web page hit counter
Senin, 18 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Jejak Lentera Jiwa Ursulin

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Selama 70 Tahun hadir di tengah masyarakat, SMA Regina Pacis Surakarta telah menelurkan banyak inspirasi dan sukacita bagi pendidik dan anak didik.

Veronica Puji Astuti (Ika)
Guru PPKn sejak 1991 – sekarang

Rumah Kedua

 

“SEKIAN lama mengajar di SMA ini, momen berkesannya banyak sekali. Salah satunya, kami selalu tertantang menghadapi murid yang aktif dan kritis. Sampai sekarang, saya selalu senang menjumpai murid yang keingintahuannya tinggi dan inisiatif.

Dari sisi pertemanan antarsuster dan para pengajar, saya melihat ada kesederhaan, keramahtamahan juga saling perhatian satu dengan yang lain, itu rasanya menguatkan. Cintanya dari teman-teman pengajar ini membuat saya merasa nyaman jadi seperti memiliki rumah kedua. Saya selama mengenyam pendidikan, saya hampir selalu ada di lingkungan heterogen, kemudian berada di sini membuat saya kerasan. Dalam kurun waktu 30 tahun saya mengajar di sini, saya itu kalau libur malah sakit, senang bertemu dengan teman-teman di sekolah.

Untuk SMA Regina Pacis dalam usia 70 tahun semakin menampilkan aura sekolah Katoliknya. Nilai-nilai kecerdasan dikembangkan dan potensi anak terolah. Mengikuti zaman dan memaknainya dengan sungguh-sungguh. Dengan segala perjuangan yang tidak mudah, Komunitas Kampus Regina Pacis harus menunjukkan kharisma dan ciri khas. Tidak sekadar Serviam, tapi ada ciri khasnya.”

***

Claudius Angga Yudha Kusuma (Angga)
Guru Bahasa Inggris sejak 2019 – sekarang
Alumin SMA Regina Pacis Surakarta Angkatan 2010

Ngangenin

 

“SELAMA saya bersekolah dari TK sampai kuliah, paling berkesan di SMA Ursulin. Masuk di Ursulin, menjadi titik balik saya. Bagi saya, sekolah ini memberikan dampak positif, yang utama soal kedisplinan dan tanggung jawab. Masa kuliah itu adalah masa di mana kita diberi kebebasan, bebas mau mengerjakan tugas atau tidak. Karena terbawa dari SMA, saya bahkan tidak pernah bolos dari semester 1 – semester 8.

Setelah lulus, saya sempat bekerja di sekolah lain di Solo. Dulu sempat mencalonkan diri ke SMA Ursulin tapi lowongan sebagai guru Bahasa Inggris belum ada. Tahun 2019 baru saya mulai mengajar di sini. Rasanya ngangenin, jadi saya ingin kembali. Sejak menjadi tenaga pengajar, jujur, saya senang dengan kekeluargaan di antar para pengajar yang saat erat. Saya di sini kembali bertemu dengan guru-guru saya dulu ketika saya masih jadi murid, sekarang menjadi partner. Selain mengajar,  saya mendapatkan kesempatan untuk belajar hal-hal baru, contoh menjadi kameramen, membantu di bidang multimedia, dan sebagainya. Ke depannya, semoga SMA Ursulin menjadi lebih unggul, bisa bertahan dalam perubahan zaman serta menampilkan jati dirinya.”

Baca Juga:  Misa Gregorian: 30 Hari Tanpa Terputus

***

Maria Consulata Lianto (Connie)
Alumna Angkatan 1984
Serviam yang Serviam

“SAYA bersekolah di Regina Pacis Solo ketika masih sekolah ini masih khusus perempuan. Saya bukan orang Jawa jadi suatu tantang besar untuk beradaptasi dengan Kota Solo dan teman-teman di sekolah. Seiring perjalan waktu, saya merasa nyaman. Akhirnya, saya tinggal di Solo hampir 30 tahun.

Sampai saat ini yang masih berkesan bagi saya adalah kepala sekolah saya saat itu, di mana saya berada di kelas XII. Menurut saya waktu itu masa- masa saya galau. Ia mau duduk mendengarkan curhatan saya selama berjam-jam. Tanpa saya diusir. Setelah saya dewasa, saya pikir untuk duduk dan mendengarkan orang lain itu suatu yang sangat sulit. Pengalaman ini sangat menginspirasi saya untuk bisa selalu mendengarkan.

SMA Regina Pacis berusia 70 tahun tahun ini, sungguh suatu usia yang tidak muda. Itu berkat perjalanan yang begitu panjang, melewati dinamika waktu dan tantangan zaman. Tapi, untuk mencapai usia 70 tahun bagi institusi pendidikan seperti SMA ini, terbukti mampu untuk terus bertahan dan berkembang dalam dinamika kehidupan yang semakin  besar tantangannya, sesuai dengan perkembangan zaman.

Generasi muda Indonesia secara khususnya generasi di Solo, dituntut untuk lebih daripada generasi sebelumnya. Selain kecerdasan intelektual, kreativitas juga merupakan kunci yang amat penting dalam menghadapi masa depan. Bagi saya untuk generasi ke depan, kata kunci yang utama adalah kreativitas untuk menjalani kehidupan di masa datang. Nilai-nilai yang luhur pelan-pelan sirna dan digantikan oleh ego. Pergeseran ini menjadi suatu tantangan yang berat bagi institusi pendidikan khususnya institusi Katolik, untuk menyeimbangkan antara kognitif dan emotional.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Harapannya, SMA ini menjadikan orang muda menjadi manusia seutuhnya yakni seimbang antara rasa, karya, karsa dan cipta. Bahasa Ursulinnya, Serviam (Saya Mengabdi) yang Serviam. Kita sudah punya ulasan mengenai Serviam itu, tapi bagaimana menjadikan itu secara konkret pada anak-anak muda itu untuk menjadi Serviam yang Serviam.

***

Atalie Ivana (Atalie)
Ketua OSIS periode 2019/2020

Bekal Disiplin

“AWALNYA aku ingin tetap di Kalimantan melanjutkan studi, tetapi keputusanku berubah karena tergerak ingin mendapatkan pengalaman dan teman baru. Lalu aku mencoba mencari sekolah yang ada di Solo dan ketemu Sekolah Regina Pacis. Dari situ aku rajin googling tentang sekolah Ursulin ini. Ternyata sekolah ini kental dengan disiplinnya dan fasilitasnya yang mumpuni. Ketika masuk memang sesuai dengan apa yang digambarkan. Meskipun disiplin, guru-gurunya mengajar dengan asyik. Pengajar memberikan penjelasan yang mudah dimengerti melalui contoh yang dekat dengan kehidupan kita. Karena itu, interaksi siswa dan guru jadi sangat dekat. Kalau mau nanya itu jadi engga sungkan.

Teman-teman yang sedang merasa kesusahan dalam mata pelajaran tertentu juga diayomi dengan baik. Awalnya dengan meminta murid lain yang sudah mengerti untuk mengajarkan, jika belum bisa guru akan mengulang. Namun, jika memang belum bisa, guru akan secara langsung memberikan tutor ke meja si murid.

Nah, dari sekolah ini aku mendapatkan bekal mengarungi kehidupan yang sangat bagus yakni disiplin, berintegritas, dan peduli dengan sesama. Bentuk disiplin banyak macamnya, tapi bagiku disiplin waktu itu penting banget. Apalagi dengan karakterku yang suka berorganisasi. Jadi dengan disiplin ini melatih diriku agar studi tidak keteteran. Sedangkan, integritas agar kita bisa menjaga kepercayaan orang lain yang diberikan kepada kita. Ini jadi bagian peduli dengan sesama dengan menjaga kepercayaan yang diberikan.

Baca Juga:  Jaringan Caritas Indonesia Terus Bergerak Membantu 9000 Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Untuk Ursulin, semoga terus menjadi lebih bak lagi dengan inovasi baru, model pembelajaran baru yang tentunya lebih asyik lagi. Belajar di Ursulin selalu seru!.”

***

Ferdinand Dandyaksa Utama (Ferdinand)
Ketua OSIS periode 2021

Bahagia di Sini

“BAHAGIA. Saya bahagia bisa sekolah di sini. Setelah mencoba peruntungan mencoba beasiswa di Raffles, Singapura dan seluruh peserta dari Indonesia belum bisa merengkuh kesempatan itu, saya langsung mencari sekolah terbaik di Solo. Ursulin menjadi pilihan saya karena memang yang terbaik.

Kebahagian bersekolah di sini karena saya tidak menemukan pengalaman dan situasi semacam ini sebelumnya. Biasanya guru klo masuk pertama kali itu image yang dibikin itu kadang nakutin, nyeremin, galak, tapi di sini gurunya easy going semua. Gurunya enak diajak santai untuk bertukar pikiran.

Kemudian selama belajar daring karena situasi pandemi, sekolah menerapkan sistem “Integrated Learning” (IL). Dalam sistem ini di tiap modul selalu ada produk final. Lewat program IL kami diminta untuk mencari koneksi mata pelajaran satu dengan yang lain yang sebelumnya tidak terpikirkan. Ini mengajak kami berpikir “out of the box”. Jika diamati secara baik, dalam modul sistem IL ini sendiri sebenarnya mengusung nilai-nilai Serviam yang mau melayani. Jadi, lewat belajar daring pun, guru tetap berhasil mengajarkan nilai-nilai serviam.

Untuk itu, nilai utama yang akan saya bawa nanti ketika lulus dari sekolah ini adalah melayani. Banyak teman lihat jadi ketua OSIS berat, kok masih sempat ini itu karena saya menjalaninya dengan senang. Jadi klo dibawa nanti ke dunia luar, ya semangat menjalani apapun itu dengan rasa senang yang akan saya bawa. Dengan demikian, saya berharap nilai-nilai Serviam itu tetap ditanamkan oleh sekolah dan jangan sampai pudar. Mengapa? karena yang buat saya mencintai sekolah ini adalah Serviam itu. Menjalani apapun dengan senyuman. Hati yang selalu melayani.”

Karina Chrisyantia/Felicia Permata Hanggu

HIDUP, Edisi No.28, Tahun ke-75, Minggu, 11 Juli 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles