HIDUPKATOLIK.com – 2 Kor. 8:1-9; Mzm. 146:2- 5-6,7,8-9a; Mat. 5:43-48
KITA sering melihat orang terlibat dalam “persaingan” mengasihi orang yang dikagumi: romo, biarawan-biarawati, tokoh masyarakat, pejabat atau orang-orang penting lainnya. Coba kita jujur bertanya, untuk kepentingan siapa kasih itu dilakukan? Sabda Tuhan hari ini
mengajak kita untuk belajar mengasihi orang yang tidak dikenal, terlebih musuh dan orang yang menganiaya kita.
Mengasihi tidak identik dengan perasaan senang atau berbagai tindakan spontan yang menggembirakan. Kasih mengandaikan kehendak kuat dan keputusan sadar. Matius memakai kata agape yang mengartikan kasih sebagai kebaikan tak kunjung padam dan tidak goyah dalam kesulitan apa pun. Kasih agape bersifat universal, dalam dan luasnya tak dapat dibatasi sekat agama, bangsa, kelompok, dan sebagainya. Itulah kasih sempurna.
Kasih yang hanya tertuju kepada segolongan orang, bukanlah kasih yang dicita-citakan Yesus. Siapa yang dimaksud musuh? Orang Yahudi suka melihat orang di luar bangsanya sebagai musuh. Musuh dapat berarti mereka yang berbuat jahat, menghina ataupun merugikan. Musuh dalam bacaan Injil juga menunjuk pada mereka yang menganiaya. Terhadap mereka semua, Tuhan ingin kita mengasihi, bukan membenci.
Monica Maria Meifung, Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta