HIDUPKATOLIK.com – 2Kor.5:14-21; Mzm.103:1-4, 9-9, 11-12; Mat.5: 33-37
Peringatan ini dirayakan sehari setelah Hari Raya Yesus yang Mahakudus seperti ditetapkan Paus Paulus VI pada tahun 1969. Namun, devosi ini sudah dimulai sejak abad XVII oleh S.
Yohanes Eudes, lalu Paus Pius VII dan Pius IX pada abad XIX mengizinkan beberapa gereja merayakan devosi ini. Akhirnya Paus Pius XII dalam dekrit tgl. 4 Mei 1944, di tengah-tengah Perang Dunia II, menetapkan perayaan ini untuk seluruh gereja universal, supaya
melalui perantaraan doa S. Perawan Maria tercapailah “kedamaian di antara bangsa-bangsa, kebebasan bagi Gereja, pertobatan kaum berdosa, cinta akan kemurnian dan praktik keutamaan.”
Maria menjadi perantara doa Gereja kepada Yesus, Putranya, karena ia adalah murid Yesus yang paling setia dan otentik, mempunyai hubungan paling intim dan mendalam. Tidak ada manusia yang lebih memahami Yesus daripada Ibu-Nya. Hidupnya ialah “ya” sepenuhnya
kepada kehendak Allah, “ya” seutuhnya dalam pelaksanaan Sabda Allah. Hatinya murni sehingga ia mampu merenungkan pengalaman hidupnya dalam cahaya Ilahi.
Semoga kita, sebagai putra-putri Maria secara rohani, mewarisi kemurnian hati yang sama, totalitas iman yang sejalan dengan teladan hidup Maria. Dengan demikian, di dunia ini kita menjadi cerminan otentik murid Yesus yang benar, menjadi ciptaan baru di dalam Kristus,
dan hidup dalam kedamaian dengan Allah dan sesama.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap, Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak, Kalimantan Barat