HIDUPKATOLIK.COM – May the force be with you, sebuah salam legendaris dan mendunia terutama bagi pecinta Star Wars. Dalam mitologi Star Wars universe, Anakin Skywalker, tokoh utama protogonis Jedi, dipercaya sebagai “The Chosen One” yang akan menciptakan keseimbangan dalam Jedi Galaksi, namun ironisnya dia mengakhiri kisahnya dengan memilih menjadi tokoh antagonis Sith yang populer dengan julukan Darth Vader.
Pertarungan legendaris antara Jedi (force) dan Sith (dark force) tidak pernah berhenti dari episode awal film ini diputar di bioskop tahun 1977 hingga baru-baru ini dibuat tv series ‘Mandalorian’. Jedi digambarkan sebagai penjaga perdamaian dan keharmonisan di Jedi Galaksi. Sedangkan Sith digambarkan sangat ambisius dan dipenuhi nafsu untuk mendapatkan kekuasaan. Kehidupannya didorong oleh kebencian terhadap Jedi.
Dalam beberapa trilogi Star Wars dikisahkan banyak tokoh Jedi yang pada akhirnya memilih menjadi Sith. Jika boleh saya mengatakan Sith adalah Jedi yang jatuh ke dalam kegelapan. Hal ini mengingatkan saya akan konsep Allah menciptakan manusia semua baik adanya, tetapi kejatuhan manusia kedalam kegelapanlah yang membuat manusia menjadi tidak baik adanya.
Jika dipikirkan lebih dalam, sebenarnya karakter Sith dan Jedi bukan hanya karakter fantasi dalam imajinasi George Lucas, namun merupakan karakter yang nyata dan hidup di dunia yang kita diami ini.
Sesungguhnya setiap pribadi berpotensi untuk menjadi Sith atau Jedi, karena pada dasarnya kedua karakter ini ada dalam diri setiap individu. Menjadi Sith atau Jedi adalah pilihan, keputusan membuat pilihan tergantung pada tingkat kesadaran diri.
Dr. Hawkins dalam risetnya menetapkan ‘Skala Hawkins’ yang menglasifikasikan tingkat kesadaran manusia kedalam dua golongan besar yaitu Force (getaran negatif) dan Power (getaran positif). Menurut Hawkins, getaran tingkat kesadaran inilah yang menggerakkan seseorang beraksi terhadap sesuatu, sesuai pengalaman hidupnya.
Titik Balik
Salah satu tokoh penting dalam Kitab Suci yaitu Paulus, salah satu sosok yang mengalami dua titik ekstrem tingkat kesadaran dan satu titik balik penting yang sangat menentukan perjalanan hidupnya.
Awalnya bernama Saulus dari Tarsus, tindakan Saulus didorong oleh pengalaman hidup yang berasal dari getaran-getaran negatif, penuh ambisi, mengarah pada kekerasan, seorang penghujat, penganiaya, dan ganas. Emosi yang muncul adalah rasa benci, marah, dendam dan keinginan untuk menghancurkan.
Namun pengalaman Saulus ditangkap oleh kasih Kristus menjadikannya seorang Paulus yang hidup, tindakan, emosi serta karyanya didorong oleh getaran positif dari rasa cinta kasih, berani berkorban, pendamai dan sukacita.
Paulus adalah ‘the chosen one’ yang dipilih Allah untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa di luar Yahudi. Pengalaman ditangkap oleh kasih Kristus merupakan pengalaman eksistensial sekaligus titik balik Paulus yang mengubah total seluruh hidupnya, dari seorang penganiaya pengikut Kristus menjadi seorang penggembala umat Tuhan.
Anakin dan Paulus, keduanya adalah ‘the chosen one’, tetapi mereka memilih menanggapi panggilan tersebut dengan cara yang berbeda. Anakin memilih menjadi Sith sedangkan Paulus memilih menjadi ‘Jedi’. Bagaimana dengan pilihanmu? Sith atau Jedi?
There is no good without evil
but evil must not be allowed to flourish
May the force be with you!
Fellicia Fenny S, Kontributor