HIDUPKATOLIK.COM – FILIPINA adalah salah satu negara di dunia yang memberikan perhatian besar terhadap para tenaga kerjanya yang bekerja di pelbagai negara. Pemerintah tidak sekadar memperhatikan aspek keamanan para tenaga kerja di luar negeri. Tidak! Pemerintah negara ini membekali para tenaga kerjanya, khususnya para tenaga kerja di sektor informal seperti menjadi asisten rumah tangga, pendampingan anak-anak (balita), para lansia dengan mengasah soft skill mereka. Soft skill ini, antara lain menyangkut kemampuan berkomunikasi dan memberikan perhatian kepada setiap orang yang mereka layani. Keterampilan ini amatlah penting mereka miliki sebelum mereka berangkat.
Bagaimana dengan tenaga kerja pada sektor yang sama dari Indonesia? Secara jujur, kita harus mengakui, haI tampaknya menjadi sebuah persoalan yang belum sepenuhnya diperhatikan, khususnya oleh departemen dan lembaga-lembaga terkait. Para tenaga kerja hanya dibekali dengan kemampuan seadanya di bidang ini. Keterampilan teknis memang diperlukan (hard skill). Namun, soft skill jauh lebih menentukan ketika mereka berhadapan dengan orang-orang yang akan mereka layani di negara tujuan. Pengetahuan akan kultur dan budaya setempat juga akan menentukan.
Maka, dalam rangka merayakan 15 tahun Mutiara Kasih yang kami angkat dalam Sajian Utama edisi ini, dimensi soft skill ini kiranya layak mendapat atensi kita. Mutiara Kasih adalah sebuah badan atau lembaga yang memberikan pelatihan keterampilan kepada para lulusan setingkat menengah atas untuk menjadi babysitter dan caregiver. Dari sejumlah orang-orang yang telah ‘menggunakan’ (user) tenaga-tenaga terampil dari lembaga ini, kita memperoleh gambaran, bahwasanya tenaga-tenaga dari lembaga ini cukup mumpuni. Mereka tidak sekadar bekerja sesuai dengan pemintaan (kebutuhan) para user, tetapi mereka memberikan melamapaui apa yang dimintakan. Dalam mendampingi anak-anak misalnya, para lulusannya juga memperhatikan aspek kerohanian anak-anak yang mereka layani. Hal ini tentu saja akan membawa nilai tambah bagi setiap tenaga kerja. Secara otomatis, kepercayaan para user akan semakin meningkat terhadap lembaga ini hingga di usianya saat ini.
Untuk sampai ke level tersebut, tentu saja tidak hanya membutuhkan waktu dan proses pelatihan (pendidikan) dengan kedisiplinan yang tinggi. Namun, juga bagaimana lembaga ini mampu membukakan hati para pesertanya. Bahwasanya, orang-orang yang akan mereka layani adalah manusia-manusia yangmembutuhkan sentuhan hati. Etos kerja mereka membutuhkan suatu pemahaman yang cukup akan harkat dan martabat manusia. Siapa pun yang mereka layani. Artinya, bagaimana memperlakukan mereka secara manusiawi.
Setelah 15 tahun keberadaannya, lembaga ini boleh dibilang telah mampu memikat hati banyak orang (user). Para lulusannya dicari dan mendapat kepercayaan. Maka, tantangan ke depan adalah bagaimana lembaga ini kian mampu melahirkan banyak tenaga-tenaga terampil terutama bidang soft skillnya. Tak tertutup kemungkinan, para lulusannya juga akan siap berkompetisi dengan tenaga-tenaga kerja yang sama dari negara tetangga di atas untuk bekerja di pelbagai negara juga. (fhs)
HIDUP, Edisi No. 35, Tahun ke-75, Minggu, 29 Agustus 2021