HIDUPKATOLIK.COM – Minggu Biasa XI, 13 Juni 2021, Tahun B: Yeh 17:22-24; 2Kor 5:6-10; Mrk 4:26-34)
TIDAK jarang kita para pengikut Yesus atau Gereja berhadapan atau ditimpa dengan rupa-rupa masalah. Kenyataan ini membuat Gereja atau para pengikut Yesus tergoda untuk merasa putus asa, kehilangan pengharapan dan semangat serta rasanya mau menyerah saja. Iman menjadi mandek dan dengan demikian nampaknya Gereja tak bertumbuh lagi. Apakah memang Gereja adalah demikian? Apakah memang Gereja berhenti bertumbuh di tengah-tengah kegelapan yang menyelimutinya? Tidaklah demikian. Kata Scott Peck, seorang Psikiater dan Penulis laris Amerika: “Hanya karena masalah-masalah, maka kita tumbuh secara mental dan spiritual”.
Dalam Injil Markus 4:26-34, terungkap pengajaran Yesus kepada orang banyak melalui dua perumpamaan. Yang pertama, adalah perumpamaan tentang benih. Secara tak kelihatan benih itu bertumbuh, mengeluarkan tunas yang makin lama makin tinggi. Selanjutnya tunas itu mengeluarkan mula-mula tangkai, lalu bulir kemudian bulir-bulir yang penuh isinya dalam bulir itu.
Yang kedua, adalah perumpamaan biji sesawi. Biji itu ditaburkan di tanah. Biji sesawi itu sebagai biji yang paling kecil dari segala jenis benih yang ada di bumi, kemudian tumbuh menjadi lebih besar, ada cabang-cabangnya dan di situ burung-burung bersarang.
Perumpamaan-perumpamaan ini mengajarkan kita tentang kerajaan Allah, yang berarti: “Allah merajai manusia dengan kasih dan manusia percaya atau hidup dalam Allah”. Kerajaan Allah itu bertumbuh: mulai dari penciptaan langit dan bumi serta manusia, kemudian bertumbuh terus sampai kedatangan Yesus di dunia, dan selanjutnya, kerajaan Allah yang dinyatakan dan dilaksanakan secara final, definitif dan penuh dalam Yesus Kristus, dilanjutkan secara konkrit dan kelihatan dalam Gereja. Sebagaimana sifat kerajaan Allah adalah senantiasa bertumbuh, demikian juga Gereja. Dikatakan dalam Konstitusi mengenai Gereja, Konsili Vatikan II: “Gereja merupakan benih dan awal mula kerajaan itu di dunia. Sementara itu Gereja lambat laun berkembang, mendambakan kerajaan yang sempurna dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan agar kelak dipersatukan dengan Rajanya dalam kemuliaan (No. 5).
Kita tahu bagaimana Gereja pada awal mulanya memiliki jumlah yang kecil, tetapi kemudian bertumbuh dari Yerusalem dan menyebar ke seluruh dunia. Pertumbuhan Gereja kadang-kadang seperti benih, bersifat tak kelihatan, melalui perbuatan-perbuatan yang bukan besar, hebat, menonjol, melainkan yang kecil dan tak tampak.
Seperti benih atau biji sesawi bertumbuh melalui perubahan-perubahan bentuknya, demikian juga Gereja. Memang tak gampang Gereja berubah. Ada kecenderungan Gereja sudah merasa puas dengan apa yang ada. Tetapi, kalau Gereja tak berubah, ia melawan sifat dari kerajaan Allah, yang menampakkan diri secara kelihatan di dalam Gereja. Dikatakan dalam Konstitusi mengenai Gereja Konsili Vatikan II: Lumen Gentium: “Gereja itu suci sekaligus harus selalu dibersihkan serta terus-menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan” (LG No. 8).
Masalah-masalah yang dihadapi Gereja tak boleh membuat Gereja tak bertumbuh. Seperti dicontohkan oleh Rasul Paulus. Gereja harus tabah, berdiri tegak di tengah-tengah masalah yang ia hadapi. Kata Rasul Paulus kepada Umat di Korintus: “Saudara-saudara, hati kami senantiasa tabah. Meskipun kami sadar bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan hidup karena melihat, toh hati kami tabah” (2 Kor 5:6-8). Pertumbuhan Gereja tak lepas dari hidup dengan tabah dan berjuang. Kata Napoleon Hill, seorang Penulis Amerika Serikat; “Kekuatan dan pertumbuhan datang hanya melalui upaya terus-menerus dan perjuangan”.
Sumber pertumbuhan, adalah Allah. Seperti Allah membangkitkan Umat Israel, demikian juga Gereja dipelihara dan ditumbuhkan oleh Allah. Gereja adalah bagaikan sebuah cabang dari puncak pohon aras yang tinggi diambil Allah, ditanam, kemudian bercabang dan berbuah serta menjadi pohon aras yang hebat (Bdk. Yeh 17:22-23).
Karena itu, Gereja tak boleh sombong. Bila Gereja jatuh dalam kesombongan, maka Tuhan akan merendahkan atau membuat Gereja bagaikan pohon yang tumbuh menjadi layu dan kering. Tetapi kalau Gereja senantiasa bertobat, memperbaharui diri dan menyucikan diri, maka Allah akan membuat Gereja bagaikan pohon layu kering, bertaruk kembali.
Di akhir proses pertumbuhan, Gereja seperti kata Rasul Paulus, harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya hidup setiap orang memperoleh apa yang ia patut peroleh, sesuai dengan apa yang ia lakukan dalam hidup ini, baik ataupun jahat (2 Kor 5:10).