HIDUPKATOLIK.COM – SETYO lan suci atau setia dan suci, dua kata pesan almarhumah ibunya selalu diingat Romo Yos Bintoro. Lewat kedua orangtuanya, Rafael Ignatius Djoko Sukaryo (92) dan Maria Dolores Mursyanti yang meninggal tahun 2014, ia merasa betapa keluarga dengan sosok ibu sebagai mahkota merupakan akar panggilan hidupnya sebagai pastor.
Setia dan suci yang diucapkan Ibunya sambil menumpangkan tangan di pundaknya ketika tahbisan 25 tahun lalu, bagi Romo Yos, ibarat mantra. Berbagai pengalaman dicintai Tuhan, terutama dalam peristiwa-peristiwa penting hidupnya sebagai tentara yang pastor, sering dihadiri Ibunya. “Setidak-tidaknya saya dua kali merasakan kehadiran Mami. Pertama beberapa tahun lalu di sakristi yang ditandai dengan bau harus semerbak ketika saya akan mempersembahkan Misa. Kedua, serupa seperti yang pertama, ketika saya masuk kamar, Sabtu kemarin bau wangi semerbak menyergap. Sampai-sampai seorang pegawai di pastoran mengatakan, Ibu Romo datang.”
Kesaksian Romo Yos Bintoro, lengkapnya Romo Kolonel Yosef Maria Marcelinus Bintoro dan biasa dipanggil Romo Yote, itu diungkapkan dalam homili Misa Syukur Keluarga 25 tahun secara daring tahbisan imamatnya, Minggu, 15/8/2021. Dalam Misa yang ketiga kalinya hari itu, ia mengenangkan kedekatan dan dukungan keluarga. Kehadiran Ibunya bukanlah halusinasi atau cerita rekaan.
Lahir di Jakarta, 30 November 1967, anak kelima dari enam saudara ini ditahbiskan oleh Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ di Gereja St. Yohanes Penginjil Blok B, Jakarta bersama Romo Aloysius Susilo Wijoyo atau Romo Joy. Begitu ditahbiskan tahun 1996, ia diutus oleh Julius Kardinal Darmaatmadja sebagai Uskup Agung KAJ dan Uskup TNI-POLRI sebagai pastor militer di TNI AU. Empat tahun mengikuti pendidikan kemiliteran di Akademi Militer di Magelang, lulus dengan pangkat Letnan Dua, dialah pastor militer organik, satu-satunya pastor militer aktif yang memeroleh penugasan dari uskup militer yang berada di luar struktur militer. Hingga kini, sejak Indonesia memiliki Keuskupan Militer tahun 1949 dan sejak 1988 bernama baru OCI (Ordinariatus Castrensis Indonesia), merupakan satu-satunya OC di dunia yang memiliki pastor militer, bukan militer karier seperti sebelumnya.
Beberapa tahun kemudian, juga di TNI AU, menyusul Romo Paulus Nasib Suroto dari Keuskupan Malang. Sejak 2019, setelah lebih dari 20 tahun berkarya di Yogyakarta sebagai dosen di AAU dan Pastor Paroki St. Mikael Pangkalan TNI AU Adisucipto, sekaligus menyelesaikan S2 bidang Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik di UGM, Romo Yote diangkat sebagai Wakil Uskup Militer OCI dengan Ignatius Kardinal Suharyo sebagai Uskup OCI. Sebagai Wakil Uskup OCI, Romo Yote di samping melaksanakan tugas pokok perutusan Gereja Katolik sebagai pejabat organik di Pusbintal TNI, juga bertugas melaksanakan pelayanan pastoral mewakili Uskup OCI.
Dalam homili, Romo Yote mengulang dalam ungkapan berbeda apa yang sering disampaikan. Ia berusaha mempertemukan antara panggilan hidupnya sebagai pastor yang identik dengan perdamaian dan pada saat bersamaan profesinya sebagai anggota TNI yang identik dengan perang. “Kami siap perang, tetapi kami siap membawa perdamaian,” tegasnya saat menerima penghargaan Muri sebagai pastor sekaligus anggota TNI, tahun 2018. Merintis berdirinya Paroki (baru) St. Agustinus Halim Perdanakusuma sebagah Pusat Pelayanan Pastoral Keuskupan Umat Katolik di Lingkungan TNI & Polri (OCI), kini ia ditugasi sebagai Kepala Sub Bagian Pembinaan Mental Rohani Katolik Pusbintal TNI sejak 2019.
St. Sularto
HIDUP, Edisi No. 35, Tahun ke-75, Minggu, 29 Agustus 2021