web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

TAK SELAMANYA ULANG TAHUN (HARUS) DIRAYAKAN

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – TIGA-Empat bulan menjelang anak gadisnya berulang tahun ke-17, sang ibu — dan sesekali ditemani sang ayah — sudah sibuk menyiapkan pesta yang berkesan bagi sang anak, untuk dikenang oleh teman-temannya, dan dijadikan bahan obrolan dalam pertemuan keluarga besar. Usia 17 tahun bagi seorang anak gadis adalah peristiwa penting sebagai tanda seorang perempuan akil baligh memulai tahapan usia dewasa.

Bolak-balik sang ibu bersama anak gadisnya keluar masuk butik dan mengunjungi perancang busana untuk menjahitkan gaun khusus. Pokoknya untuk peristiwa yang sekali seumur hidup ini, susunan acara pestanya mesti menarik dengan penampilan wah. Tempatnya harus di hotel berbintang, dan lokasinya strategis. Suasananya harus dibuat hidup, di bawah pancaran kerlap-kerlip lampu aneka warna dengan hentakan musik hidup ala diskotik. Untuk itu pesta harus menggunakan Event Organizer dan Master of Ceremony yang lincah dengan bahasa ala zaman now. Hadirin diminta menggunakan dress code tertentu, dibuat berbeda antara laki-laki dengan perempuan.

Daftar undangan disusun bersama oleh sang anak dan kedua orang tuanya. Sang anak yang berulang tahun akan mengundang teman-teman sekolahnya sejak kecil sampai kini SMA. Sedangkan kedua orang tuanya akan mengundang keluarga besar, rekan usaha, dan jaringan sosial masing-masing. Sekaligus kesempatan orang tua untuk menunjukkan kemesraan mereka berdua di hadapan tetangga dan masyarakat. Berapa besar ongkos pestanya, biarlah kedua orang tuanya yang menanggung semua. Sekiranya ada angpauw yang masuk, itu sudah pasti menjadi hak ekslusif sang anak.

Begitulah sekelumit cerita umum pengalaman orang tua yang punya anak gadis dan sudah melampaui usia penting 17 tahun itu. Membuat pesta ulang tahun yang istimewa adalah sebuah ‘keharusan’ yang sudah berlangsung cukup lama, khususnya di kota-kota besar dan dilakukan oleh kalangan orang yang berada. Sekolah boleh saja tegas melarang murid-muridnya melakukan pesta ulang tahun di sekolah, namun selepas jam pelajaran, siapakah yang bisa mencegah? Pesta kecil di kalangan anak-anak yang berulang tahun itu sendiri, selalu dirayakan setiap tahun sejak lahir, di rumah atau pun di sekolah.

Hari ulang tahun adalah saat khusus untuk bersyukur bagi yang mempunyai hajat dan keluarganya. Bersyukur kepada Tuhan karena dilahirkan di dunia yang indah dan mempesona ini, bersyukur kepada ibunda yang mengandung dan melahirkan serta merawat sedari kecil. Beryukur kepada ayahanda dan keluarga yang harmonis sehingga bisa tumbuh kembang hingga usia dewasa.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Lebih bersyukur lagi kalau lahirnya pada tanggal istimewa yang selalu diingat dan diperingati orang banyak. Seperti Tahun Baru 1 Januari, Hari Proklamasi 17 Agustus, atau Hari Natal 25 Desember. Paling istimewa adalah bila dilahirkan tepat Hari Valentine 14 Februari, hari kasih sayang sedunia.

Saat ada dokter kandungan yang lebih suka membantu ibu di kota-kota besar melahirkan dengan bantuan operasi Caesar, orang kini dapat memilih lahir di tanggal terdekat yang diinginkan. Tak perlu menunggu tanggal lahir yang alamiah itu lagi, tapi bisa pilih tanggal lahir yang sama dengan misalnya bapak presiden, atau pas hari Proklamasi. Paling kurang beruntung bila orang lahir di tanggal kabisat yang hanya berulang setiap 4 tahun. Selain itu, mau merayakan setiap 28 Februari atau 1 Maret?

Tanggal lahir, bahkan sampai ke pukul berapa, bisa menjadi pertanda keberuntungan hidup dalam perhitungan para ‘ahli’. Merujuk pada posisi bintang di langit, maka pantas diduga sang bayi bakal mendapatkan berkah tertentu, serta akrab dengan ketidak-beruntungan lainnya. Makanya sang bayi baru lahir itu, perlu diruwat dengan nama dan sesajen yang khas menurut budaya dan tradisi setempat.

Intinya seseorang harus lahir untuk menjemput nasib yang baik seumur hidupnya, sekali pun tidak lahir dari keluarga yang berada. Modal awalnya adalah lahir sehat tanpa kekurangan fisik dan mental. Oleh karena itu, setiap kali berulang tahun, perlu dirayakan dengan bersyukur, merenung, dan berjanji untuk belajar dan bekerja lebih cerdas, hemat, hidup bermartabat dan bermanfaat bagi masyarakat.

Peristiwa Pribadi dan Keluarga

Pada umumnya, tanggal lahir, hari ulang tahun, dan setiap perayaan syukurnya adalah wilayah pribadi seseorang dan keluarga terdekatnya saja. Namun bagi penguasa, pengusaha, orang-orang yang berpengaruh, petinggi organisasi, dan atau pesohor mayarakat, perayaan hari ulang tahun seseorang bisa dibuat melampaui batas-batas orang itu dan keluarganya. Dapat dibuat sebagai alasan untuk berbagi kebahagiaan dan kelebihan material kepada orang-orang terdekatnya; atau panjat sosial.

Di organisasi dan komunitas, sekretaris atau asisten pimpinan adalah orang-orang yang paling sibuk menyiapkan acara ulang tahun bagi pimpinannya di kantor. Mungkin lebih sibuk dan fokus daripada mempersiapkan acara ulang tahun bagi orang-orang tercintanya di rumah. Ironis memang.

Tapi tak semua orang mau merayakan ulang tahunnya secara terbuka. Mungkin bukan tradisinya sejak kecil, merasa tidak ada yang istimewa, atau lebih suka secara diam-diam merayakannya bersama orang-orang yang kurang beruntung. Orang-orang kecil, yang lemah, miskin, terpinggirkan, dan difabel.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Jokowi misalnya, sebagai wali kota, gubernur, hingga presiden sekarang ini, tak pernah merayakan ulang tahunnya secara terbuka. Bahkan menerima ucapan selamat atau memotong kue ulang tahun pun, belum pernah diberitakan ia pernah melakukannya. Apakah ini tidak aneh?

Sekali lagi ulang tahun adalah peristiwa perorangan dan keluarga terdekatnya. Setiap orang merawat tradisi, kebiasaaan, dan alasan masing-masing untuk merayakannya secara terbuka atau pun tidak.

“Saya tidak suka merayakan hari ulang tahun,” kata Susan dengan serius. Rupanya Susan punya alasan khusus untuk itu, sebab sang ibunda gagal bertahan hidup sesaat setelah melahirkan dirinya. Susan tidak pernah dirawat, bahkan tidak pernah merasakan sentuhan sayang sang ibunda. “Merayakan hari ulang tahun saya, sama saja dengan melupakan penderitaan sang ibunda,” kata Susan beralasan. Hiks …

Ada juga orang yang tidak mau merayakan ulang tahunnya karena trauma karena pas peristiwa suram seperti Kerusuhan Sosial 14 Mei 1998. “Saya sangat merasakan ketakutan ketika pulang dari kantor pada Kamis subuh yang sepi mencekam itu, dan mendapatkan istri dan kedua anak balita kami sudah siap mengungsi dengan bekal sepikul pakaian dan makanan bayi,” kata seorang rekan dekat lainnya.

Kita ketahui, terjadi peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti di depan kampusnya di Grogol, Jakarta Barat, pada 12 Mei 1998. Esok harinya (13 Mei), banyak mahasiswa dan masyarakat yang berkumpul untuk mengantar ke kuburan para rekannya yang menjadi korban. Pada waktu yang bersamaan dengan itu, terjadi pula perusakan toko-toko dan fasilitas umum oleh sekelompok orang tak dikenal di beberapa wilayah di Jakarta Barat. Jakarta mulai dilanda api merah yang membara. Sang teman disarankan istrinya untuk bermalam saja di kantor dan baru pulang menjelang subuh. Ternyata Kamis 14 Mei 1998 itu, puncaknya ibu kota negara Jakarta dilanda kerusuhan dan kerusakan parah.

“Saya tak pernah bisa melupakan peristiwa kerusuhan itu. Sebab hingga beberapa bulan setelah itu, masih ada rasa takut setiap kali harus bepergian jauh sendirian. Harkat dan martabat manusia sangat direndahkan karena ada pembakaran hingga pemerkosaan, dan penjarahan pada waktu itu. Hari itu saya tidak kepikiran untuk merayakan ulang tahun, sebab lebih penting menyelamatkan diri sendiri dan orang-orang tercinta,” demikian kata sang rekan tadi. Sejak itu dia tak melihat ada maknanya lagi merayakan ulang tahun, sebab lebih banyak orang yang mengutuk peristiwa keji pada tanggal itu.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Namun memeperingati ulang tahun tetaplah sebuah gaya hidup sosial, khususnya bagi masyarakat di kota-kota besar dan mereka yang berada. Perusahaan yang mengandalkan pelanggan, mencatat tanggal lahir dan rajin mengirimkan ucapan selamat ulang tahun sebelum fajar hari itu tiba. Tentu saja ada pelanggan yang merasa dihargai, tetapi ada juga yang merasa janggal kalau kartu pos ucapan itu tiba di rumah keluarga sedangkan yang berulang tahun itu sudah tiada.

Sistem Customer Relationship Management (CRM) mencatat dan sigap mengirim ucapan sesuai jadwal. Banyak orang yang peduli, juga mencatat tanggal lahir dari setiap orang yang disayanginya dan mengirim ucapan selamat secara pribadi. Sungguh mengesankan membaca pesan dan harapan yang khusus, bukan pesan yang dihasilkan oleh sistem komputer.

Di era digital dengan media sosial, banyak sistem lain yang ikut mengingatkan kalau seseorang dalam jaringan kita berulang tahun. Lalu serentak orang-orang melayangkan ucapan-ucapan selamat ulang tahun kepadanya, kadang kala dengan seuntai doa yang belum tentu diucapkannya. Kebiasaan copy-paste, pokoknya menulis “happy birthday, wish you all the best (wuatb)” membuat ucapan itu terasa hambar dan datar. Banyak orang mengucapkan selamat dalam whatsapp group (WAG) karena ikut latah, tanpa mengenal dekat orang yang punya hajat. Semakin terhormat/terkenal orang itu, semakin menarik minat seseorang untuk mengiriminya ucapan selamat. Seharian itu WAG ramai dengan ucapan selamat ulang tahun, lupa dengan tujuan WAG itu sendiri.

Suatu ketika saya menghitung jumlah ucapan selamat ulang tahun yang diterima. Tak sampai 50% dari semua teman dalam facebook. Setahun berikutnya, saya non-aktifkan info ulang tahun, dan tak seorang pun yang mengirimkan ucapan selamat. Itu pertanda saya memang tidak populer, tidak pantas menerima balasan ucapan selamat secara terbuka, atau sebagian besar teman saya juga anti sosial.

Seorang teman lain, pada hari ulang tahunnya, tekun mencatat siapa saja yang mengirimkan ucapan selamat ulang tahun. Sambil membalas terima kasih pada semua yang mengirim, ia tampak sedih dan mengatakannya kepada saya. “Saya menunggu ucapan selamat dari 2 orang mantan calon pacar,” katanya. Rupanya mereka berjanji untuk saling memperhatikan, minimal sekali dalam setahun saat ulang tahun. Tetapi tahun ini mereka belum mengirim juga, entah mengapa?

Cosmas Christanmas, Kontributor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles