web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paus Pius IX Berpesan: “Perkenalkanlah Dia ke Seluruh Dunia!”

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – SEBUAH kerinduan bagi umat di Gereja St. Alfonsus De Liguori, Paroki Nandan, Sleman, Yogyakarta untuk mempunyai sebuah taman untuk berdoa kepada Bunda Maria. Maka sejak tahun 2014 telah dibuat sebuah master plan untuk membangun sebuah taman doa di sekitar komplek gereja. Menjelang Bulan Maria, kerinduan umat Paroki Nandan terpenuhi. Tanggal 30 April 2019, Vikaris Episkopalis Kevikepan DIY Romo Andrianus Maradiya memberkati taman doa yang sekarang kerap dikenal sebagai Taman Doa Bunda Maria Penolong Abadi.

Mengikuti Devosi St. Alfonsus de Liguori

Dari 117 gelar yang disematkan kepada sosok Maria, Paroki Nandan memilih Bunda Maria Penolong Abadi sebagai nama taman doa tersebut. “Dipilih nama Bunda Maria Penolong Abadi karena sesuai dengan devosi St. Alfonsus de Liguori, santo pelindung gereja kami. St. Alfonsus memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria Penolong Abadi. Dalam bahasa latin: Mater Maria de Perpetuo Succursu. Bahkan di dalam Novena Tiga Salam Maria, juga disebut nama St. Alfonsus,” jelas Kepala Paroki Nandan, Romo Antonius Dodit Haryono ketika dihubungi melalui telepon,18/5/2021.

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Taman Doa Bunda Maria Penolong Abadi di Paroki Nandan, Yogyakarta. (Dok. Paroki Nandan).

Menurut Romo Dodit, sempat terjadi perubahan mengenai rancangan taman doa tersebut. Awalnya taman doa akan dibangun di pojok barat gereja, namun sekarang posisinya ada di timur utara gereja berdekatan dengan makam para imam Congregatio Sanctissimi Redemptoris (CSsR) atau Kongregasi Sang Penebus Mahakudus.

Oase bagi Umat

Setelah diresmikan, umat sangat bersemangat dengan kehadiran taman doa ini. Paroki Nandan kerap mengadakan Ekaristi di taman doa tersebut pada hari-hari khusus. Namun karena pandemi, kebiasaan Ekaristi di luar gereja terpaksa ditiadakan. Kendati demikian, hingga kini, Taman Doa Bunda Maria Penolong Abadi selalu dibuka bagi siapapun yang hendak berkunjung. Semenjak pandemi, pihak paroki membuat jadwal agar umat paroki dapat bergantian menggunakannya sesuai dengan protokol kesehatan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Taman  doa ini diharapkan sebagai oase bagi umat. Bunda Maria adalah sosok yang akrab dalam tradisi iman Kristiani khususnya Katolik. “Kita semua adalah murid-murid yang dikasihi Yesus maka sudah selayaknya kita menerima Maria di rumah kita (Bdk. Yohanes 19: 26-27). Taman doa ini merupakan oase yang menyuburkan iman kita kepada Allah, kepada Yesus Sang Firman yang menjadi manusia melalui Bunda Maria. Taman doa ini merupakan oase bagi siapapun yang hendak menimba kekuatan rohani bersama Bunda Maria. Semoga umat juga bisa merawatnya supaya menjadi kekayaan rohani dari paroki Nandan,” tutur Romo Dodit.

Berkat Sang Penolong

Kehadiran Bunda Penolong membuat umat Paroki Nandan merasakan pertolongan melalui perantaaran Bunda Maria. Tidak sedikit yang menyatakan kepada Romo Dodit atau mengungkapkan rasa syukurnya melalui ujud Ekaristi. Romo Dodit pribadi juga berdevosi kepada Bunda Maria yang merupakan bunda segala imam. “Per Mariam, ad Jesum. Melalui Maria kita sampai kepada Yesus. Maria bukan yang mengabulkan tapi yang menolong dengan mengantarkan doa-doa kita kepada Yesus sendiri,” ungkap imam diosesan kelahiran Surakarta ini.

Satu hal yang menarik terkait Taman Doa Maria Penolong Abadi ini. Di dekat taman doa tumbuh pohon Pete. Romo Dodit menceritakan bahwa sudah lama pohon itu tidak berkembang dengan baik. Namun setelah pemberkatan taman doa, tiba-tiba pohon itu subur lagi, sampai panen dan hasilnya dibagikan ke umat.  “Entah ini bisa dikatakan sebuah berkat dari Bunda Maria atau tidak. Pete itu kini berbuah terus. Jadi saya kerap menyampaikan ke umat, pete saja diberikan berkat untuk berbuah apalagi kita yang berdoa di tempat ini. Wong pete saja nampaknya bisa berbuah, masa kita tidak ditolong oleh Bunda Maria,” pungkasnya sambil terkekeh.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai
Gua Maria Bunda Penolong Abadi, Gereja St. Stefanus, Paroki Cilandak, Jakarta Selatan.

Menghidupkan dengan Katekese

Gereja St. Stefanus Paroki Cilandak, Jakarta Selatan mempunyai suatu cerita yang lain mengenai sosok Bunda Maria Penolong Abadi. Tahun lalu, dalam rangka perayaan syukur Ulang Tahun Paroki Cilandak ke-43, dari tanggal 16 Oktober hingga 24 Oktober 2020, setiap pukul 18.00 WIB, Paroki Cilandak mengadakan Novena Bunda Maria Penolong Abadi secara online dan offline.

Ketika paroki-paroki Keuskupan Agung Jakarta mengadakan Doa Rosario Merah Putih bersama yang disiarkan melalui Hidup TV selama Bulan Oktober 2020, Paroki Cilandak mengambil tema Maria Bunda Penolong Abadi dan membuat sebuah video yang berisi sejarah dan penjelasan tentang devosi Bunda Maria Penolong Abadi. Jika sempat masuk ke ruang tamu Gedung Sekretariat Paroki Cilandak, terpampang ikon atau lukisan Bunda Maria Penolong Abadi di sebelah kiri.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa paroki ini juga memiliki Gua Maria bernama Bunda Maria Penolong Abadi yang diberkati oleh Kardinal Ignatius Suharyo di tahun 2012. Pastor Rekan Paroki Cilandak, Romo Petrus Cipto Nugroho, SCJ mengatakan bahwa selama ini ada ketidaksesuaian patung dan prasasti yang berada di Gua Maria tersebut. Umat paroki ketika ditanya, sedikit yang tahu nama gua tersebut. “Dari situ, kami para imam di paroki ini mulai menghidupkan dan meluruskan dengan cara membuat katekese mengenai Maria Bunda Penolong Abadi sampai kami mencetak buku. Kami menyusun buku dan sosialisasi ke umat. Kami mengajak umat mengenal sosok Maria dengan sungguh. Jangan sampai berdevosi tapi tidak mengerti,” terang Romo Petrus.

Lukisan Bunda Maria Penolong Abadi di ruang tamu Sekretariat Paroki Cilandak, Jakarta Selatan.

Setelah membuat katekese, Romo Petrus juga mengajak umat untuk menjaga kekhasan di Paroki Cilandak yakni berdoa kepada Bunda Maria Penolong Abadi. “Kami tidak akan berhenti menyosialisasikan kepada seluruh umat agar tahu sungguh apa yang Paroki Cilandak miliki.  Sekarang ini katekese mengenai Bunda Maria Penolong Abadi mulai dihidupkan pada kelompok-kelompok kecil khususnya kepada orang muda,” ujarnya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Dekat dengan Umat

Bagi Romo Petrus yang mempunyai devosi kepada Bunda Maria, Gelar Bunda Maria Penolong Abadi mempunyai makna yang sangat mendalam. “Terlihat pada ikon, Bunda Maria dilukisakan dengan bibir yang kecil, artinya Maria pribadi yang meditatif. Mata Maria juga dilukiskan terbuka lebar dengan permaknaan Marialah yang paham dan tahu keprihatinan kita serta doa-doa kita,” tuturnya.

Menurut Romo Petrus ikon atau lukisan ini didedikasikan untuk menampilkan peran penting Bunda Maria sebagai Bunda Allah. Bunda Maria Penolong Abadi adalah gelar yang sangat dekat dengan umat. Umat kerap kali minta pertolongan. “Kalau saya perhatikan, hampir setiap hari umat berkunjung ke Gua Maria untuk berdoa. Meskipun masa pandemi, sampai malam pasti ada yang berdoa,” ungkapnya. Romo Petrus menyadari bahwa Bunda Maria merupakan seseorang yang tahu persis keprihatinan-keprihatinan umat. “Kalau saya mengingat kisah pesta perwakinan di Kana. Maria yang tahu keprihatinan ketika pesta berlangsung. Mereka kehabisan anggur, Maria kemudian yang melaporkan kepada Yesus.  Yesus melakukan mukjijzat pertama pada Perayaan Pesta di Kana. Dari situ kita lihat Bunda Maria sungguh menjadi perantara dan penolong,” terang imam  dari Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus ini.

Bagi imam yang mulai berkarya di Paroki Cilandak Maret 2020 ini, pertolongan adalah hal yang sangat dekat kepada umat. “Kita selalu minta tolong kepada Bunda Maria, selalu berdoa kepadanya agar apa yang terjadi di Kana juga terjadi dengan diri kita melalui perantaarannya dan pertolongannya, semoga mukjizat demi mukjizat terjadi kepada pribadi yang berdoa,” tuturnya.

Karina Chrisyantia

HIDUP, Edisi No. 22, Tahun ke-75, Minggu, 30 Mei 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles