HIDUPKATOLIK.COM – KESETIAANNYA membantu orang miskin lewat pelayanan medis dan pastoral membuat dirinya disebut pahlawan bagi masyarakat Catalonia, Spanyol.
Paus Emeritus Benediktus XIV mengingatkan warga Spanyol akan sentimen anti pemuka agama yang agresif. “Bentrok antar agama dan modernitas kembali terjadi, dan hal itu sangat kuat sekarang di Spanyol,” ungkapnya kala lawatan apostolik ke Santiago de Compostela, Spanyol, November 2010.
Diberitakan CNA,Benediktus mendesak agar diadakan pertemuan antar pemuka agama dan kaum sekularis untuk menghindari konfrontasi. Ia mengharapkan Spanyol menjadi penyumplai nilai kemanusiaan di Eropa dan corong nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual.
Tak lupa, Sri Paus meminta masyarakat untuk mengenang pengalaman tahun 1930-an. Spanyol pernah mengalami konflik sosial saat itu. Perang antar warga diawali dengan munculnya diktator Francisco Paulino Hermenegildo Teódulo Franco y Bahamonde Salgado Pardo (1892-1975) atau Jenderal Franco. Selama kepemimpinannya, Franco membuat diskriminasi kepada bangsa Catalonia yang kental dengan iman tradisional.
Keberpihakan Franco ini berakibat protes di mana-mana termasuk kubuh orang Katolik tradisional. Alhasil terjadi pengangkapan, penganiayaan dan pembunuhan. Satu dari sekian pejuang yang menjadi korban adalah Dokter Mariano Mullerat i Soldevila.
Iman Sempurna
Jauh sebelum kehadiran Franco, sejarah kelam Spanyol dimulai dengan hadirnya orang Muslim Moor (Abad Pertengahan yang tinggal di Semenanjung Liberian-termasuk Spanyol, Portugal, Maroko, dan Afrika Barat). Kaum Moorish-Orang Islam keturunan Arab Afrika terus berupaya mendapatkan kedudukan di Spanyol. Tetapi perjuangan ini sia-sia justru berakhir tahun 1492. Banyak orang menilai salah satu kendalanya karena Kristen tradisional sangat mengakar pada masyarakat Spanyol.
Ujian iman berikutnya yaitu munculnya Franco sebagai pemimpin de facto Spanyol. Kehadiran Franco menancapkan sistim pemerintahan kerajaan konstitusional dengan demokrasi multipartai sebagai salah satu cara mempertahankan kesatuan nasional. Ia menyeret Katolik masuk menjadi agama negara sementara agama dedominasi lainnya mendapatkan diskriminasi (tahun 1978, sistim ini diubah lewat perjanjian kerjasama). Pasca Franco, iman Katolik bergerak cepat dari masyarakat Katolik tradisional menjadi masyarakat multiagama, multibudaya yang sekuler.
Mariano bertumbuh dalam era pemerintahan diktator menjadi pemerintahan bebas, dengan sejuta ekspresi kekristenan yang beragam. Sebagai orang Katolik tradisional, Mariano merasa Spanyol saat itu menawarkan beberapa opsi baru percaya pada Tuhan. Baginya iman adalah ekspresi kebebasan orang kepada Tuhan tetapi harus berdasarkan ketaatan. Ia pun menolak segala bentuk sistem pemerintahan yang tak sesuai dengan imannya.
Berkaca dari pengalaman, ketaatan hidup ini ia dapatkan dari kedua orang tuanya Ramón Mullerat i Segura dan Bonaventura Soldevila i Calvis (sang ibu meninggal saat Mariano masih berumur 5 tahun). Di masa kecilnya, Ramón benar-benar setia mendidik Mariano dan saudara-saudarinya: Josep Mullerat i Soldevila, Joan Mullerat i Soldevila, dan Ricard Mullerat i Soldevila.
Tabiat baik sang ayah turun kepada Mariano. Ia selalu menunjukkan belarasa kepada mereka yang menderita. Demi membantu masyarakat kecil, pria kelahiran Santa Colonna de Queralt, Tarragona, Spanyol, 24 Maret 1897 ini ingin menjadi dokter. Saat bersekolah di San Pedro Apóstol, Tarragona, 1910 hingga sekolah lanjut ke Hijos de la Sagrada Familia, Tarragona, Mariano sudah menunjukkan kertertarikannya pada dunia medis.
Maka itu, tamat dari Sagrada Familia, Mariano melanjutkan studi di Fakultas Kedoteran Universitas Barcelona dan lulus tahun 1914. Selama studi, dia tidak saja menunjukkan komitmen pada dunia medis tetapi juga komitmennya dalam iman. Ia memberi kesaksian akan iman dan terbukti lewat partisipasinya dalam kerasulan awam di kampusnya.
Pada 14 Januari 1922, dia menikah dengan Dolores Sans i Bové di Arbeca, (Lleida), Catalonia, Spanyol dan dikarunia lima anak. Demi menuntaskan cita-citanya, Mariano membuka praktik di desa Arbeca. Ia ingin membantu masyarakat kecil yang susah mendapatkan akses kesehatan karena otoritas Franco bagi masyarakat Catalonia.
Dalam pelayanan, materi tidak menjadi pengahalang orang miskin mendapatkan perawatan. Dalam pengobatan pun, Mariano tak mematok harga khusus. Ia bisa menerima bayaran dengan sereal, pir, apel, minyak zaitun, atau persik sebagai ganti uang.
Dokter Mariano sangat mencintai profesinya. Dia senang membantu orang-orang kecil yang sakit. Kerapkali, ia mengambil peran para pastor memberikan Sakramen Minyak Suci kepada orang yang sakratul maut. Banyak orang meninggal dengan senyum kebahagiaan berkat doa-doa sang dokter.
Mariano juga tak jenuh mempromosikan budaya lokal, sastra, dan seni masyarakat Arbeca. Sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya, ia mendirikan jurnal lokal yang disebut 1’Ecut (1923-1926). Jurnal ini sebagai media pewartaan masyarakat Catalonia sekaligus media kritik atas otoritas Franco.
Atas semuanya ini, ia diberi tanggungjawab sebagai Walikota Arbec (1924-1930). Meski sebagai aparatur negara, Mariano tak pernah lupa tugas utamanya membantu dan melayani orang sakit sekaligus menjadi katekis awam bagi masyarakat Arbec.
Pahlawan Catalonia
Oktober 1936, lahirlah revolusi yang ditawarkan Franco. Franco hadir dengan otoritar yang mengakibatkan bangsa Catalonia tersingkir. Sejarawan Spanyol Paul Preston dalam buku biografi Franco membeberkan bahwa sang jenderal seorang yang “haus darah”. Baginya mendatangi hukuman mati kepada lawan politik lebih menarik ketimbang menonton el clasico antara Real Madrid vs Barcelona.
Bagi masyarakat Catalonia yang kebanyakan orang Katolik tradisional, Franco adalah seorang yang picik dan licik. Mereka tidak menaruh respek terhadap Franco. Tahun 1939, semua institusi pemerintahan Catalonia dihapus untuk mengakhiri regionalisme di Spanyol. Referendum merupakan babak baru dari kebuntuhan proses-proses politik antara pemerintah pusat dan Catalonia. Sayang otoritas yang menginginkan kemerdekaan di Tarragona dan Lleida ditangkap dan dibunuh.
Mariano tak ingin otoritas Franco mengusik perjuangannya untuk membantu orang miskin. Hamba Allah, yang dijiwai oleh semangat doa dan digerakkan oleh iman yang kuat, terus menjalankan misi medisnya. Dia ditawari kesempatan untuk melarikan diri ke Saragoza, tetapi dirinya menolak. Pria dermawan ini memilih bertahan meski menghadapi maut sekalipun.
Pada 13 Agustus 1936, beberapa anggota milisi ke rumahnya. Saat itu, Mariano diwajibkan mengirimkan sejumlah uang kepada Komite Revolusioner Spanyol tanpa alasan yang jelas. Tentu Mariano menolak permintaan itu. Anggota milisi kemudian melihat beberapa ikon religius dan patung Bunda Maria yang diletakkan di ruang tamu. Mereka menerobos masuk rumah dan membakar benda-benda suci tersebut.
Karena kebencian kepada orang Kristen, Mariano pun turut ditangkap. Sadar akan kematian yang akan segera terjadi, ia memasrahkan dirinya pada Tuhan. Beberapa hari di penjara, kemudian dieksekusi di dekat Arbeca oleh regu tembak di tanah El Pla, Arbeca bersama lima orang Kristen lainnya. Setelah itu, tubuh mereka dibakar.
Pastor Llewellyn Muscat O.P, sekretaris postulator beatifikasinya menulis, kematian Mariano menjadi tanda benih iman di Spanyol akan terus hidup. Ia wafat agar kami terus bertahan dalam iman dan meneladai dirinya. “Dia pantas menjadi pahlawan iman bagi masyarakat Catalonia.”
Proses beatifikasi Mariano dibuka oleh Keuskupan Agung Tarragona pada 9 Juli 2003. Komisi Penggelaran Kudus Vatikan memvalidasi proses itu pada 9 November 2007. Pada 7 November 2018, Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus Vatikan Kardinal Angelo Becciu mengumumkan resmi bahwa Paus Fransiskus telah menyetujui proses beatifikasinya. Dokter Mariano akan dibeatifikasi di Katedral Tarragona, 23 Maret 2019 mendatang.
Yusti H. Wuarmanuk
Majalah HIDUP edisi 51 2019