HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XXV; Ezr.9:5-9; Tob.13:2,3-4a,4bcd,5,8; Luk.9:1-6
YESUS memanggil, memberi kuasa, mengutus dan memberi petunjuk konkret. Para murid menjawab, lalu pergi dan melaksanakan tugas. Sebuah panggilan membutuhkan jawaban, perlu pendengar yang atentif dan responsif. Banyak orang bertelinga namun tidak mendengar karena kurang memiliki hati yang terlibat dan miskin akan tanggung jawab terhadap panggilan yang ada di hadapannya.
Yesus memberi kuasa kepada para murid, apa artinya? Kuasa sering
ditafsirkan sebagai wewenang untuk menguasai, mengatur, bahkan memeras dan menindas. Kuasa yang dipercayakan oleh Yesus adalah daya Ilahi agar setiap utusan mampu berbelas kasih, menyentuh, dan menyembuhkan mereka yang terluka. Para rasul membutuhkan daya ilahi untuk mengangkat semua orang yang tersisih dan terbuang menuju harkat dan martabat luhur manusia.
Kuasa atau daya Ilahi adalah sarana, bukan tujuan. Daya Ilahi yang merupakan rahmat Tuhan perlu menjadi andalan dalam melaksanakan setiap tugas. Andalan seorang pewarta Kabar Baik bukanlah tongkat, bekal, roti, uang, pakaian, dan sebagainya (Luk.9:3). Keterikatan pada aneka sarana tersebut dapat menjadi belenggu yang menghalangi mengalirnya daya-daya Ilahi. Yesus menegaskan pentingnya sikap lepas bebas seorang
utusan sejati.
Monica Maria Meifung, Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta