HIDUPKATOLIK.COM -UMAT Keuskupan Agung Palembang (KAPal) sungguh bersyukur. Begitu permohonan pensiun Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ dikabulkan oleh Paus Fransiskus, Uskup Agung yang baru langsung ditunjuk Vatikan. Tidak sempat terjadi kekosongan kegembalaan (sede vacante). Umat sungguh menantikan kehadiran Mgr. Yohanes Harun Yuwono yang diinstalasi sebagai Uskup Agung Palembang, Minggu, 10/10/2021 di Gereja St. Joseph, Palembang. Mereka menunggu sekaligus berharap pada sosok gembala yang baru ini. Berikut adalah kutipan ungkapan hati dari beberapa kalangan umat KAPal.
Lala Gozali
Pekerja seni dan pegiat musik Gereja
Sebagai Ayah
“ADA banyak orang muda yang sangat bertalenta di keuskupan kita ini. Bakat-bakat itu tampak dari prestasi-prestasi yang dibawakan, baik secara pribadi maupun grup. Lantaran saya merupakan seorang pekerja seni dan penyuka musik Gereja, tentu prestasi-prestasi yang saya sebut tadi ya menyangkut bidang ini. Prestasi yang tentunya turut membawa nama harum bagi keuskupan kita.
Dengan adanya potensi di kalangan orang muda ini, saya berharap bahwa Uskup Agung yang baru nanti sedia hadir untuk orang muda. Hadir dengan segala perhatian, support, dan ‘keberpihakan’ bagi proses kreatif serta gerak pelayanan orang muda untuk Gereja dan masyarakat. Dengan hadir dan merangkul orang muda, Bapa Uskup bukan saja akan memberi semangat melainkan juga menanamkan kepercayaan diri untuk terus bertumbuh dalam kreativitas. Semoga Uskup baru kita sungguh-sungguh mudah dijangkau oleh orang muda sehingga bisa saling mendengarkan harapan masing-masing.
Saya yakin, Uskup kita juga sangat memberi perhatian bidang layanan liturgi Gereja. Terkait dengan pembaruan di bidang musik Gereja, misalnya, perlu lebih update mengenai perkembangan musik gerejawi. Moga-moga praktik ini makin digalakkan. Dengan demikian, gerak dari pusat bisa dilanjutkan hingga ke daerah-daerah. Untuk semua layanan bidang liturgi ini, kami orang-orang muda akan siap berpartisipasi dalam mewujudkannya.
Ke depannya, semoga keuskupan kita tidak akan kehabisan SDM muda yg berkualitas. Baik itu dari segi talenta maupun orang muda yang memiliki integritas yang baik, rasa tanggung jawab , kreatif, dan inovatif. Tentunya di bawah naungan dan bimbingan sosok Uskup Agung yang mengayomi dan mengambil peran sebagai ayah yang akan senantiasa membimbing kami.”
Hendro Setiawan
Awam
Jendela Dialog
“MARI berefleksi bersama Gereja semesta, seperti ajakan Paus Fransiskus. Seiring gerak Gereja yang terus membarui diri demi menjawab tuntutan-tuntutan zaman, saat ini Gereja juga menghadapi tantangan besar yang jika ditelusuri akarnya ialah klerikalisme. Budaya klerikalisme muncul dari cara pandang elitis dan eksklusif tentang imamat, yang lebih dipahami sebagai suatu kuasa ketimbang pelayanan yang murah hati. Budaya ini membuat sebagian klerus merasa ada di dalam sebuah kelompok ekslusif. Mereka merasa punya segala jawaban, bersikap tertutup, enggan bekerja sama.
Saya rasa, refleksi ini juga sangat relevan untuk kita, Gereja di Keuskupan Agung Palembang. Keuskupan kita itu sangat khas sekali. Umat Katolik di sini jumlahnya sangat kecil, mungkin kurang dari satu persen. Jangan sampai, persoalan yang diserukan Paus itu jadi sengkarut yang membelit kehidupan menggereja kita dan kita merasa nyaman-nyaman saja. Sebab, budaya ketertutupan macam itu menghalangi pembaruan. Kita menjadi tidak solid di dalam dan sulit bersinergi. Sudah kecil tapi tidak solid dan cenderung membangun pertentangan ke dalam. Dari luar tampak bagus, tapi di dalamnya sendiri kita ragu. Tentu, kita semua tidak ingin hal-hal demikian terjadi dalam tubuh Gereja keuskupan kita.
Untuk itu, harapan saya pada Uskup Agung yang baru ialah bahwa beliau pelan-pelan membuka jendela dialog, sedikit demi sedikit. Dialog dengan siapa pun. Ya, dengan semua instansi, tarekat, profesional, lembaga dan tenaga awam, agama-agama, dan seterusnya. Dengan dialog ini, sinar terang bisa menembus masuk ke ruang-ruang kehidupan menggereja kita dan pelan-pelan masalah yang ada bisa terurai, lalu kita bangkit. Meskipun kita ini minoritas yang kecil, kita harus solid. Di situlah kita mau menghadirkan Kristus di tengah-tengah dunia ini.
Sebagai domba, saya mengucapkan terima kasih kepada Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ! Selamat datang dan selamat melayani untuk Mgr. Yohanes Harun Yuwono!”
Rametio Sitanggang
Animatris misioner untuk remaja
Bikin Terobosan
“SEBAGAI orang muda Katolik (OMK) yang terlibat dalam pendampingan bina iman remaja di daerah Jambi, saya melihat bahwa grup pendampingan iman anak dan remaja di keuskupan kita itu begitu hidup. Sebelum masa pandemi, aneka kegiatan animasi dan formasi misioner berjalan dengan baik, entah di level paroki, distrik, dekenat, maupun keuskupan. Gerakan di kalangan anak dan remaja ini memberi warna tersendiri bagi hidup menggereja di keuskupan kita.
Saya yakin bahwa Uskup Agung yang baru nanti juga akan hadir dan menganimasi pelayanan ini, seperti yang dilakukan oleh Uskup sebelumnya. Lebih dari itu, saya berharap juga pihak keuskupan nantinya bisa menemukan model pendampingan yang berkelanjutan dari remaja menuju OMK. Sebab, kami menemukan banyak kasus bahwa setelah terlibat aktif dalam kegiatan remaja, anak tersebut lalu menghilang. Banyak dari antara mereka yang enggan terlibat dalam kegiatan OMK. Tentu, hal ini bisa terjadi karena ada sesuatu yang ‘hilang’. Entah apa itu…. Dengan adanya model pendampingan yang berkelanjutan ini, kami para animator-animatris di daerah akan terfasilitasi dalam menjawab keprihatinan untuk proses pembinaan iman.
Akhirnya, semoga Uskup yang baru lekas kerasan dan dapat menjalankan perutusannya dengan baik. Kami menunggu terobosan-terobosan baru yang mampu menjangkau harapan-harapan dan mimpi-mimpi kami selaku orang muda. Misalnya, jangan melulu nguprek pada katekese dan liturgi yang itu-itu saja.
Seperti apa sih konkretnya terobosan yang kami harapkan itu? Nah, apa pun itu, kami menunggunya….”
Yohanes Baptista Aris Suwito
Umat Paroki Bengkulu
Tambahan Romo
“PROFESI saya ini hanya penjual sayur, umat awam yang sangat awam, yang tidak punya kedudukan dalam Gereja. Sebagai umat biasa yang jauh dari pusat keuskupan di Palembang, tentu sangat senang mendengar kabar bahwa Bapa Uskup Sudarso, yang sudah pensiun, sekarang mendapat ganti uskup baru yang lebih muda. Saya percaya pasti Uskup yang baru ini orangnya baik, karena Bapa Suci yang memilih sendiri.
Sebagai umat Katolik, kami di sini tinggal menyebar dan saling berjauhan. Misalnya, sekarang saya sedang berada di Stasi Kaur di rumah keluarga anak saya, jaraknya sekitar 235 km dari Bengkulu. Ada juga stasi lain yang jaraknya 500-an km. Padahal, kami semua berada dalam satu paroki. Jangan kan uskup, dikunjungi oleh romo saja kami sudah sangat senang. Sebab, jumlah romo yang melayani di Bengkulu sangat sedikit. Makanya, saya berharap Uskup Agung yang baru ini mau memberi tambahan romo yang bekerja di Bengkulu dan jangan cepat-cepat dipindah tugasnya. Biar kami bisa lebih saling mengenal.
Pendampingan iman untuk keluarga-keluarga di stasi-stasi yang jauh moga-moga makin ditingkatkan pelaksanaannya. Sebagai orangtua, pemahaman kami tentang kekatolikan itu sangat terbatas. Apalagi kami tinggal di tengah-tengah umat beragama lain. Mendidik anak-anak seturut firman Allah menjadi tantangan bagi kami. Kami tidak ingin, ketika dewasa mereka tidak memiliki bekal yang cukup atau bahkan tergoda meninggalkan iman Katolik. Semoga Uskup yang baru menemukan cara-cara yang baik dalam merencanakan pelayanannya sehingga menjangkau kebutuhan keimanan anak-anak kami yang berada di daerah. Perwujudannya seperti apa itu? Saya tidak ngerti. Yang kami pahami ialah bahwa kami membutuhkan pendampingan dari Gereja, sehingga anak-anak dan cucu-cucu kami nantinya tidak hilang.”
Sr. M. Hendrika, FCh
Pemimpin Umum Kongregasi FCh
Serius dengan Misi Domestik
“KITA bersyukur bahwa proses estafet penggembalaan dari Mgr. Aloysius yang pensiun ke Uskup Agung yang baru ini berlangsung dengan cepat. Keuskupan kita pun tidak mengalami kekosongan takhta. Uskup yang ditunjuk juga tidak terlalu asing dengan kita. Harapan saya, Uskup yang baru ini sungguh mau hadir dan mendengarkan domba-dombanya. Ia menjadi sosok yang ngayomi, melindungi dengan rasa kasih sayang, bagi seluruh umat.
Hadir sebagai sosok bapak yang berkenan melakukan asah, asih, asuh bersama dengan kami, para imam dan biarawan-biarawati dari berbagai tarekat. Tidak perlu segan-segan menegur dan mengingatkan kami. Semoga Bapa Uskup menganimasi terselenggaranya pertemuan-pertemuan para imam dan biarawan-biarawati di keuskupan ini. Kita membutuhkan ruang untuk bisa saling mengenal, berbagi kekayaan spiritualitas, dan berefleksi bersama demi pelayanan yang lebih baik bagi umat di keuskupan.
Dari kunjungan ke komunitas-komunitas suster kami yang melayani di pelosok, kami menemukan bahwa intinya umat merindukan kehadiran sosok biarawan-biarawati. Masih ada banyak tempat di daerah yang jarang mendapat sapaan atau layanan langsung dari para imam atau biarawan-biarawati. Kehadiran kita bagi mereka akan memberi sukacita, semangat, dan makna yang mendalam bagi kehidupan mereka. Dengan kehadiran kita ini pula, panggilan hidup membiara pelan-pelan akan mereka kenal. Sebab, dari mereka inilah kita akan banyak mendapatkan calon-calon untuk kelanjutan hidup panggilan.
Semoga Uskup Agung yang baru nantinya juga mengundang lebih banyak lagi tarekat-tarekat untuk turut bekerja sama dalam melayani umat, terlebih mereka yang di daerah-daerah. Dengan demikian, misi domestik ini sungguh tergarap dengan baik dan domba-domba di pinggiran bisa dilayani dengan semestinya.”
Selamat datang, Mgr. Yu! Selamat melayani!
Elis Handoko (Kontributor, Pelembang)
HIDUP, Edisi No. 41, Tahun ke-75, Minggu, 10 Oktober 2021