HIDUPKATOLIK.COM – Pada 11 April 1909,Paus Pius X mengangkat status Basilika Santa Maria degli Angeli sebagai Basilika Patriarkal dan Kapel Kepausan. Takhta Paus juga ditempatkan persis di belakang altar utama Basilika.
PATUNG Bunda Perawan Maria dalam balutan warna emas menjulang tinggi di atas façade sebuah basilika agung sekitar lima kilometer dari Kota Assisi, Umbria Italia Tengah. Mereka yang melihat patung itu, pasti segera sadar, Perawan Maria adalah patron basilika tersebut. Memang, basilika ini bernama Santa Maria degli Angeli (Santa Maria dari Para Malaikat). Namun siapa yang menyangka, bangunan megah yang dibangun hampir sekitar satu abad ini sebenarnya semacam mantel pelindung untuk sebuah gereja kecil yang dikenal dengan nama dalam bahasa Latin Portiuncula (Italia: Porziuncola). Ada apa dengan Portiuncula?
Portiuncula
Portiuncula bukanlah gereja yang besar. Bahkan, lebih cocok jika disebut kapel daripada gereja. Sebab, luasnya tidak lebih dari sekitar 6 x 4,5 meter. Namun demikian, gereja ini sangat penting, bersejarah,dan sakral bagi Ordo Fransiskan (meliputi OFM, OFM Capusin, OFM Conventual). Sebabnya, di gereja inilah Santo Fransiskus Assisi bersama para pengikutnya yang pertama memulai hidup pertobatan dan persaudaraannya, yang kemudian menjelma menjadi sebuah Ordo religius.
Konon, gereja Portiuncula sudah berdiri berapa abad sebelum Fransikus. Sebuah legenda mengatakan, gereja kecil ini didirikan pada abad IV oleh para pertapa yang berasal dari Tanah Suci di bawah arahan Paus Liberius (352-366). Ketika membangunnya, mereka menempatkan sebuah batu yang diambil dari makam Santa Perawan Maria di Lembah Yosafat, Palestina. Inilah sebabnya mengapa gereja ini terkait erat dengan Perawan Maria. Legenda lain berkisah, Santo Benediktus dari Nursia (516) pernah memiliki dan tinggal di gereja ini. Entah legenda ini benar-benar valid dari segi historisitasnya atau tidak, dalam konteks iman,kiranya tidak terlalu penting untuk diperdebatkan . Sebab,legenda muncul untuk menambah kesakralan gereja suci ini.
Fakta yang pasti, gereja Portiuncula mulanya berada di sebidang tanah kecil milik Ordo Santo Benediktus dari Monte Subasio. Karena itu, gereja ini disebut Portiuncula, yang artinya “sebidang tanah yang kecil.” Saat Fransiskus menemukan gereja ini, kondisinya sudah rusak parah karena sudah begitu lama ditinggalkan dan tidak terawat.
Portiuncula merupakan salah satu dari paling tidak tiga gereja yang direhab Fransiskus pada periode 1207-1208. Dikisahkan, setelah berziarah ke Roma, Fransiskus mengalami pengalaman mistik, yaitu mendengar suara dari sebuah ikon Yesus yang tersalib di gereja San Damiano yang hampir roboh. Suara itu mengatakan demikian, “Fransiskus, Fransiskus, pergilah dan perbaikilah gereja-Ku yang hampir roboh ini.” Ia menafsirkan secara harfiah perintah itu. Lantas, ia pun segera menjual kudanya dan beberapa pakaian yang diambil dari gudang ayahya. Uang hasil penjualan itu dipergunakannya untuk membiayai perbaikan gereja San Damiano, yang terletak di pinggir kota Assisi.
Setelah selesai merehab gereja San Damiano, ia mengunjungi gereja Portiuncula, yang didedikasikan kepada Perawan Bunda Allah. Melihat kondisi gereja yang memprihatinkan itu sembari didorong oleh kecintaannya kepada Perawan Bunda Tuhan, Fransiskus segera merehabnya dan merawatnya.
Harta Kesayangan Fransiskus
Setelah selesai merehab Portiuncula, Fransiskus kemudian mendirikan sebuah pondok kecil di sampingnya untuk tinggal dan berdoa. Beberapa orang kemudian bergabung dan mengikuti cara hidupnya: hidup dalam persaudaraan dan melayani orang-orang kecil, sakit, dan tersingkir. Pada 1209, setelah memperoleh izin untuk mendirikan Ordo, Fransiskus dan para pengikutnya tinggal di Portiuncula. Sekitar tahun 1211, Abbas Biara Benediktin dari Monte Subasio menghibahkan gereja Portiuncula kepada Fransiskus dengan satu syarat, yaitu sebagai Rumah Induk dari keluarga rohaninya (Ordo). Berdampingan dengan gereja Portiuncula ini, didirikanlah rumah Fransiskan pertama yang terbuat dari lumpur yang dicampur dengan jerami. Pondasi dari rumah tersebut sekarang berada di samping bawah altar agung Basilika Maria degli Angeli.
Beberapa momen bersejarah terjadi di Portiuncula. Di sini, misalnya, Fransiskus menerima Santa Klara dari Assisi pada malam Minggu Palma pada 1211 ketika ia memutuskan untuk membaktikan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Portiuncula menjelma sebagai markas Ordo di mana para Fransiskan pertama selalu berkumpul, berdiskusi, dan berefleksi setelah perjalanan misinya di seluruh Italia. Di masa awal perkembangan Ordo, Portiuncula selalu menjadi tempat diselenggarakan Kapitel General (Sidang Umum) Ordo selama Pentakosta (Mei-Juni) di mana keputusan penting diambil, khususnya yang berkaitan dengan misi para Fransiskan ke daerah seberang pegunungan Alpen dan kaum Sarasen (Muslim). Ketika akhir hidupnya mendekat, Fransikus meminta agar ia dibawa ke Portiuncula pada September 1226. Ia wafat di pondoknya, sekitar 7 meter dari gereja tersebut pada malam 3 Oktober 1226. Ketika berada di ranjang kematiannya, Fransiskus berpesan agar para saudara Fransiskan selalu melindungi, menjaga,dan memelihara gereja Portiuncula.
Thomas dari Celano, penulis awal biografi Fransiskus Assisi dalam karyanya “Kehidupan Santo Fransiskus” menceritakan mengapa Fransiskus sangat terikat dengan gereja Portiuncula. Dikatakan, “Meskipun Fransiskus yang terberkati itu tahu, Kerajaan Allah dapat ditegakkan di segala penjuru bumi, dan percaya bahwa rahmat ilahi dapat dianugerahkan di tempat yang dipilih Allah di mana saja, tetapi ia tahu dari pengalamannya sendiri, bahwa gereja Santa Maria dari Portiuncula adalah gereja yang penuh rahmat dan dipenuhi dengan kunjungan para malaikat surgawi. Maka, ia sering berkata kepada para saudaranya, ‘Pandanglah gereja itu anak-anakku. Jangan pernah kamu meninggalkan tempat ini. Jika kamu diusir dari pintu yang satu, masuklah kembali dari pintu yang lain.
Sebab, tempat ini sungguh tempat suci, dan tempat kediaman Kristus dan Bunda Perawan…Di sini, mereka yang berdoa dengan sepenuh hati akan menerima apa yang dimintanya sementara mereka yang berdosa dihukum. Maka dari itu, anak-anakku, jagalah tempat ini, tempat tinggal sejati Allah, dengan segala hormat dan takzim, teristimewa bagi Dia dan Bunda-Nya. Di tempat ini, dalam seruan sukacita dan pujian dengan sepenuh hatimu, panjatkanlah pujian kepada Allah Bapa dan Putranya Tuhan Yesus Kristus, dalam kesatuan dalam Roh Kudus.”
Sebuah ironi berkenaan dengan gereja Portiuncula. Fransiskus memang sangat menekankan para pengikutnya untuk tidak memiliki harta milik dan berani untuk melepaskan segalanya dalam menjalani hidup Injili. Akan tetapi, untuk gereja Portiuncula, ia bersikeras untuk memiliki dan tidak melepaskannya.
Maria Para Malaikat
Beberapa abad kemudian, mempertimbangkan kesakralan gereja Portiuncula, Paus Pius V (1566-1572) mulai membangun sebuah Basilika besar dan megah untuk menaungi dan melindungi tiga tempat penting: gereja Portiuncula, pondok di mana Fransiskus wafat,dan reruntuhan rumah pertama Ordo Fransiskan. Basilika ini diberi nama sesuai dengan nama asli gereja Portiuncula, yaitu Santa Maria degli Angeli (Maria dari Para Malaikat). Menurut sebuah legenda, konon lantunan suara malaikat sering terdengar dari dalam gereja Portiuncula.
Beberapa kali, basilika ini rusak karena gempa bumi (di antara 15 Maret 1832 dan 26 September 1997) karena daerah sekitar Asissi secara geografis sangat rentan dengan bencana gempa bumi. Anehnya, gereja kecil Portiuncula masih tetap tegak kokoh berdiri meski copula basilika yang berada di atasnya kerap jatuh. Nasib tragis pernah menimpa gereja Portiuncula pada zaman Napoleon Bonaparte ketika menguasai Eropa. Konon, gereja Portiuncula pernah dipakai untuk mengikat kuda-kuda pasukan Perancis ketika mereka menguasai Italia. Sampai sekarang, masih tersisa besi pengikat kuda di tembok gereja.
Pada 11 April 1909,Paus Pius X mengangkat status Basilika Santa Maria degli Angeli sebagai Basilika Patriarkal dan Kapel Kepausan. Tahta Paus juga ditempatkan persis di belakang altar utama Basilika. Rupanya, rasa hormat kepada Gereja Portiuncula bahkan melampaui Italia dan Eropa. Ini, misalnya, nampak dari nama Kota Los Angeles di California, Amerika Serikat. Nama Los Angeles merupakan nama pendek dari nama asli kota itu yang didirikan oleh para misionaris Fransiskan dari Spanyol: “El Pueblo de Nuestra Seňora la Reina de los Angeles de Porciuncula.”
Di atas semuanya itu, gereja Portiuncula dikenal sebagai tempat untuk memperoleh pengampunan dan rekonsiliasi dengan perantaraan Bunda Perawan Maria. Dari sinilah kemudian muncul tradisi suci umat Katolik, yaitu Indulgensi Portiuncula. Mereka yang menerima indulgensi ini seolah-olah seperti sedang dibawa masuk masuk dalam kehidupan kekal, persis seperti tulisan kuno di dinding depan gereja Portiuncula: Haec est porta vitae aeternae “Inilah Gerbang Kehidupan Kekal.”
Romo Albertus Purnomo, OFM, pengajar Kitab Suci di STF Driyarkara, Jakarta
HIDUP, Edisi No.30, Tahun ke-75, Minggu, 25 Juli 2021