web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Selayang Pandang Asal Mula Hari Minggu Komunikasi Sosial Sedunia

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – SETIAP hari Minggu sebelum Hari Raya Pentakosta, Gereja Katolik merayakan Hari Minggu Komsos Sedunia. Setiap tahun pula, Penerus Takhta St Petrus mempromulgasikan pesan untuk Hari Minggu Komunikasi Sedunia, tepat pada Pesta St Fransiskus de Sales, pelindung para jurnalis, 24 Januari. Tahun ini, pesan Paus Fransiskus bertajuk “Datang dan Lihatlah: Berkomunikasi dengan Menjumpai Orang Lain Apa Adanya”.

Minggu Komsos Sedunia

Tradisi itu diawali oleh Bapa Suci Paulus VI (1897-1978). Pada Minggu, 7 Mei 1967, mantan Uskup Agung Milan, Italia (1954-1963) itu untuk pertama kali menetapkan Hari Minggu Komsos Sedunia. Kala itu, diusung tema “Gereja dan Komsos”. Itulah titik berangkat tradisi Gereja merayakan Hari Minggu Komsos Sedunia.

Setelah itu, Paus Paulus VI menerbitkan Ensiklik Communio et Progressio pada 23 Mei 1971. Inilah tindak lanjut dokumen Inter Mirifica, salah satu dekrit hasil Konsili Vatikan II (1962-1965) tentang upaya-upaya komunikasi sosial yang disahkan pada 4 Desember 1963. Pascapromulgasi ensiklik ini, Komisi Kepausan untuk Komsos pun secara bertahap menghelat program sosialisasi akbar di seluruh dunia, yaitu di Amerika Latin tahun 1972, Afrika tahun 1973, dan Asia tahun 1974.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Usaha Paus Paulus VI di bidang Komsos ini melanjutkan pendahulunya, Bapa Suci Yohanes XXIII (1881-1963), bahkan para Paus sebelumnya, berdasarkan amanat konsili.

Tonggak Kerasulan Komsos

Kisah kerasulan Komsos dalam Gereja berangkat dari aksi pendirian Komisi Kepausan untuk Studi dan Evaluasi Gerejani tentang Film yang Terkait Aspek Religius dan Moral. Komisi itu diresmikan oleh Paus Pius XII (1876-1958) pada 30 Januari 1948. Dalam struktur Kuria Roma, komisi ini berada di bawah Sekretariat Negara-Kota Vatikan. Namun, terkait dengan dunia perfilman ini, Takhta Suci sebenarnya pernah menerbitkan Ensiklik Vigilanti Cura tentang Gambar Bergerak pada masa Paus Pius XI (1857-1939), 29 Juni 1936.

Komisi baru ini masih mencari bentuk pada masa enam tahun perdananya dengan berubah nama beberapa kali. Pada 17 September 1948, namanya menjadi Komisi Kepausan untuk Film Pendidikan dan Religius. Statusnya pun dipisahkan dari Sekretariat Negara-Kota Vatikan. Pada 1 Januari 1952, namanya berubah lagi menjadi Komisi Kepausan untuk Cinematografi. Bahkan, lingkup kerasulannya diperluas sehingga namanya menjadi Komisi Kepausan untuk Cinematografi, Radio, dan Televisi pada 31 Desember 1954.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Lalu, pada 8 September 1957, Paus Pius XII mempromulgasikan Ensiklik Miranda Prorsus tentang Gambar Bergerak, Radio, dan Televisi sebagai pegangan bagi kerasulan komisi itu.

Kerasulan Komsos ini mendapat perhatikan khusus dari Paus Yohanes XXIII. Mantan Patriakh Venezia (1953-1958) itu mengeluarkan Surat Apostolik motu proprio (dari kehendaknya sendiri) Boni Pastoris pada 22 Februari 1959. Motu proprio ini menjadi tanda didirikannya Kantor Kuria untuk Komsos dan mengembalikan statusnya di bawah yurisdiksi Sekretariat Negara-Kota Vatikan.

Semangat Pembaruan

Pada 16 Desember 1959, Paus Yohanes XXIII juga mendirikan Perpustakaan Film Vatikan. Elan pengembangan kerasulan itu menelurkan ide pembentukan Sekretariat Persiapan untuk Media Massa dan Dunia Hiburan pada 5 Juni 1960 dengan Surat Apostolik motu proprio Superno Dei Nutu. Inilah sekretariat yang memainkan peran penting dalam persiapan Konsili Vatikan II, di mana lahir Dekrit Inter Mirifica pada masa Paus Paulus VI.

Ketika Kuria Roma direformasi, Bapa Suci Yohanes Paulus II (1920-2005) meningkatkan status Komisi Kepausan untuk Komsos menjadi Dewan Kepausan untuk Komsos melalui Konstitusi Apostolik Pastor Bonus, 28 Juni 1988, yang berlaku efektif pada 1 Maret 1989. Selama bertakhta, Paus asal Polandia ini aktif menerbitkan banyak dokumen terkait Komsos, seperti Pornografi dan Kekerasan dalam Media Komunikasi (1989), Ensiklik Aetatis Novae (1992), Etika dalam Periklanan (1997), Etika dalam Komunikasi (2000), Etika dalam Internet (2002), serta Gereja dan Internet (2002).

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Dewan Kepausan untuk Komsos kini resmi ditutup Paus Fransiskus pada Maret 2016. Sebelumnya, ia telah mendirikan Sekretariat untuk Komunikasi melalui statuta motu proprio pada 29 Juni 2015, yang mengambil alih fungsi Dewan Kepausan untuk Komsos. Akhirnya, pada 23 Juni 2018, sekretariat itu ditingkatkan statusnya menjadi Dikasteri untukKomunikasi, sebuah lembaga Kuria Roma pertama yang dikepalai seorang awam profesional, Dr. Paolo Ruffini, dan melibatkan beberapa awam profesional di dalamnya.

R.B.E. Agung Nugroho, anggota pengurus Komisi Komsos KWI
HIDUP, Edisi No.20, Tahun ke-75, Minggu, 16 Mei 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles