HIDUPKATOLIK.com – 2 Kor. 11:1-11; Mzm. 111:1-2,3-4,7-8; Mat. 6:7-15
TUHAN bukan petinggi yang haus pujian, butuh disembah, disanjung, dan diberi informasi supaya Ia bersedia mengabulkan doa. Allah tahu yang dibutuhkan setiap orang. Tujuan berdoa adalah memasuki sebuah perjumpaan dan membangun relasi intim dengan Allah,
bukan mendesak Allah agar mengabulkan permohonan si pendoa. Santo Ignatius
dari Loyola pernah menasehati teman-temannya, “berdoalah sedalam-dalamnya, bukan sebanyak-banyaknya.”
Yesus mengajarkan para murid doa yang sempurna yaitu doa Bapa Kami. Sebagai Putera yang bersatu dengan Bapa-Nya, Yesus mengikutsertakan semua orang beriman dan memberi kuasa untuk berkomunikasi akrab dengan memanggil Allah sebagai Abba, Bapa, Papa. Allah memang mahakudus, mulia, dan tak terhampiri, namun Ia sekaligus Allah
yang maha ada dan hadir bagi semua yang percaya.
Kata ‘kami’ membawa kesadaran bahwa, semua yang percaya kepada Yesus menjadi bagian dari suatu keluarga masyarakat baru, yakni keluarga Kerajaan Allah. Dengan mengucapkan doa Bapa Kami, setiap orang beriman mempersatukan dirinya dengan semua pengikut Kristus lain. Ketika berdoa Bapa Kami, bukan kita yang berlari-lari menuju Allah tetapi Allah yang dengan mesra mendekatkan diri-Nya kepada manusia, seperti Bapa terhadap anak yang sangat dikasihi.
Monica Maria Meifung, Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta