asrama. Saya belajar mandiri, bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan menyadari kehadiran teman-teman sebagai rekan seperjalanan dalam mengelola organisasi kecil di asrama,” ujarnya.
Karakter ini menjadi keutamaan hidupnya ketika hijrah ke Jakarta tahun 2004. Di Ibukota, Friederich tetap terlibat sebagai Pengurus Pusat PMKRI hingga tahun 2006. Setelah itu, ia menjadi wartawan Harian Umum Jurnal Nasional hingga menjadi editor di JPNN.com. Kini ia terpanggil melanjutkan misi Gereja pada organisasi Pemuda Katolik.
Bila dihitung-hitung, hampir separuh umurnya, ia terlibat dalam organisasi kemasyarakatan yang bernafaskan kekatolikan. Ia memiliki cita-cita menjadikan organisasi-organisasi Katolik sebagai wadah yang turut ambil bagian dalam memajukan bangsa. Atas desakan ini, pada Kongres Pemuda Katolik yang akan berlangsung di Semarang tanggal 12-14 November 2021, Friederich menyatakan diri maju sebagai bakal calon (balon) Ketua Umum (Ketum) Pemuda Katolik.
Menata Kembali
Sebagai balon Ketum Pemuda Katolik, Friederich mengusung visi-misi: “Mendorong transformasi organisasi Pemuda Katolik untuk Indonesia tangguh”. Menurutnya, transformasi di Pemuda Katolik sebuah keniscayaan. Pemuda Katolik perlu berupaya menata kembali hal-hal yang masih kurang dalam kubuh organisasi sebagai bentuk transformasi. Frasa “menata kembali” di Pemuda Katolik diperlukan agar struktur organisasi dapat menjawab tuntutan dan tantangan organisasi, Gereja, masyarakat, bangsa dan negara bahkan dunia.
“Untuk itu semua, Pemuda Katolik harus terus meningkatkan kualitas anggota agar memiliki kapasitas dan kompetensi saat terlibat aktif membantu memajukan Gereja dan bangsa. Ormas Katolik wajib melakukan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kurikulum atau program yang ditetapkan secara organisasi,” ujarnya.
Sebagai balon Ketum Pemuda Katolik, Friederich menawarkan beberapa program unggulan. Pertama, melanjutkan konsoliasi organisasi. Bentuknya adalah melakukan pembinaan dan kaderisasi, pelatihan-pelatihan, pembentukan komda/komcab termasuk pembentukan pengurus di tingkat kecamatan bahkan desa atau kelurahan. Kedua, memperkuat konsolidasi dan koordinasi internal Katolik. Membangun hubungan dan kerja sama yang harmonis dengan hierarki dan ormas Katolik lainnya. Ketiga, meningkatkan peran Pemuda Katolik dalam kehidupan bernegara terutama memperkuat empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal. Keempat, menjalin hubungan kerja sama Pemuda Katolik dengan organisasi internasional terutama dengan Vatikan.
Modal Pelayanan
Friederich menanggapi serius pernyataan bahwa menjadi Ketum harus yang berduit. Menurutnya pandangan tersebut menunjukkan adanya kelemahan mental. “Jadi tidak benar bahwa Ketum Pemuda Katolik harus berduit.” Seorang Ketum adalah pemimpin yang mampu menggerakkan sumber daya organisasi. Pemimpin yang melayani dan harus meneladani Yesus sebagai model pemimpin sejati.
Lanjutnya, menjadi pemimpin di Pemuda Katolik harus mampu mendengarkan aspirasi dan persoalan anggotanya. Setelah mengenali persoalan, pemimpin juga harus melibatkan anggota, pengurus di tingkat komcab untuk bekerja sama mengatasi persoalan yang dihadapi. “Ketum beserta pengurus pusat harus memiliki jaringan dan membangun kerja sama agar persoalan masyarakat yang di ada di komcab atau komda dapat teratasi,” jelasnya.
Friederich mengakui tidak ada modal material untuk maju menjadi balon Ketum Pemuda Katolik selain modal melayani, rendah hati, dan bekerja sama. “Mendengarkan aspirasi anggota dan tetap tunduk dan taat pada aturan main yang digariskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pemuda Katolik.”
Modal ini akan digunakannya untuk mengisi pekerjaan rumah Pemuda Katolik yang belum selesai. Sudah banyak prestasi yang ditorehkan kepemimpinan sebelumnya. Kedepannya, ia berniat melanjutkan konsolidasi organisasi, memperkuat hubungan kerja sama Pemuda Katolik dengan Gereja dan ormas lainnya, termasuk menyusun database alumni.
Selanjutnya, Friederich berjanji untuk menguatkan sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda Katolik harus aktif dalam menyikapi persoalan masyarakat dan bekerjasama dengan lintas agama. “Dengan begitu diharapkan ada semangat toleransi, usaha mengentaskan kemiskinan, memerangi kebodohan, menegakkan keadilan dan perdamaian, serta menegakkan hak-hak asasi manusia bagi setiap warga negara.”
“Melihat pekerjaan rumah ini, lagi-lagi saya hanya ingin menjadi pemimpin yang melayani. Menjadi teman seperjalanan bagi rekan-rekan. Teman yang mau membangun jaringan dan bekerjasama semaksimal mungkin dengan siapapun dari latar belakang, agama, dan budaya manapun,” demikian Friederich.
Profil Friederich Batari
TTL : Kamonggel, Sumba, NTT, 5 Mei 1977
Paroki : Sta. Theresia, Menteng, Jakarta Pusat
Pendidikan
- FISIP Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT (2002)
- Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta (2021)
Pekerjaan
- Staf Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agung Kupang (2003-2004)
- Wartawan Harian Jurnal Nasional (2006-2015)
- Editor com (2015-sekarang)
Pengalaman organisasi:
- Ketua Forum Komunikasi Generasi Muda Wona Kaka Kupang (1998-2000)
- Ketua Umum Gerakan Pembinaan Rohani Muda Katolik Sumba St. Dominikus, Kupang (2001-2002)
- Sekjen PMKRI Cabang Kupang St. Fransiskus Xaverius (2001)
- Presidium Pendidikan PMKRI Cabang Kupang (2001-2002)
- Presidium Gerakan Kemasyarakatan Pengurus Pusat PMKRI (2004-2006)
- Wakil Sekjen PP Pemuda Katolik (2014-2015)
- Ketua Bidang Kominfo PP Pemuda Katolik (2015-2021)
- Pengurus Koordinatoriat Wartawan Parlemen (2014-2020)
- Sekjen Serikat Pekerja Jurnal Nasional (2012-2014)
- Ketua Serikat Pekerja Jurnal Nasional (2014-2015)
Karya
- Merestas Jalan Pembebasan Menuju Kemandirian Daerah (2006)
- Senator Dari Tanah Papua – Mervin Sadipun Komber (2014)
- Membangun Harmonisasi Bangsa di Era Disrupsi (bersama tim-2020)
- 75 Tahun Pemuda Katolik – Dari Gereja Mengabdi untuk Bangsa (bersama tim-2020)
Pengalaman Tugas
- Bertugas dalam kunjungan bilateral Presiden dan beberapa event internasinal seperti KTT ASEAN, KTT Rio +20, dan lainnya di berbagai negara (Singapura, Malaysia, Kamboja, Pakistan, Timor Leste, Meksiko, Brasil, Ekuador, Brunei Darusalam, Republik Kepulauan Fiji, Uni Emirat Arab, BelandaAmerika Serikat dan Jepang).
Penghargaan
- Wartawan Kompeten Jenjang Muda (2015) dan Jenjang Madya (2021) dari PWI
- Dari Markas Besar TNI AL sebagai wartawan produktif publikasi tentang TNI AL (2017)
- Markas Besar TNI ADA sebagai wartawan produktif publikasi tentang TNI AD (2011)
Yusti H. Wuarmanuk