HIDUPKATOLIK.COM – Ia bercita-cita “melahirkan kembali” insan Pemuda Katolik yang tangguh, kritis, menjadi pelopor dan penggalang kehidupan rukun, damai, penuh kasih, dan toleransi.
PEMUDA Katolik telah “lahir kembali”. Semangat ini terus diusung Stefanus Asat Gusma di organisasi Pemuda Katolik. Reborn and grow further (lahir dan tumbuh lebih jauh) adalah sebuah usaha transformasi Pemuda Katolik yang mendesak di masa mendatang. Dari transformasi ini, Gusma mengharapkan lahirnya organisasi Pemuda Katolik yang bertumbuh lebih besar, sehat, kiprah nyata, kontekstual, dan berdaya saing.
Menurut Gusma, transformasi ini terjadi jika setiap kader Katolik menyadari perannya di tengah-tengah Gereja dan masyarakat termasuk gerakan-gerakan sosial di setiap lini kehidupan. Untuk itu, dibutuhkan estafet pengembangan bersinambungan dari periode ke periode. “Transformasi Pemuda Katolik menuju proses ‘lahir kembali’ tercipta jika ada kesinambungan visi-misi dari periode ke periode,” jelas Gusma.
Ekspresi organisasi dari periode satu ke periode sebelumnya tentu berbeda-beda. Realitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya direfleksikan dengan cara berbeda, tapi menurut Gusma memiliki satu perspektif kebangsaan yang tertuang dalam semboyan perjuangan Pro Ecclesia Et Patria.
“Pekerjaan rumah penguatan internal organisasi maupun langkah investasi karya sosial di tengah komunitas selama dua periode ini sudah maksimal. Pemuda Katolik kini perlu diantar memasuki level baru dalam karya kerasulan awamnya,” ujar Gusma saat ditemui di Kedai Tempo, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa, 19 Oktober 2021.
Tanda-tanda Zaman
Reborn and grow Further adalah tema grand desain yang akan diusung Gusma pada Kongres Nasional Pemuda Katolik di Semarang, 12-14 November mendatang. Dalam kongres ini, Gusma menjadi salah satu bakal calon Ketua Umum Pemuda Katolik.
Menyoal kontestasi pemilihan ini, Gusma menyebutkan keikutsertaannya karena panggilan hati dan komitmennya membesarkan Pemuda Katolik. Pasca Kongres Kupang 2018, nama Gusma menguat dan didukung kader-kader untuk menjadi Sekjen mendampingi Karolin Margret Natasa, namun meskipun akhirnya tidak jadi Sekjen, Gusma masih tetap berkeliling daerah untuk memberikan motivasi dan materi organisasi kepada kader-kader di seluruh Indonesia.
Secara institusional, Pemuda Katolik adalah organisasi kemasyarakatan. Dalam gerakan organisasinya bernapaskan doktrin dan ajaran Gereja, tapi secara praktek tetap bergerak dalam rel ideologi Pancasila dan konstitusi negara.
Secara genetik, Pemuda Katolik adalah kawah candradimuka, laboratorium kaum muda, professional, terlatih secara intelektual yang menjadi bibit bertubuhnya para kader-kader Katolik yang berjiwa patriotisme dan digembleng untuk kemajuan Gereja.
Bagi enterpreneur muda yang sedang menggeluti bisnis coffee shop, car wash dan laundry ini, landscap Pemuda Katolik ini sedang menuju bentuknya. Konsep reborn and grow further merupakan level baru bagi estafet pengembangan organisasi di periode berikut. Pemuda Katolik baik sebagai institusi, genetik, atau aktivitasnya telah mumpuni untuk memasuki level baru dalam karya di tengah komunitas.
Sementara efektifitas dinamika internal organisasi, clustering kader, afirmasi sumber daya organisasi, merancang unit kerja bisnis dan incubator bisnis, design kelembagaan riset dan kebijakan publik, serta penguasaan teknologi digital bagaikan tanda-tanda zaman yang mengguncang tubu Pemuda Katolik.
“Pemuda Katolik harus mampu bertransformasi menjadi perahu konsolidasi kader Katolik lewat pembangunan dan penguatan di wilayah etalase politik Katolik dan etalase politik konsilidasi,” ungkap mantan Ketua Presidium PP PMKRI 2009 – 2011 soal panggilan hatinya.
Gugus Tugas
Terkait konsolidasi, Gusma menyebutkan salah satu fokus utamanya adalah konsolidasi organisasi berbasis potensi dan sumber daya kader. Pada periode sebelumnya konsolidasi ini telah maksimal dari level komisariat cabang hingga komisariat daerah.
Beberapa cluster sudah nampak dari penyebaran kader. Sementara ini ada profesional, politisi/jabatan publik, ASN, pelaku UMKM dan Industri kreatif, wiraswasta, akademisi, jurnalis, dan BUMN/BUMD.
“Clustering ini akan mempermudah mesin organisasi melakukan pemetaan kader dalam rangka distribusi dan konsolidasi jaringan sebagai bagian integral dari pembangunan dan penguatan etalase politik Katolik dan etalase politik konsolidasi,” ujar anggota Komisi HAAK Keuskupan Agung Jakarta itu.
Lanjut Gusma, tidak hanya clustering, akselerasi organisasi dan struktur resmi organisasi akan didorong dengan motede kerja yang terukur dalam unit-unit kerja. “Metode ini diharapkan ada upaya pengembangan organisasi agar gerakan dua etalase tersebut bisa bertumbuh menjadi sebuah kekuatan kolektif kader,” sebutnya.
Kedepannya, Gusma akan menguatkan tujuh gugus tugas. Diantaranya; yaitu gugus tugas konsolidasi organisasi dan kaderisasi; gugus tugas penataan dan distribusi kader; gugus tugas kerja bisnis; gugus tugas advokasi dan hukum; gugus tugas riset dan kajian kebijakan publik; gugus tugas isu kebangsaan, HAM dan Papua; dan gugus tugas media handling dan digitalisasi program.
“Dengan gugus tugas ini diharapkan adanya program kerja nyata seperti perektrutan, kaderisasi, clustering kader berdasarkan data, distribusi kader, update database, konektivitas unit bisnis, ada unit bantuan hukum atau penguatan jaringan advokasi. Khusus untuk Papua ada workshop influencer, kampanye image Papua, jejaring orang muda Papua, dan dialog dan panggung budaya,” ungkapnya.
Unsur Pragmatis
Gusma sendiri mengikuti Mapenta Pemuda Katolik tahun 2001, meskipun tidak begitu aktif karena lebih banyak terlibat di PMKRI. Pasca Kongres Pemuda Katolik Batam, Gusma dipercaya sebagai Ketua Bidang Organisasi Pengurus Pusat Pemuda Katolik tahun 2015. Ia menyebutkan hampir seluruh hidupnya terlibat dalam Ormas Katolik baik PMKRI maupun Pemuda Katolik. Sejak terpilih sebagai anggota Komisi HAAK, ia juga terlibat dalam kaderisasi kaum muda Katolik di KAJ.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir dalam keluarga yang sangat menjunjung tiga nilai-nilai perjuangan. Keterlibatannya dalam organisasi mulai terbentuk sejak duduk di bangku SMP kemudian menjadi kuat di tahun-tahun penuh perjuangan di Kampus Sebelas Maret. Ia aktif di BEM universitas, tahun 2003 menjadi Ketua Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Sebelas Maret. Pergerakan kemahasiswaan pasca reformasi yang hiruk pikuk, mengantarnya memimpin PMKRI Cabang Solo tahun 2004.
Usai kuliah, ia hijrah ke Jakarta dan memulai lembar perjuangannya. Di akhir tahun 2006, dipercayakan sebagai Presidium Pendidikan dan Kaderisasi PP PMKRI periode 2006-2009. Kongres dan Sidang MPA PMKRI di Denpasar akhirnya menetapkan dirinya sebagai Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI St. Thomas Aquinas Periode 2009-2011.
Menurut sosok muda yang kini aktif mendirikan kantor di bidang Public Relations ini, keterlibatan dalam organisasi adalah panggilan jiwanya. Ia menyadari bahwa terkadang orang menyebutkan organisasi itu untuk mencari keuntungan semata apalagi mau menjadi ketua umum orang yang harus punya uang. Organisasi kemasyarakatan Katolik yang sehat harus bebas dari unsur pragmatis (uang) dan opurtunitis (keuntungan sendiri).
“Organisasi itu wadah untuk berjejaring, memahami situasi kebangsaan, terlibat bersama Gereja untuk menolong mereka yang tertindas (option for the poor) dan bahu membahu memaksimalkan arus positif pembangunan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Gusma.
Gusma menegaskan tidak ada modal lebih besar selain modal kepercayaan dari para kader Pemuda Katolik. Bersama para kader, ia bercita-cita membangun insan pembangunan yang tangguh dan kritis. Menjadi pelopor dan penggalang kehidupan yang rukun, damai, penuh kasih, toleransi sejati, dan kerja sama yang positif.
Profil Stefanus Asat Gusma
Lahir : Bondowoso, 17 Mei 1984
Pendidikan :Fakuktas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Organisasi :
- Ketua Presidium PP PMKRI 2009 – 2011
- Ketua Bidang Organisasi PP Pemuda Katolik 2015 – 2018
- Ketua DPP KNPI
- Dewan Pakar PP Pemuda Katolik
- Inisiator Gerakan Satu Bangsa
- Bendahara Federasi Olahraga Barongsai DKI Jakarta
- Wakomtap Bidang Kesehatan KADIN Indonesia
- Komisi HAAK Keuskupan Agung Jakarta
Yusti H. Wuarmanuk