web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

BELAJAR MENCINTAI KESEDERHANAAN DARI SANG BUNGA

Rate this post

HIDUPKATOIK.COM – BERAWAL dari keinginan saya untuk mengetahui lebih dalam tentang nama seorang santa pelindung. Saya pun mulai membuka-buka buku dan laman internet yang berisikan kumpulan nama-nama santa dan santo pelindung bagi anak yang akan dibabtis.

Ada sedikit perasaan iri dan ketidakpuasan saya akan nama babtis yang saat ini saya miliki. Tetapi saya tetap bersyukur karena telah diberi nama seperti itu oleh almarhum kedua orangtua saya yang tercinta.

Sudah lama saya berusaha untuk mencoba mencari-cari arti nama babtis itu dan saya tidak menemukan kepuasannya. Tetapi puji Tuhan, sedikit demi sedikit saya menemukan tulisan-tulisan yang tersangkut  dan bermakna sehingga itu cukup menenangkan hati saya.

Evi dalam bahasa Hungaria artinya hasrat. Orang yang namanya Evi, kuat dalam hal komunikasi dengan orang lain. Ia mempunyai kepribadian magnetik dan gampang bergaul, tapi tidak terlalu setia dalam urusan cinta. (Waduh ini engak bener nich… saya akan mencoba belajar tetap setia untuk selamanya… cheers.)

Nama Evi memang tidak mencerminkan kualitas pribadinya, namun memiliki nama yang bagus akan membantu seseorang menjadi lebih percaya diri, dan lebih bersemangat untuk menjadi pribadi yang positif, serta selalu berusaha agar hidupnya dapat bermanfaat untuk banyak orang. (Nah kalau ini boleh… benar…)

 Menurut studi numerologi, nama Evi mempunyai kepribadian peduli sesama, dermawan, tidak mementingkan diri sendiri, patuh terhadap kewajiban, ekspresi kreatif.  (Asik…. hayo coba anda mencari apa arti namamu?…)

Ketika saya mencoba mengaitkan nama itu satu dengan yang lain. Saya menemukan tulisan nama Evi sama dengan Eva atau Eve atau Hawa yang artinya Kehidupan atau Pemberi Kehidupan. Amin… (Wah ini mulai menarik…)

Bagi saya arti nama itu hanyalah sebagian kecil hal yang bisa memotivasi dan menyemangati saya untuk bisa berkarya, bekerja, berusaha, melayani dan menjalani hidup ini dengan baik. Walaupun arti dari nama itu mungkin kurang sesuai dengan apa yang saya inginkan. Tetapi apapun arti nama itu  tidak akan membuat saya menjadi sombong diri atau menjadi tidak percaya diri.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Awalnya saya tidak menyadari bahwa saya mempunyai seorang santa pelindung besar dan terkenal  yang selalu diperingati didalam liturgi gereja, yang juga sama dengan peringatan hari kelahiran saya. Seorang santa yang dikenal sebagai “Jalan kecil”. Di dalam mencari kesucian diri, dia menyadari bahwa dia tidak perlu melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang besar hanya untuk mencapai suatu kesucian dan menyatakan besar cintanya kepada Tuhan.

Dia mengganggap dirinya seperti bunga liar kecil di hutan, yang masih bisa hidup dan berkembang melalui semua musim di sepanjang tahun. Dia adalah Santa Theresia dari Lisieux  atau Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang juga dikenal sebagai Bunga Kecil Yesus. Dia adalah seorang Suster Karmelit Katolik Roma yang dikanonisasi sebagai Santa dan juga sebagai Doktor Gereja, satu dari tiga wanita yang diberi gelar tersebut.

Marie Francoise Therese dilahirkan di Kota Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Terlahir sebagai anak bungsu dari 9 bersaudara, dari pasangan Louis Joseph Aloys Stanislas Martin dan Zelie Marie Guerin. Tetapi hanya 5 bersaudara yang bisa bertahan hidup hingga dewasa. Semuanya adalah perempuan dan semuanya masuk biara.

Pada usia empat setengah tahun ibunya meninggal. Keinginan untuk menjadi biarawati sudah ada sejak ia berusia empat tahun dan pada usia sembilan tahun ia menyatakan keinginannya itu kepada kepala Biara Karmelit di Lisieux. Pada tanggal 9 April 1888, yaitu pada usia 15 tahun, Therese masuk Biara  Karmel di kota Lisieux. Pada bulan Januari 1889, Therese diterima sebagai novis menyusul kedua kakaknya yang lebih dulu masuk kesana. Ini merupakan suatu keinginan besar yang sudah lama dipendamnya dan diperjuangkannya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Sejak Pauline, kakak terbesarnya memutuskan untuk meninggalkan rumah dan masuk ke Biara Karmelit di Lisieux. Theresia kehilangan ibu keduanya. Dia sering sakit-sakitan. Kepalanya pusing dan dia sering jatuh seperti tak sadarkan diri. Padahal ia dapat melihat dan mendengar apa yang terjadi di sekitarnya. Para dokter juga bingung tentang penyebab penyakitnya itu. Selama tiga minggu ia menderita demam tinggi. Penyakitnya  sangat parah dan seperti tak ada harapan untuk sembuh.

Rupanya Tuhan membiarkan dirinya diganggu oleh roh-roh jahat, yang membuatnya sakit dan takut sehingga munculnya banyak halusinasi. Tetapi akhirnya, mukjizat itu datang. Ketika Marie dan Celine berlutut dan berdoa didepan patung Bunda Maria yang ada di kamar itu. Patung Bunda Maria itu dirasakan Theresia seperti hidup dan memancarkan cahaya yang indah. Dengan penuh kekaguman Therese bangun dari tempat tidurnya dan ia sembuh dengan cepat.

Segera setelah malam Natal 1884 berlalu, dia menceritakan tentang pertobatan roh yang luar biasa. Dia merasakan keinginan yang membara untuk berdoa bagi jiwa orang lain dan melupakan dirinya sendiri. Therese berdoa untuk pertobatan seorang pembunuh terkenal di menit-menit terakhir, Henri Pranzini yang dieksekusi pada tahun 1887. Theresia membaca berita di koran bahwa di menit terakhirnya, pembunuh itu meraih salib dan mencium luka-luka Yesus tiga kali sebelum dipenggal.

Hidup Theresia penuh dengan keprihatinan. Ia melakukan suatu kepasrahan cinta, menjalankan pengurbanan walaupun kecil. Karena maksudnya bukan untuk memperlihatkan sebagai bentuk kepahlawanan tetapi untuk merasakan suatu tindakan cinta semata.

Bulan April 1896, selama minggu suci, Theresia menjalani matiraga yang keras. Pada hari Kamis Putih, malam menjelang Jumat Suci, yaitu pada hari penderitaan dan wafat Tuhan Yesus dan malam-malam sesudahnya juga, Therese mengalami pendarahan pada paru-parunya. Theresia mempersembahkan semua penderitaan itu kepada Tuhan sebagai pengurbanan yang dengan sukarela diterimanya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Bulan Juli 1897, dia dipindahkan ke biara untuk orang sakit. Theresia meninggal pada tanggal 30 September 1897 di Lisieux, Prancis pada usia 24 tahun.

Katedral Sibolga mengambil nama pelindung Santa Theresia dari Lisieux (Fot: Ist.)

Dari sedikit uraian kisah panjang perjuangan dan pergulatan hidup Santa Theresia dari Lisieux atau Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus ini, banyak hal yang dapat saya renungkan. Banyak hal yang dapat saya pelajari dari kesederhanaannya, perjuangannya menghadapi sakit, perjuangannya menghadapi suatu penolakan, setia pada pilihannya dan cinta yang besar kepada Tuhan. Ia banyak mengajarkan saya tentang suatu kesederhanaan dan cara bagaimana menghadapi kehidupan ini sesusah apapun.

Kesederhanaan untuk bisa melakukan sesuatu yang kecil tetapi bisa memberikan nilai yang besar dan  sukacita serta berkat bagi orang lain. Banyak hal-hal sederhana bisa saya dan anda lakukan untuk bisa menyenangkan diri sendiri dan orang lain. Berdoa untuk saudara, teman, tetangga ataupun orang yang tidak menyukai saya dan anda adalah salah satunya. Berdoa untuk semua jiwa-jiwa yang terlupakan, jiwa-jiwa yang telah pergi meninggalkan dunia ini. Dan, masih banyak lagi hal-hal sederhana yang bisa saya dan anda lakukan tanpa harus menjadi besar dan terkenal didalam suatu pelayanan atau tempat. Mari belajar dari kesucian Theresia dari Lisieux, sang bunga mungil.

Saya mencoba untuk memahami dan belajar, apa yang Tuhan ingin saya lakukan?  Saya juga menyerahkan semua penyelenggaraan hidup di dunia ini hanya kepada-Nya. Mencintai Dia dengan sepenuh hati. Semoga yang saya lakukan dapat sesuai dengan kehendak-Nya dan semuanya itu hanya untuk memuliakan nama-Nya serta tanda syukur atas kasih-Nya yang berlimpah.

YESUS, HELP ME TO SIMPLY MY LIFE BY LEARNING WHAT YOU WANT ME TO BE AND BECOMING THAT PERSON. (Theresia dari Lisieux)

Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles