HIDUPKATOLIK.COM – Hak 11:29-39a; Mzm. 40:5,7-10; Mat. 22:1-14
BACAAN Kitab Suci sering menampilkan kisah yang tidak mudah dicerna dalam logika manusia modern. Nasib anak perempuan Yefta yang dikorbankan karena nazar ayahnya itu merupakan karikatur yang kejam dari keyakinan akan Allah yang tidak sesuai dengan sensibilitas religius kita pada zaman sekarang.
Allah itu Hakim yang Agung, Pembebas Israel, tetapi juga Pembalas yang menghukum musuh-musuh-nya. Iman Kristiani berakar pada sifat cuma-cuma Kasih Allah. Jika kesadaran ini hilang, keyakinan teguh dan luhur dapat dengan mudah menjadi satu sikap penyembahan berhala dan fanatisme yang radikal.
Idolatria atau penyembahan berhala itu memiliki dua wajah yang saling berkaitan: yang satu merusak gambaran Allah yang baik dan menjadikan-Nya sosok yang keras dan haus darah, yang lain menjadikannya sumber kewibawaan yang sombong dan keliru bagi manusia yang merasa berkuasa atas hidup dan mati orang lain. Banyak perang agama sepanjang sejarah umat manusia disebabkan oleh ideologi yang mengubah Allah menjadi berhala seturut gambaran manusia. Idolatria semacam ini membawa konsekuensi yang tragis atas hidup kaum miskin dan lemah.
Kiranya kita butuh sikap rendah hati dan kesadaran sebagai “tamu-tamu” kehormatan Allah yang bersedia menanggapi undangan luhur-Nya untuk masuk dalam perjamuan Kerajaan Sorga, untuk menciptakan dunia yang lebih baik, karena Dialah yang meraja dan bukan
berhala-berhala manusia modern zaman ini.
Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX , Uskup Terpilih Keuskupan Padang