HIDUPKATOLIK.COM – “Kami yakin bahwa Indonesia tidak diperjuangkan oleh agama atau kelompok tertentu tetapi dari berbagai pihak, termasuk kelompok Katolik. Sehingga kalau kita lihat sebelum munculnya partai-partai Katolik, individu-individu, dan kelompok sudah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang memberikan pencerahan dikehidupan masyarakat,” ungkap Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono dalam webinar yang digelar oleh panitia Kreasi Virtual Katolik Indonesia (KKVKI) 2021 bertema, Warga Katolik untuk Indonesia, Rabu, 27/10/202. Acara pamungkas KVKI ini dilangsungkan secara streaming melalui kanal Youtube Pesparani Katolik dan zoom. Pembicara lain adalah Guru Besar Emeritus STF Driyarkara Jakarta, Romo Franz Magnis Suseno, SJ dan Yunarto Wijaya selaku Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia.
Menurut Hariyono, kontribusi umat Katolik juga dirasakan pada Kongres Sumpah Pemuda pada tanggal 27 Oktober 1928, yang berlangsung di area gedung Katedral Jakarta untuk mendikusikan topik-topik bersama. Ini artinya, kata Hariyono, Katolik Indonesia bukan untuk kekinian saja tetapi sudah dirintis di masa lampau. Maka, ia berharap Katolik Indonesia tidak hanya berpartisipasi pada negeri di masa lampau sehingga hanya jadi catatan emas.
“Kami sadar bahwa komunitas Katolik itu juga subjek pembangunan dan peradaban Indonesia, sehingga teman-teman komunitas Katolik tidak hanya mengenang masa lalu di mana prestasi, partisipasi, dan kontribusinya kepada bangsa cukup signifikan. Tapi harus kita teguhkan sehingga kontribusi kepada bangsa dan negara di masa kini dan masa depan akan menjadi lebih baik,” tuturnya.
Bagi Hariyono, KVKI 2021 ikut membangun kebersamaan yang memperkokoh persatuan dan mengembangkan kreasi, inovasi dan prestasi sebagai bagian dari aktualisasi nilai-nilai keagamaan sekaligus kebangsaan. “Sehingga konteks yang dikembangkan oleh teman-teman pemuda Katolik, bagaimana membangun warga Katolik untuk Indonesia melalui KVKI tidak hanya mencerminkan kebersamaan dan toleransi, tetapi juga sudah menginisiasi bagaimana kreasi, inovasi dan prestasi itu dikembangkan,” ujarnya.
Posisi Pancasila sebagai dasar negara harus dipahami bersama, karena hingga saat ini masih tidak adanya kejujuran sebagai semua bangsa.
Hariyono berharap pemuda Katolik sebagai komunitas yang memiliki kualitas pendidikan di atas rata-rata dapat menarasikan berbasis pada nilai-nilai Pancasila.
Ia juga mengajak umat Katolik sebagai aparatur negara bisa ikut terlibat mengembangkan visi dan misi negara
Hariyono mengutip epatah Jawa, “watuk ada obatnya kalau watak tidak ada obatnya. “Saya yakin seperti apa yang dilakukan teman-teman Katolik saat ini, acara ini mengubah watak kita sebagai bangsa, yang kebetulan lebih ke internal yaitu bagaimana pemuda Katolik memperbaiki watak agar bisa memberikan kontribusi pada negara lebih baik lagi. Kami mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengubah ucapan, tindakan, kebiasaan dan karakter, bahwa orang beragama tidak hanya bisa toleran dan saling menghormati dengan pemeluk agama lain, melainkan juga terus berjuang mengaktualisasikan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kasih sayang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Hariyono berharap pemuda Katolik bisa mengantisipasi terjadinya pembelahan masyarakat, sehingga Pancasila sebagai idelogi harus dikembangkan secara positif. Hal ini menandakan Pancasila sebagai inspirasi sekaligus orintenasi tugas kehidupan, baik keagamaan dan kewargaan.
Laporan Angela Merici