HIDUPKATOLIK.COM – PERNYATAAN di atas bukanlah isapan jempol. Donal Kengkel dalam Journal of Political Economy pernah membuktikan bahwa ternyata semakin terdidik (baca: berilmu) seseorang tidak selalu diikuti oleh praktik kebiasaan baik seperti yang diharapkan. Banyak kejadian negatif terjadi dan terungkap dilakukan orang terdidik. Mereka yang dalam istilah psikologi, masuk dalam ketegori split personality, praktik dan perilaku mereka jauh dari norma positif yang berlaku di tengah masyarakatnya. Perilaku buruk itu, antara lain, praktik-praktik kekerasan, tindak korupsi, daya juang rendah, disiplin kerja rendah, mudah puas, mementingkan diri sendiri, integritas kurang, sikap berbangsa dan bernegara melemah, dan lain-lan.
Bila dikaitkan dengan masyarakat kita, kita akan merasa malu karena negara kita mengakui agama sebagai pedoman hidup. Kita tahu dalam agama, pelbagai perilaku buruk tadi bertentangan dengan nilai-nilai agama (agaman mana pun itu) seperti kejujuran, keiklasan, kedisiplinan, ucapan seiring dengan perbuatan, membela yang lemah dan berkekurangan, menjunjung tinggi martabat manusia, solidaritas, dan lain-lain. Dan, kaum terdidik di negeri ini mengaku memeluk salah satu agama di diakui di sini.
Pertanyaannya, mengapa perilaku buruk bisa muncul dari kalangan terdidik kita? Mengapa kecenderungan ini makin menguat melihat misalnya dari kalangan terdidiklah (pejabat negara, pengusaha, politisi) justru yang tertangkap tangan karena praktik korupsi? Hal mana jelas-jelas merugikan masyarakat dan negara, merusak tatanan nilai, dan lunturnya keteladanan bagi generasi muda.
Adakah yang salah dalam dunia pendidikan kita sehingga kita terus menerus menyaksikan ‘tontonan’ yang tidak mendidik di atas? Dalam pelbagai kesematan, persoalan ini dibicarakan, didiskusikan, dan tentu saja dicoba diimplementasikan dalam dunia pedidikan. Bagaimana melahirkan generasi muda yang terbebas dari perilaku negatif tadi? Bagaimana memunculkan tokoh-tokoh, kalangan terdidik yang dengan tulus mengabdikan diri untuk bangsa dan negara?
Proses pendidikan di SMP Pangudi Luhur Dominico Savio barangkali satu dari sekian banyak lembaga pendidikan yang terus menerus menumbuhkan karakter positif para peserta didik dengan pelbagai macam cara. Dikelola dengan semangat persaudaraan dalam keluarga, lembaga pendidikan ini, tak pernah henti melahirkan para lulusan dengan karakter kuat untuk nilai-nilai yang positif.
Kejujuran adalah sala satu contoh, yang dicoba ditanamkan dalam diri anak. Tulisan “Lebih baik mati daripada berbuat dosa” di atas kepala patung Dominico Savio yang dipajang di kompleks sekolah ini memberikan pesan yang kuat. Sejak dini, para peserta didik harus menyadari betapa pentingnya nilai-nilai kejujuran, integritas, moralitas, dan lain sebagainya.
Suasana keterbukaan itu akan terjadi jikalau lingkungan dan proses pendidikan itu sendiri memungkinkan hal itu terjadi. Orientasi anak dan pendidik yang tak lagi melulu pada hasil raport dengan angka-angka yang fantastis. Tapi, ada nilai-nilai keutamaan yang jauh lebih berharga untuk hidup yang lebih bermakna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
HIDUP, Edisi No. 37, Tahun ke-75, Minggu, 12 September 2021