HIDUPKATOLIK.COM – 1Tes 1:2b-5.8b-10; Mzm. 149:1-6a,9b; Mat. 23:13-22
DALAM bacaan-bacaan hari ini ada dua kelompok jemaat yang bisa menjadi cermin bagi hidup keberimanan kita. Tipe yang pertama diwakili oleh jemaat Tesalonika yang dilayani oleh Paulus dan juga jemaat yang dipuji oleh pemazmur. Jemaat tipe yang pertama ini penuh dengan sukacita dan kasih, bukan relasi yang pura-pura tapi relasi yang sejati dan
penuh kasih. Pokok hidup mereka tertuju pada Allah maka tidaklah mengherankan bahwa kehadiran Allah bisa dirasakan dan menjadi kekuatan bagi hidup jemaat. Allah berkenan pada jemaat yang melakukan kasih, baik kepada Allah maupun kepada sesamanya. Kesalehan menjadi kata kunci bagi jemaat ini. Kesalehan bukan dinilai dari aksesoris keagamaan atau pun jabatan dan status sosial seseorang di masyarakat. Kesalehan dinilai dari apa yang keluar dari seseorang dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik dari kata-kata, tindakan, sikap, perlakukan, dan relasinya dengan orang-orang di sekitarnya.
Tipe kedua bisa kita lihat dalam Bacaan Injil, yaitu mereka yang dikecam Yesus sebagai orang-orang munafik. Sikap munafik ini sering ditunjukkan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Status mereka dikenal seharusnya sebagai orang-orang yang kental dengan hal-hal keagamaan. Mereka mengajar orang banyak tentang kesalehan, menafsirkan hukum Tuhan dan segala peraturannya. Tetapi sayang sekali mereka dikecam oleh Yesus karena apa yang mereka hidupi sehari-hari ternyata jauh sekali dari apa yang mereka ajarkan. Mereka tidak memiliki kasih sejati, relasi penuh kepura-puraan, di mana agama dijadikan kedok pemuas nafsu duniawi mereka. Dua tipe jemaat di atas memberikan kita sebuah pertanyaan penting. Sebagai pengikut Kristus, bagaimana aku relasinya dengan sesamaku dan Allah? Apakah sejati atau masih taraf pura-pura.
Romo Josep Ferry Susanto , Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Imam Keuskupan Agung Jakarta