HIDUPKATOLIK.com – Tb. 3:1-11a; Mzm. 25:2-4a, 4b-5ab, 6-7bc,8-9; Mrk. 12:18-27.
Setelah masalah pajak (Mrk. 12: 13- 17), kini giliran kelompok Saduki mempersoalkan masalah kebangkitan orang mati.
Pertanyaan orang Saduki bermaksud untuk menguji dan mempertentangkan Yesus dengan kelompok orang Farisi. Apa yang terjadi setelah kebangkitan bagi perempuan yang bersuamikan 7 orang? Yesus mengatakan bahwa tidak ada perkawinan setelah kebangkitan, melainkan hidup seperti malaikat di surga (Bdk.1 Kor. 15: 35-58). Surga merupakan sebuah situasi di mana Allah Bapa bersemayam (Bdk. Yoh. 14:2). Yesus naik ke
surga artinya Dia pergi kepada Bapa (Bdk. Yoh. 14:2,12) dan bersemayan dalam roh dan terang yang tak terhampiri (Bdk. Yoh. 4:24). Terlepas dari Yesus berarti terlepas dari surga sebab hanya Yesus yang pergi kepada Bapa dan menyediakan surga itu bagi kita (Bdk. Yoh. 14:2,3,6).
Hal kedua tentang realita kebangkitan itu sendiri. Orang Saduki tidak percaya akan adanya kebangkitan. Yesus menegaskan bahwa Allah Israel adalah Allah orang hidup bukan orang mati. Abraham, Ishak, dan Yakub adalah bapak-bapak bangsa Israel masih hidup dalam roh karena Allah mereka adalah Allah yang hidup.
Bagi kita orang Kristen, kebangkitan merupakan pengharapan untuk kembali bersatu dengan Allah melalui Yesus Kristus. Dialah satu-satu-Nya jalan menuju kepada Bapa di surga. Dialah satu-satu-Nya yang bangkit dari kematian dan mengalahkan maut sehingga kita memiliki pengharapan akan kebangkitan. Kita perlu belajar berdoa seperti Tobit dan Sara (Tb. 3:2-6) agar sekali pun didalam situasi berat tetap memiliki pengharapan pada Tuhan sumber hidup.
Sr. Grasiana, PRR, Doktor Teologi Biblis dari Pontifi cio Univeritas St. Thomas Aquinas Angelicum, Roma