HIDUPKATOLIK.COM – UMUMNYA tarekat suster bekerja di bidang pendidikan, kesehatan, perawatan panti asuhan atau panti jompo) dan lain-lain. Sr. Bene Xavier, MRsR di Vienna, Austria justru bekerja di sebuah toko fashion. “Ya, saya bekerja sebagai voluntir di Vinzishop. Bukan hanya saya, kami semua yang bekerja di sini voluntir, ada ibu rumah tangga, mahasiswa juga. Kami bekerja dalam shift secara bergantian selama empat jam. Setiap orang bebas berpartisipasi dalam satu atau dua shift per minggu. Pekerjaan yang kami lakukan di antaranya menyortir barang, menata dan memajang pakaian dan barang sesuai kategori agar tampak indah dipandang dan memudahkan pembeli ketika berbelanja, melayani para pembeli yang datang, termasuk juga membersihkan toko,” ujar orang pertama dari Indonesia yang masuk Kongregasi Suster-suster Misi dari Sang Penebus Maha Kudus (MRsR) ini.
Vinzishop bukanlah sebuah toko fashion biasa karena memiliki konsep dan pesan sosial. Semua barang yang dijual merupakan donasi dari masyarakat. Masyarakat bisa menyumbangkan barang-barang bekas yang masih bagus dan layak pakai. “Kami akan menyortirnya. Barang-barang yang akan diterima dan dijual hanyalah barang-barang yang tidak rusak dan dalam keadaan bersih. Kami menjualnya dengan sangat murah. Mer terkenal akan dikenakan harga lebih mahal,” tutur Suster Bene.
Uang yang terkumpul dari hasil penjualan digunakan untuk pelaksanaan proyek Vinzibett, yaitu penyediaan rumah singgah bagi para gelandangan atau pengungsi yang tidak memiliki tempat tinggal atau tidak memiliki cukup uang untuk sekadar makan. Di Vinzibett, mereka yang tidak memiliki rumah atau makanan boleh datang kapan saja untuk makan, minum, istirahat, tidur, mandi.
Menurut Suster Bene, siapa saja boleh berbelanja dan menyumbangkan barang-barangnya. Yang datang belanja bukan hanya mereka yang kekurangan secara material, melainkan juga orang-orang yang berkecukupan atau bahkan anak-anak muda yang sangat stylish. “Banyak alasan mereka, di antaranya sebagai aksi untuk bisa ikut menyumbangkan uangnya dengan belanja di sini. Demi upaya pelestarian lingkungan,” papar Suster Bene.
Apa kaitannya dengan pelestarian lingkungan? “Setiap tahunnya ada ribuan ton sampah konveksi, yang berdampak pada kerusakan lingkungan. Sebagian masyarakat berpikir untuk tidak membeli pakaian baru. Mereka lebih senang menukar barang-barang fashionnya di toko-toko “second hand”. Harapannya, produsen fashion akan mengurangi produksinya. Otomatis berpengaruh pada menurunnya sampah konveksi,” paparnya.
Bagi Suster Bene, bekerja di sini banyak sisi positifnya. “Saya bisa menyalurkan ide-ide kreaif dalam menata display. Juga mengembangkan kemampuan bahasa Jerman dan interaksi dengan para pembeli yang datang dari berbagai kalangan. Lebih gembira lagi karena setiap harinya kami bisa mencapai nilai penjualan yang sangat bagus. Itu artinya kami bisa semakin memberikan tempat singgah dan makanan yang layak bagi mereka yang membutuhkan,” imbuhnya. (FHS)