web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kisah di Balik Lagu “Maria Pembantu Abadi”

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – FRATER Albertus Thius, SVD lahir di Oenak, Noemuti, Pulau Timor pada 14 November 1961 sebagai anak keempat dari 12 bersaudara. Ayahnya Gabriel Yosef Thius, guru (SD) dan sangat aktif menggereja. Bakat musik diperolehnya dari sang ayah yang pandai menyanyi. Ia mahir main gitar dan menciptakan lagu.

Keinginannya untuk menjadi imam membuatnya memilih untuk masuk Seminari Lalian, Atambua. Studinya berjalan lancar dan tamat tahun 1981. Ia memilih bergabung dengan Societas Verbi Divini (SVD). Ia menjalani masa Novisiat di Ledalero, Flores, 1981-1982, lalu kuliah Filsafat di STFK Ledalero, selesai 1986. Sebelum kuliah teologi, ia menjalani masa praktik pastoral setahun di Seminari Santo Ignasius Loyola Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Kejadian naas menimpanya. Tahun 1988, ia mengalami kecelakaan mobil bersama para seminaris. Kepalanya terbentur. Setelah kejadian itu, ia dikembalikan ke Seminari Tinggi Ledalero untuk mendapatkan perawatan lanjutan. Pimpinan memutuskan untuk meneruskan perawatan di RS St. Vincentius a Paulo Surabaya, Jawa Timur.

Hal yang mengejutkan terjadi ketika diketahui bahwa kepalanya tidak hanya cedera karena kecelakaan. Ia mengidap kanker otak. Perawatan intensif pun dilakukan selama beberapa bulan, hingga akhirnya dokter menyerah dan menyatakan bahwa hidupnya tinggal beberapa bulan saja

Kemudian, ia ditempatkan di RS Lela, Flores supaya bisa dibantu jika ada hal-hal yang lebih darurat. Rupanya, kegembiraan dan semangat hidupnya yang tinggi, membuatnya mampu bertahan hingga dua tahun lebih. Bahkan, ia masih bisa mengikrarkan kaul kekal pada 15 Agustus 1989 di RS Lela.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Pergulatannya dengan kanker otak memang membutuhkan kesabaran dan keteguhan iman yang luar biasa. Ia tidak kehilangan kegembiraannya. Ketika orang datang mengunjunginya, ia malah menghibur mereka. Amat sering ia memainkan gitar dan menyanyi menghibur pasien lain. Gitarlah yang menemaninya untuk menciptakan lagu. Salah satu lagu yang kemudian dikenal luas adalah Maria Pembantu Abadi.

Lagu ini berangkat dari kekagumannya akan iman yang amat kokoh dari Bunda Maria, yang dalam kepedihan mendalam mampu memangku Yesus yang wafat di salib. Iman inilah yang ingin ia teladani dalam menanggung penderitaannya. Devosinya kepada Bunda Maria amat kuat karana lingkungan yang membentuknya. Ia lahir dari keluarga yang rajin berdoa Rosario serta dibentuk dalam SVD yang memiliki penghormatan yang khusus kepada Bunda Maria. Kaul pertama dan kaul kekalnya diikrarkan pada Pesta Maria Diangkat ke Surga.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Lagu ini menjadi lebih bermakna karena lahir dari pergulatan imannya di sisa akhir hidupnya. Dikisahkan, tiga bulan menjelang kematiannya, ia kehilangan penglihatan dan menjadi tuli. Ia hanya bisa mengenal orang yang mengunjunginya melalui tulisan nama di tangannya. Bahkan pada dua minggu terakhir, ia tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Penderitaannya berakhir pada tanggal 8 Mei 1990, ketika ia menghembuskan nafas terakhirnya. Ia dimakamkan di pemakaman Seminari Tinggi Ledalero.

Pastor Petrus Cristologus Dhogo, SVD

HIDUP, Edisi No.22, Tahun ke-75, Minggu, 30 Mei 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles