HIDUPKATOLIK.COM – Imamatnya bak cahaya yang menerangi panggilan Romo Aloysius Susilo Wijoyo yang merayakann pesta perak imamatnya pada 15 Agustus 2021 lalu. Mengarang banyak lagu Gerejani, kehadirannya selalu membawa warna tersendiri bagi orang-orang mulai dari kalangan biasa hingga kardinal. Berikut ini nukilan kesaksian terhadap pria yang akrab dipanggil Romo Joy itu.
Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ
Uskup Agung Emeritus KAJ:
Tampil Menggembirakan
“INGATAN saya ‘si hitam manis’ ini bertubuh besar dan tegap. Hitam manis, karena kulitnya agak gelap dan dirinya murah senyum. Ini menyiratkan kebesaran hatinya yang siap membantu. Ia mempunyai bakat di bidang seni, bisa main gitar, dan menyanyi. Dia mudah menjadi penghibur dan menciptakan suasana gembira. Kehadirannya pasti mencairkan suasana yang kaku dan tidak bersahabat. Sumbanganya besar kelihatan dengan lahirnya buku nyanyian yang bernama “Kidung Syukur” yang terbit tahun 2005. Ia seorang yang bertanggung jawab dan itu bisa dilihat dalam tugas yang diembannya. Ia berhasil mengubah cawan derita menjadi cawan cinta bagi banyak orang.”
Kardinal Ignatius Suharyo
Uskup Agung Jakarta:
Anak Kegembiraan
“KITA boleh bertanya, warna apa yang diberikan oleh Romo Joy untuk KAJ? Tentu warna-warni, salah satunya terungkap dalam nama panggilannya Joy. Seperti halnya Yusuf dipanggil oleh para Rasul dengan nama Barnabas (Anak penghiburan-Kis. 4:36), demikian pula Romo Joy yang berarti anak kegembiraan. Saya yakin, tidak salah mengatakan bahwa di mana Romo Joy berada, di situ ada kegembiraan. Dari mana kegembiraan itu berasal? Dari komitmennya sebagai imam yang “menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah”. Dengan kegembiraan sebagai pelayan Tuhan, Romo Joy berkomitmen untuk selalu tampil gembira. Ia adalah salah satu ‘anak’ milik KAJ yang selalu bergembira dalam panggilan.”
Mgr. Pius Riana Prapdi
Uskup Ketapang/Teman Angkatan di Seminari Mertoyudan:
Watak yang Jujur
“HAMPIR tidak pernah saya melihat Romo Joy bermuka muram. Ia selalu gembira karena memiliki kemampuan refleksi yang tajam dan hal itu diungkapkan dalam nyanyian. Ia memiliki watak yang jujur tidak sekadar ikut-ikutan. Ia pernah mengungkapkan bahwa kejujuran adalah tanda orang mau dibimbing untuk berkembang dalam panggilan. Teman-teman senang bergaul dengannya karena sangat peduli dengan panggilan mereka. Ia tidak suka dengan solidaritas semu antar teman sepanggilan dalam asrama. Ia tidak mau bila ada teman yang berbuat salah atau melanggar peraturan dan tidak diajak bicara lantas dibiarkan. Baginya berkembang berarti memperkembangkan orang lain. Ia menyadari bahwa panggilan itu harus diperbaharui serta didewasakan. Kita tidak bisa memilih imamat lantas juga bebas memilih yang lain. Tidak! Tak ada pilihan demikian dalam panggilan Romo Joy.”
Romo Alphonsus Setya Gunawan
Romo Rekan Paroki St. Gabriel Pulo Gebang:
Pribadi yang Komunikatif
“WAKTU diakon Romo Joy melayani di Paroki St. Yakobus Kelapa Gading yang waktu itu saya menjadi kepala paroki. Tetapi kini dia menjadi Kepala Paroki St. Gabriel Pulo Gebang dan saya menjadi pastor rekan. Ia adalah seorang pastor berjiwa muda dan senang berkunjung ke rumah umat. Ia suka makan bersama dan bercerita, bernyanyi, dan mendengarkan keluh kesah umat. Umat senang dengannya bukan karena penampilannya tapi kebaikan hatinya. Sebagai rekan kerja, ia seorang yang komunikatif, tidak egois dan terbuka mendengarkan masukan dari orang lain, khususnya rekan-rekan pastor yang senior.”
Candra Wijaya
Mantan atlet bulu tangkis:
Terbuka pada Masukan
“SAYA dan keluarga mengenal Romo Joy sebagai bapak rohani. Cintanya kepada keluarga kami luar biasa dan kami merasa seperti Tuhan sedang mengirim malaikat ke dalam keluarga kami. Kami memiliki visi dan misi yang sama, cara pandang yang sama, dan rasa yang sama. Sejujurnya Romo Joy seorang yang rendah hati, terbuka dan tak ingin mempersulit situasi. Ia lebih memilih tampil di tengah-tengah tanpa memihak pihak yang lain. Dia terbuka pada masukan sekaligus kritis terhadap hal-hal yang menurutnya tidak sejalan dengan harapan banyak orang atau kehendak Gereja.”
Maria Chatarina Susanti Syams
Ketua PWK St. Monika KAJ:
Moderator yang Baik
“SAYA ingat 25 tahun lalu Romo Joy berpastoral di paroki saya, St. Fransiskus Xaverius Tanjung Priok. Ia seorang frater yang bersemangat mengajari anak-anak di bidang musik-termasuk anak saya dalam bermain gitar. Ia bertanggung jawab terhadap anak-anak misdinar dan tugas itu dilaksanakan dengan baik. Saat ia dipilih sebagai Moderator Persekutuan Doa St. Monika KAJ, saya menjadi ketua dan kami bekerja sama. Saat memimpin retret atau kegiatan lainnya, Pastor Joy mampu memahami harapan dan keinginan para ibu yang beragam-ragam. Saya memahami betul bahwa tugas ini tidak mudah sebab harus mendampingi ibu-ibu tetapi Romo Joy mampu menempatkan diri dan bisa memberi pencerahan kepada kami.”
Bernardus Dwita Pradana
Teman angkatan di Seminari Mertoyudan/Anggota Badan Pemeriksaan Keuangan:
Junjung Tinggi Kebenaran
“SESUAI arti namanya Aloysius Susilo Wijoyo, adalah seorang pastor yang tumbuh berkembang menjadi famous wariornya (Aloysius) Tuhan karena menjunjung tinggi kebenaran (Susilo) dan terus menjadi gembala yang unggul berjaya (Wijoyo) dengan penuh pelayanan dan kasih sayang. Bagi saya dan keluarga Romo Joy adalah seorang yang penuh kegembiraan. Ia adalah gembala yang santun, suka menolong dan membantu umatnya. Seorang imam yang periang dan kreatif dalam memuliahkan Tuhan.”
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP, Edisi No. 33, Tahun ke-75, Minggu, 15 Agustus 2021