HIDUPKATOLIK.COM: Minggu, 09 Mei 2021 Minggu Paskah VI Kis.10:25-26; 34-35; 44-48; Mzm. 98:1, 2-3ab, 3cd-4; 1Yoh. 4:7-10; Yoh.15:9-17
ADA banyak pepatah, pitutur luhur, peninggalan nenek moyang kita yang agung dan indah, serta bermakna sangat dalam. Misalnya, “Dudu sanak dudu kadang, yèn mati mèlu kélangan.” Artinya, bukan saudara, bukan kerabat, kalau meninggal ikut merasakan kehilangan. Hal ini melukiskan kentalnya kekerabatan dengan nilai yang sangat tinggi melebihi keluarga sendiri. Hal ini seperti yang diajarkan Gereja dalam bacaan-bacaan minggu ini.
Dalam Injil, Yesus menegaskan, “Inilah perintah-Ku kepadamu, kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh. 15:17). Kasih macam apa ini? Seperti kasih yang ada pada Yesus, seperti Bapa telah mengasihi Yesus dan Yesus mengasihi murid-murid-Nya. Dia minta agar murid-murid-Nya tinggal di dalam kasih-Nya. Jika para murid menuruti perintah Yesus, akan tinggal dalam kasih-Nya. Seperti Yesus menuruti perintah Bapa-Nya dan tinggal dalam kasih-Nya: Ternyata menuruti perintah itu terkait dengan tinggal dalam kasih. Kasih Bapa kepada Yesus dan kasih Yesus kepada murid-murid-Nya inilah kasih yang mengalir dari Bapa yang adalah Allah dan Allah adalah kasih.
Kalau Yohanes mengatakan dalam surat-Nya, “Allah adalah kasih”, ini bukan omong kosong, tetapi kasih ini adalah sumber energi berbagai kebaikan yang mengalir tiada henti bagi seluruh dunia, untuk semua manusia sepanjang zaman. Kasih ini mewujud secara sempurna dalam wajah Tuhan Yesus, Sang Kerahiman Ilahi dan abadi. Perwujudan kasih yang sempurna ialah wafat-Nya di kayu salib. “Tak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabat-Nya” (Yoh. 15:15).
Kita telah dipanggil menjadi sahabat-Nya. Kita lahir dari Allah, kita dikasihi oleh Allah, maka kasih Allah inilah yang menjadi dasar mengasihi sesama. Dalam Kisah Para Rasul di dalam bacaan pertama, Kornelius dan kawan-kawan mendapat pewartaan oleh Petrus, “Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Allah dan mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya” (Kis. 10:34-35).
Maka, umat beriman yang lahir dari air dan Roh Kudus dipersatukan dalam Gereja merupakan komunio kasih, berdasar dan menghayati kasih Allah di dalam-Nya. Dalam keadaan apa pun, tetap memperjuangkan kasih sepanjang masa. Sekat-sekat telah disingkirkan. Tidak ada intoleransi dan diskriminasi. Mereka hidup dalam kebersamaan “unum cor et una anima – satu hati dan satu jiwa” (Kis. 2:41-47).
Semoga masa pandemi ini semakin menyadarkan kita bahwa kita adalah satu, dikasihi Allah, punya kepedulian terhadap sesama, saling menolong dalam membangun keselamatan bersama, dan menghadirkan kedamaian Allah. Mother Teresa mengatakan, “Dunia kita menderita karena sedikit kasih di dalamnya.” Kasih Allah Dasar Mengasihi Sesama seperti tampak dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
“Inilah perintah-Ku kepadamu, kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh 15:17)