- Berawal dari cuitan Facebook
Tidak disangka sebuah cuitan saya di facebook akhirnya menarik perhatian orang nomor satu Repulik Indonesia, beliau berhenti beberapa menit di pinggir jalan untuk membeli noken (rajutan tas tradisional Tanah Papua) ketika mendarat dengan pesawat di Bandar Udara Sentani Papua menuju Hotel di Kota Jayapura, untuk membuka acara PON XX esok harinya. Setelah Presiden Jokowi mampir di tempat kami, media sosial menjadi viral, dan beberapa orang di antara kami selalu diwawancara wartawan Lokal maupn Nasional, akhirnya saya tergerak menulis cerita refleksi ini. Berikut saya ingin membagi cerita ke siapa saja melalui media HIDUP Katolik, sebagai refleksi iman.
Awal cerita, pada Rabu 22 September 2021 pukul 14.30 WIT, saya bersama serombongan anak-anak Panti Asuhan Putri Kerahiman Sentani Papua mendorong BUS Panti Asuhan yang macet di tengah Kota Sentani sepulang menjemput anak-anak Panti Asuhan dari sekolah, iya maklum saja BUS ini sudah berumur 21 tahun dan sering macet, BUS merk ISUZU/NH55 mini 16 seat sumbangan dari Keuskupan Agung Jakarta tahun 2000. Dua jam setelah lelah mendorong BUS hingga ke Panti Asuhan, saya beristirahat di mata jalan masuk Panti Asuhan bersama ke-dua pegawai saya bernama kakak Yulita dan kakak Paulina yang di sela-sela pekerjaannya merajut Noken dan menjualnya.
Noken yang mereka jual jarang sekali dibeli, syukur-syukur jika ada yang membeli, terkadang setiap tahun saya melakukan cuitan-cuitan di media sosial agar noken mereka bisa dibeli. Gaji karyawan di Panti asuhan pas-pasan saja, tergantung dari penyumbang lepas, maka harapan saya ketrampilan noken ini bisa menopang rejeki para karyawan.
Saat sedang duduk bersenda gurau dengan kakak Yulita dan kakak Paula, bunyi sirene cukup menarik perhatian melintas bergantian, apakah ini pasien covid, ataukah orang melahirkan, ataukah tamu penting yang dikawal patroli ? yah ternyata bunyi sirene itu adalah rombongan atlit PON menggunakan BUS kuning, yang melaju dengan cukup kencang. Harapan agar noken bisa dibeli sirnah lah sudah, karena tidak mungkin bus yang dengan kecepatan tinggi mau berhenti tiba-tiba untuk membeli noken rajutan asli tangan kakak berdua. Dengan rasa kesal bercampur aduk, kelelahan, dan rasa iba yang tinggi, saya mengeluarkan HP, lalu minta kakak Yulita dan Kakak Paula foto di depan jualannya dan saya mengetik di facebook seperti capture foto di bawah ini :
Sekedar curahan hati di media sosial dan mengupload foto menolong sesama manusia, itu hal yang sudah biasa saya lakukan sehari-hari, namun tiba-tiba saja perasaan saya kurang enak, Ketika malam hari melatih anak-anak Panti Asuhan latihan paduan suara, saya melihat cuitan saya tentang Noken dishare oleh 58 orang, saya mulai kuatir jangan sampe cuitan saya bisa menyinggung salah satu pihak. Ditambah lagi sebelum tidur akun Youtube yang menampilkan lagu-lagu ciptaan saya diheaker, dan sirnahlah sudah followers saya di Youtube yang sering menolong anak-anak Panti Asuhan, benar-benar saya sedih dan terpukul. Sebelum tidur saya melihat lagi cuitan itu semakin banyak dishare oleh netizen, dan saya pun tidak bisa tidur, kegelisahan menghampiri saya sepanjang malam, apakah cuitan itu saya hapus saja atau bagaiamana. Kemudian di pagi hari setelah bersama Suster Alexia, DSY dan Suster Fidelia, DSY berdoa untuk anak ke-3 saya yang merayakan HUT ke-1, saya beranjak ke rumah ketua Pembina Yayasan Putri Kerahiman Papua, drg. Aloysius Giyai, untuk meminta petunjuk. Dengan gelisah saya bertanya, “permisi bapak Aloysius, apakah cuitan saya harus saya hapus ? karena semakin viral di medsos ?” lalu dokter Aloysius Giyai menjawab “Florry, luar biasa, jujur bahwa saya telah membaca cuitanmu yang dikirim rekan-rekan wartawan, cuitan itu tidak boleh dihapus, karena engkau hanya bermaksud menolong orang, dan cuitan itu harus direalisasikan oleh siapa saja yang punya hati untuk menolong”. Setelah itu saya merasa legah, dan membiarkan cuitan itu berkembang dengan sendirinya.
Sepulangnya dari rumah dokter Aloysius, saya mengupload Kembali lagu ciptaan saya di Facebook agar para penyumbang panti asuhan yang selama ini berkomunikasi lewat medsos tetap masih bisa dihubungi. Berikut ke dua lagu saya yang diheaker pada chanel yuotube (saya harus membuka link youtube baru dan mencari followers lagi) :
- Apa itu PON bagi saya dengan anak-anak Panti Asuhan Putri Kerahiman Papua
Mungkin bagi kami ; Pekan Olah Raga Nasional (PON) ke XX adalah sebatas bunyi sirene kendaraan tamu dan atlit PON XX yang melintas di jalan utama Sentani Raya yang jaraknya 83 meter dari panti asuhan, terlepas dari persiapan perhelatan akbar Nasional yang pertama kali akan diadakan di Tanah Papua, dimana lokasi pembukaan akan dilakukan di Istora Papua Bangkit yang jaraknya hanya beberapa menit dari Panti Asuhan. Malam itu (tanggal 30 September 2021 setelah makan malam), saya dengan anak-anak panti asuhan melihat pancaran lampu yang cukup fantastis dan spektakuler, anak-anak sangat bersuka cita, kegembiraan mereka tidak bisa dibendung, saya sempat mengabadikannya sambil mengeluarkan air mata, mungkin inilah arti PON bagi anak-anak pemilik negeri ini. Semoga suatu saat mereka bisa mengadakan acara spektakuler seperti ini, berikut cuitan yang saya keluarkan pada facebook tanggal 30 September 2021 pukul 19.20 WIT :
Sahabat yang datang di luar dugaan
Keesokan harinya, Jumat 1 Oktober 2021 pukul 14.30, setelah saya pulang dari venue PON Paralayang Entrop Jayapura, dan tiba di halaman Panti Asuhan, ada 2 orang tamu berpakaian rapi, pembawaannya sangat santai dan bersahabat menyambut saya, salah satunya adalah Pak Made. Lalu saya berkenalan, seperti biasanya bagaimana kami menerima tamu panti asuhan, kami ngobrol dulu agar terjalin silaturahmi. Pak Made yang pembawaannya sangat sederhana ini mengatakan “permisi pak, mohon ijin saya dari utusan istana, membawa sumbangan untuk Panti Asuhan, sebelumnya kemarin saya sudah datang meminta data anak-anak di ibu Suster Alexia, namun tidak bertemu bapak, sehingga berdasarkan data itu hari ini kami membawa sumbangan”.
Saya pun menyambut mereka dengan suka cita seperti biasanya juga kami menyambut para tamu tanpa membedakan latar belakang. Lalu saya mengajak pak Made agar satu jam lagi kita melakukan acara singkat di Aula panti asuhan, anak-anak bisa bernyanyi sebagai tanda terima kasih dan mendoakan para penyumbang. Namun pak Made mengatakan “ijin pak, biar penyerahan sumbangannya dilakukan sederhana saja, di halaman panti asuhan, tidak usah repot-repot dan tidak usah resmi-resmi”. Akhirnya saya menuruti kesepakatan ini, lalu saya meminta mereka menunggu saya merapikan diri terlebuh dahulu. Setelah saya menggunakan kemeja rapi, saya meminta anak-anak panti asuhan dan suster segera siap-siap untuk melakukan serah terima bantuan secara sederhana di halaman panti asuhan. Semua anak-anak cepat-cepat bergegas menggunakan seragam kuning panti asuhan. Lalu saya mengajak pak Made untuk memulai acara, namun pak Made mengatakan masih menunggu “sahabat” yang akan datang sebentar lagi, karena pak Made ternyata tidak sendirian.
Lalu sambil ngobrol, saya beranikan diri bertanya, “Pak Made sudah pernah ke Panti Asuhan ini ? tahu panti asuhan ini dari mana ?”, lalu pak made menjawab dengan polos “kami tahu panti asuhan ini atas cuitan Facebook yang menceritakan noken rajutan hidup dari facebook seseorang yang bernama Florry Koban, dan cuitan itu ternyata telah dibaca pak Jokowi saat sarapan pagi”. Lalu saya mengatakan, sayalah yang bernama Florry Koban, sambil mengeluarkan HP dan membuka Facebook, seketika itu juga obrolan kami menjadi cair, lalu pak made langsung meminta pertemanan facebook dengan saya. Dalam hati saya masih merasa kurang percaya bahwa cuitan saya orang kecil ini tidak mungkinlah dibaca orang nomor satu di Negara Besar ini, namun dari sinar mata pak Made orang asli Bali ini, saya tidak menemukan sebuah kebohongan, dan sejauh saya bersahabat dengan orang Bali, mereka sangat ramah, jujur dan baik. Kami saling ngobrol dan bercerita tentang suka duka dalam pekerjaan, sambil menunggu “sahabat” pak Made yang belum datang-datang juga, sedangkan di halaman Panti Asuhan sejumlah anak-anak sudah siap semua untuk menerima sumbangan dari pak Made.
Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIT, hari semakin sore, hampir 1,5 jam kami ngobrol di bawah pohon rindang, dan saya berniat untuk memohon ke pak Made, jika “sahabat” nya tidak jadi datang biarlah kita selesaikan acara serah terima itu agar pak Made bisa pulang melanjutkan kegiatan, dan kami bisa melanjutkan irama hidup selanjutnya. Kelihatannya pak Made melihat saya sudah kelelahan menunggu, langsung pak Made jujur kepada saya “ijin pak Florry permisi, bolehkah 15 menit lagi pak Florry mengajak anak-anak Panti Asuhan bersama para suster bergabung dengan Kakak Paulina dan Kakak Yulita di pinggir jalan untuk bertemu dengan sahabat saya ?” sejujurnya saya tidak ada firasat sama sekali “siapa sahabat” di balik perkataan pak Made, lalu saya mengatakan “oh silahkan pak Made, tapi anak-anak saya ini banyak anak kecil takutnya mereka tidak diawasi di pinggir jalan bisa repot” dan pak Made meyakinkan saya bahwa ini cuma beberapa menit saja. Ketika sampai di pinggir jalan, saya melihat banyak sekali Polantas dan keamanan, di sinilah firasat saya mulai berkata, apakah pak Jokowi akan datang ?, karena tidak ada tanda-tanda di media sosial bahwa Jokowi akan datang, biasanya sudah viral, namun ini tidak ada.
- Teriakan Yuliana Pekey Anak Yatim Piatu
Dan ternyata benarlah sudah, mobil sirene iring-iringan Jokowi dari bandara semakin mendekat ke depan mata jalan Panti Asuhan yang kebetulan merupakan jalan utama. Namun sedan super mewah yang digunakan Jokowi tidak berhenti dan terus melaju, saya sedih sekali ternyata firasat saya salah, upss…sabar,, namun 20 meter setelah melewati kami, tiba-tiba Pak Jokowi berhenti mendadak, dan juga sejumlah pasukan pengawal presiden bersenjata lengkap melakukan pengawalan. Mobilnya cuma berhenti, tapi penumpangnya tidak turun, tiba-tiba secara spontanitas Suster Alexia, DSY yang berdiri di belakang saya bersama anak panti asuhan bernama Yuliana Pekey spontan menabrak beberapa pengawal presiden sambil berteriak “bapak… bapak.. bapak berhenti dulu…”. Sejujurnya saya takut sekali, jika suster Alexia dan anak Yuliana Pekey ditegur atau dipukul oleh paspanpres maka tamatlah nasib kami orang kecil yang hanya hidup dari belas kasihan. Namun saya membiarkan mereka berlari karena dibalik teriakan mereka tersirat sejumlah rintihan anak yatim piatu, seperti seoarang anak perempuan yang kehilangan pelukan ayahnya. Beruntunglah suster Fidelia, DSY merekam moment berharga ini (yang videonya sedang viral di tiktok), berikut video asli yang saya copy langsung dari HP suster Fidelia, DSY lalu memberi keterangan :
- Rajutan NOKEN adalah Rajutan HIDUP
Bapak Jokowi turun dari mobil mengikuti ajakan suster Alexia, DSY untuk menghampiri kakak Yulita, kakak Paulina dan Kakak Anastasia melihat tas Noken. Lalu bapak Jokowi membeli Noken rajutan ke tiga kakak ini, dengan membayar 1 juta kepada masing-masing. Tentulah ke tiga kakak ini sangat senang karena menerima uang yang lebih, seharusnya mereka menerima 500 ribu karena pak Jokowi mengambil masing-masing 2 Noken, dengan harga 200 s.d 250 ribu. Bapak Jokowi sempat mengajak ngobrol seoarang anak kecil panti asuhan bernama Hensi, namun karena Hensi takut dan dikerumuni banyak orang secara mendadak, maka Hensi tidak sempat berbicara. Suster Fidelia, DSY sempat mengalungkan Noken ke Bapak Jokowi sebagai bonus atas kebaikan hati bapak Jokowi yang telah singgah di mata jalan Panti Asuhan. Setelah itu bapak Jokowi pergi dengan pasukan untuk melajutkan perjalanan, menyisahkan pak Made dengan rombongan istana. Beberapa rekan-rekan dari sekretariat istana masih bertahan untuk meliput kakak Anastasia untuk menjelaskan perasaannya. Rombongan panti asuhan bersama Pak Made menuju ruang tamu Panti Asuhan melakukan serah terima Bantuan Sembako yang sempat dan sejumlah peralatan sekolah tertunda karena momen “persinggahan sahabat yaitu bapak Jokowi , yang diterima langsung oleh anak-anak dengan suka cita dan bahagia.
- Melakukan Hal Kecil Dengan Cinta Yang Besar
Judul ini adalah sebuah refleksi dari kata-kata St. Theresia, rupanya cocok dengan sejumlah peristiwa persinggahan Bapak Jokowi di Panti Asuhan Putri Kerahiman Papua. Beberapa Tokoh dengan karakternya akan membawa kita pada judul refleksi ini :
-
- Florry Koban : Saya adalah seorang arsitek dan musisi berumur 38 tahun, juga melakukan pelayanan sosial di Putri Kerahiman Papua Sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Putri Kerahiman Papua. Saya sering menolong orang menggunakan media sosial, dengan mengajak netisen melakukan sedekah kepada mereka yang kurang beruntung. Termasuk di pelayanan Panti tempat saya berkarya pun sering menggunakan kekuatan media sosial, ini hal biasa namun saya selalu melakukan dengan cinta yang besar, sehingga cuitan-cuitan saya di medsos tanpa melalui konsep dan bersifat spontanitas.
- Kakak Paula dan Kakak Yulita : Mereka adalah Wanita yang seumur hidupnya memilih untuk tidak menikah, walau mereka bukan biarawati, namun mereka sudah menyerahkan hidupnya bagi pelayanan Panti Asuhan, setiap hari mereka bekerja di dapur, memasak untuk anak-anak panti, sapu halaman, mengurus kebun, dan menjalani irama hidup seperti biasa bersama karyawan lainnya. Mereka juga diberi kesempatan untuk berwirausaha dengan keterampilan mereka merajut noken, dan menjualnya tanpa perantara. Melihat para pejabat melintas di depan jalan utama Sentani adalah hal biasa, noken mereka tidak dibeli juga merupakan hal biasa, namun mereka tetap merajut noken dengan penuh cinta, seperti cintanya kepada anak-anak Panti Asuhan.
- Suster Alexia, DSY : adalah Kepala Panti Asuhan Putri Kerahiman Papua sejak tahun 2019. Sebelumnya suster Alexia, DSY pernah mengurus asrama Katolik Karitas Dok V Jayapura, pernah bekerja di pedalaman Papua mengurus anak-anak asrama, juga pernah bekerja di daerah Flores NTT untuk memimpin panti asuhan Katolik. Suster Alexia, DSY adalah orang yang tidak pernah merasa malu jika berjuang bagi anak yang membutuhkan pertolongannya, bernyali besar dan bermuka tebal di depan para pejabat untuk meminta pertolongan, walau dia sadar dia sering ditolak, tapi beliau tetap saja berjuang karena beliau tahu apa yang dilakukannya demi menolong orang lain, bukan untuk pribadinya, dan hal ini adalah hal biasa bagi suster Alexia, DSY. Ketika beliau meminta bapak Jokowi turun dari mobil secara spontan, tentu suster melalukan karena cintanya yang besar kepada anak-anak Papua, dia ingin bapak Jokowi turun bersama-sama melihat perjuangan anak-anak Papua di Panti Asuhan melalui rajutan noken kakak Yulita dan kakak Paula
- Bapak Jokowi : Kita sama-sama tahu dan selalu menyaksikan di media, bapak Jokowi adalah seorang Presiden yang sering membuat pasukan pengawalnya nya bekerja keras untuk melindunginya jika Bapak Jokowi berjumpa dengan orang-orang kecil di pinggir jalan saat kunjungan kenegaraan, pasti hati kecilnya ingin menyapa rakyat kecil. Tentunya ada protokol negara yang melekat, dan menurut saya ketika bapak Jokowi menghampiri Panti Asuhan Putri Kerahiman Papua secara mendadak, itu merupakan hal wajar, yang sering beliau lakuan di berbagai tempat di Indonesia.
- Mengapa Viral ?
Tentulah ke-4 tokoh di atas sebenarnya melakukan pekerjaan yang biasa, dengan cinta yang besar, namun menjadi luar biasa karena kejadian ini bertepatan dengan euvoria perhelatan acara akbar Nasional (PON XX) yang digelar di Tanah Papua dengan semua yang serba super, mulai dari dana hingga fasilitas. Tentulah segala gerak gerik Bapak Jokowi mencuat ke media sosial termasuk persinggahan beliau di Panti Asuhan Putri Kerahiman Papua. Kami salah satu pihak yang mendapat dampak tersebut, mulai dari facebook saya yang menjadi viral, ditelepon oleh berbagai wartawan, dan sejumlah pujian yang kami terima secara mendadak. Tentulah siapa tidak bahagia, namun kembali saya berefleksi bahwa media sosial sangat menakjubkan, namun kehidupan di alam nyata tetap harus diperjuangkan.
- Mari Saling Tolong Menolong
Kami adalah panti asuhan yang tetap membutuhkan uluran tangan dari semua orang. Membantu persoalan sosial adalah bukan saja tugas pemerintah, tapi juga tugas semua manusia yang mendiami bumi ini untuk menyelamatkan manusia lain. Oleh sebab itu melalui media sosial ini saya mengajak semua pembaca untuk terus membantu sesama jika anda di posisi lebih beruntung misalnya. Saya tetap masih menitipkan suatu permintaan kami selepas kisah viral ini, bahwa kami masih membutuhkan uluran tangan keluarga/bapak/ibu/saudara/saudari untuk memiliki BUS Panti Asuhan, saya sempat menitipkan informasi Bus Panti Asuhan di aplikasi KITA BISA COM, namun hingga saat ini belum ada penyumbang, mungkin karena saya masih sibuk dengan viralnya postingan di facebook, lalu posisi aplikasi masih nol rupiah, sehingga pembaca tidak percaya, maka saya mengajak pembaca majalah HIDUP untuk berbagi rejeki melalui link kita bisa com yang akan saya kirim di bawah tulisan ini. Kami tetap berdoa kepada seluruh penyumbang, dan percayalah jika saudara saudari sekalian membantu pihak yang tidak beruntung, maka impian saudara/I sekalian akan dimudahkan oleh Tuhan. Saya berani bersaksi bahwa saya sudah mengalaminya duluan. Demikian kisah saya yang agak panjang dan melelahkan mata, semoga kita semua diberikan kesehatan dan berkat berlimpah oleh Tuhan, AMIN. Terima Kasih kepada Majalah HIDUP Katolik yang telah menerima tulisan saya. (Penulis Florry Koban).
LINK : DONASI BUS PANTI ASUHAN PUTRI KERAHIMAN PAPUA