web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Pengagum Aloysius Pieris Itu Dipilih untuk Keuskupan Padang

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – SUKACITA  menyelimuti umat Katolik Indonesia, terutama umat Keuskupan Padang, Sumatera Barat. Paus Fransiskus telah mengangkat Pastor Vitus Rubianto Solichin, SX menjadi Uskup Padang. Kabar gembira ini diumumkan hari Sabtu sore, 3 Juni 2021,  pukul 17.00 WIB di Padang dan pukul 12.00 waktu Roma. Takhta Uskup Padang lowong (sede vacante) sejak Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM meninggal dunia tahun 2019.

Uskup Terpilih, Mgr. Rubianto, sehari-harinya mengajar Kitab Suci di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta dan Rektor Skolastikat Serikat Misionaris Xaverian (SX) di Jakarta. Namanya sesungguhnya bukan nama asing di telinga para peserta kursus-kusus Kitab Suci di pelbagai kelompok di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Ia juga rutin menulis Renungan Harian di Majalah HIDUP.

Kitab Suci memang bidang yang ia dalami. Ia meraih gelar Doktor Teologi Biblis dari Universitas Kepausan Gregoriana, Roma.

Namun ketika ia mejalani masa Skolastikat di Wisma Xaverian Jakarta sekaligus studi filsafat di STF Driyakara, ia telah jatuh cinta pada masalah-masalah sosial kemasyarakatan.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Ketika rekan-rekannya lebih tertarik asistensi di paroki-paroki di KAJ, ia memilih bidang kerasulan lain dengan menjadi ‘relawan’ di Institut Sosial Jakarta (ISJ), salah satu bidang yang ditangani adalah masalah perburuhan. Akhir tahun 80an dan awal 90an, gerakan sosial semakin menguat. ISJ adalah salah satu ‘pilar’ dalam simpul-simpul gerakan sosial yang kemudian hari berujung pada Peristiwa 1998.

Ketika Pemerintah Provinsi DKI melakukan penertiban becak-becak di Jakarta, sebagai mahasiswa, ia tak tinggal diam. Bersama dengan aktivis lainnya, ia melakukan advokasi kepada para tukang becak yang mengalami tekanan, bahkan intimidasi aparat kala itu. Keprihatinan para mahasiwa (STF) dan elemen masyarakat saat itu ditampilkan dalam sebuah pementasan Teater Rakyat (TERA) di halaman Kampus STF Driyarkara di kawasan Rawasari, Jakarta Pusat. Dan, Frater Rubi adalah salah satu bilangan mahasiswa yang berada di balik layar pementasan ini. (Tahun 1991/1992 ia menjadi Ketua Senat Mahasiwa STF. Driyakarta).

‘Kejatuhcintaannya’ pada masalah sosial perburuhan ini tampaknya makin merasuki dirinya dalam kerangka yang lebih luas. Keterbelengguan masyarakat yang makin terpinggirkan makin menarik perhatiannya. Para pejuang dan pemikir besar dalam filsafat dan teologi, khususnya nama-nama besar teolog-teolog pembebasan dari Amerika Latin makin menggetarkan dirinya. Sebut saja di antaranya, Uskup Agung Oscar Arnulfo Romero, Gustavo Gurierrez, J.L. Segundo.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Jika itu di Amerika Latin, bagaimana dengan Asia? Pertanyaan ini tampaknya membekapnya. Di sinilah ia menemukan sosok Aloysius Pieris, seorang teolog pastoral Jesuit dari Sri Langka.

Semakin ia mendalami karya-karya Pieris, semakin ia menemukan pijakan kuat untuk terus-menerus melakukan refleksi (dan aksi dalam batas-batas tertentu), tak hanya konteks Indonesia, tetapi zona yang lebih luas, yakni Asia mengikuti cara berteologi Pieris.

“Keprihatinan dan kegembiran iman yang pernah saya alami selama membantu ISJ dalam pendampingan para buruh sekitar 1990-1992, telah memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam diri saya. Apakah kemiskinan itu sungguh-sungguh merupakan satu unsur yang tidak mungkin dipisahkan  dari kenyataan hidup di Asia? Atau dengan kata lain, apakah kemiskinan telah menjadi satu dengan budaya Asia? Lagi, apakah kenyataan orang-orang kecil yang umumnya adalah saudara-sudara Muslim yang saleh tidak memberi warna tersendiri pada cara-cara saya merasul yang ditentukan iman saya pribadi?” Demikan tulisnya dalam bukunya, Paradigma Asia. Pertautan Kemiskinan & Kereligiusan dalam Teologi Aloysius Pieris, Kanisius, Yogyakarta, 1997. Buku ini merupakan penyempurnaan skripsinya meraih titel S1 dari STF Diryakarta.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Ya, kini, sang ‘pengagum’ teologi pembebasan ini dipilih Paus Fransiskus (berkebangsaan Argentina, Amerika Latin) menjadi gembala utama umat Katolik di Keuskupan Padang yang tersebar di Provinsi Sumatera Barat dan Riau. Medan pastoral yang tentu saja bukan asing baginya. Sejak datang karena diusir oleh rezim yang berkuasa di Tiongkok ke Nusantara, para misionaris SX dari Italia telah berkarya di Keuskupan Padang.

FHS

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles