HIDUPKATOLIK.COM – DALAM hitungan hari ke depan, tepatnya, pada hari Kamis, 7/10/2021, Uskup Terpilih Keuskupan Padang, Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX akan ditahbiskan menjadi Uskup Padang oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo. Ia akan menjadi uskup ketiga keuskupan di tanah Minang tersebut. Dua pendahulunya adalah Mgr. Cesare Bergamin, SX dan Mgr. Martinus D.Situmorang, OFMCap.
Sebelum tahbisan, akan digelar Vesper Agung (Ibadat Sore) pada hari Rabu sore, 6/10/2021 di Katedral Padang, Sumatera Barat. Menurut rencana, vesper ini akan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)/Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC. Saat vesper ni, Uskup Terpilih akan menyatakan kesetiaan kepada Takhta Suci.
Putra Altar Katedral Semarang
Lahir di Semarang, 15 November 1968, Mgr. Ruby, sapaan akrab Uskup Terpilih saat ini, menjelang tahbisan episkopalnya ini terkenang masa-masa tak terlupakan sebagai Putra Altar (PA) Paroki Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci, Katedral Semarang.
“Aku dulu kecil banget. Dari kelas 4 SD ikut PA Katedral sampai kelas I SMP, berharap jadi yang pegang dupa, tidak pernah kesampaian. Malah pas satu kali yang mimpin Misa Romo Alexander Jayasiswaya yang kemudian jadi uskup Bandung. Aku sempat jatuh nginjak tali karena jubah kedodoran. Lalu harus jalan bawa tali dan angkat jubah karena memang sudah prosesi penutupan,” ujarnya kepada hidupkatolik.com, Senen, 4/10/2021.
Melihat kejadian itu, Mgr. Ruby mengingat, umat malah menertawakannya sehingga ia makin grogi. “Aku takut banget dimarahi romo saat itu,” timpal pria pemilik gelar Doktor Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma ini.
Impian megang dupa itu tak pernah kesampaian karena badannya tergolong kecil dan pendek. Padahal ia ingin sekali megang dupa itu selama jadi misdinar.
Namun, Tuhan rupanya menjawab kerinduannya itu. Itu pun jauh setelah ia menjadi Diakon di Serikat Misionaris Xaverian. “Ternyata pas saya jadi diakon impian itu terwujud saat Mgr. Martinus memberkati gereja di Simatalu, Mentawai. Sebagai diakon, saya turut mendampingi Bapa Uskup saat itu. Bapa Uskup minta saya yang mendupai seluruh bangunan gereja, karena dia sudah keletihan. Dalam hati saya berbisik, akhirnya cita-cita pendupaan sejak Putera Altar kesampaian juga,” ujarnya terbahak.
FHS