HIDUPKATOLIK.COM – Gerakan ini kini tersebar ke sejumlah keuskupan, termasuk ke Melbourne. Ajakan bagi setiap umat berpartisipasi.
Saya adalah penggemar film fiksi superhero ciptaan Marvel maupun DC Comic termasuk cerita tentang Batman, si manusia kelelawar. Dalam cerita fiksi DC Comic tersebut, kota tempat Batman berkarya adalah Gotham City. Jadi sewaktu saya pertama kali mendengar nama Gotaus, saya kira ada hubungannya dengan Gotham, karena bunyinya mirip. He… he… he… ternyata Jaka Sembung pesan gojek, enggak nyambung Jack!
Apa sih Gotaus itu? Yang pasti tidak ada hubungannya sama sekali dengan kota Gotham dalam cerita fiksi. Gotaus: Gerakan Orang Tua Asuh Untuk Seminari, adalah nyata yaitu sebuah gerakan kaum awam Katolik yang merupakan mitra dari Komisi Seminari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang peduli terhadap pembinaan calon imam di Indonesia.
Visi Gotaus adalah menjadi gerakan kaum awam yang terorganisir sebagai wujud partisipasi umat dalam mempersiapkan imam yang handal dan kontekstual. Sedangkan Misi Gotaus adalah untuk menanamkan tanggung jawab umat berlandaskan pada kesadaran diri, suara hati dan kehendak bebas dalam pengembangan pendidikan para seminaris.
Bulan Mei 2021 ini, Gotaus berulang tahun ke-20. Gerakan ini peduli pada pendidikan calon imam terutama pada level SMA Seminari. Gotaus menyalurkan dana dari umat ke seluruh SMA Seminari yang ada di Indonesia khususnya untuk bidang penambahan gizi para seminaris.
Walaupun singkatan dari Gotaus adalah Gerakan Orang Tua Asuh Untuk Seminari, sebetulnya tidak ada hubungan langsung antara orangtua (donatur) dan seminaris. Sifat bantuan dari Gotaus ke seminari ibarat B2B, dari institusi ke institusi. Setiap semester, para pimpinan SMA Seminari mengajukan data berapa jumlah seminaris yang perlu dibantu, Gotaus mengirim dana sesuai data permohonan dari seminari tersebut.
Saat ini Gotaus menyalurkan dana yang terkumpul dari para donatur ke seluruh Seminari Menengah sebesar kurang lebih tiga setengah milyar rupiah per tahun yang digunakan untuk membantu kurang lebih 3.700 siswa yang belajar di 40 Seminari Menengah di seluruh Indonesia.
Misa Konselebrasi
Lalu bagaimana ceritanya saya bisa menjadi aktivis Gotaus? Alkisah pada bulan Mei 2006, sewaktu saya menjadi ketua Seksi Panggilan Paroki Maria Kusuma Karmel (MKK), saya diajak seorang teman untuk mengikuti rekoleksi Gotaus di Wisma Canossa Bintaro. Ternyata rekoleksi tersebut adalah salah satu acara tradisi Gotaus yang kadang dipakai sebagai ajang penggantian pengurus. Tiba pada waktu pemilihan pengurus baru, terpilihlah saya sebagai salah satu wakil ketua Gotaus. Selama kurang lebih 15 tahun saya ikut aktif dalam gerakan ini sampai hari ini dan saat ini menjabat sebagai Pelaksana Tugas Ketua Gotaus.
Gotaus mempunyai tradisi mengadakan Misa konselebrasi tahunan dengan para uskup yang sedang menghadiri Sidang Tahunan, di salah satu paroki/gereja. Biasanya di Jakarta, namun karena dua tahun terakhir Sidang Tahunan KWI diadakan di wilayah Bandung, maka Misa Konselebrasi Gotaus dengan para uskup pada tahun 2019 dan 2020 juga diadakan di Bandung bekerja sama dengan Keuskupan Bandung. Misa Konselebrasi tahunan dengan para uskup dimaksudkan untuk menyampaikan rasa terima kasih Gotaus kepada para donatur sekaligus untuk ajang penggalangan dana dari umat.
Hingga Australia
Rupanya Gotaus ini mendapat simpati dari para uskup, sehingga atas restu uskup masing-masing, beberapa keuskupan ikut mendirikan Gotaus keuskupan. Nah sampai di sini kemudian kita mempunyai istilah baru, ada Gotaus keuskupan dan ada Gotaus KWI, Gotaus yang ada di beberapa keuskupan ini kemudian menjadi mitra kerja Gotaus KWI, dan ikut membantu menyalurkan dana ke seminari-seminari. Mereka adalah: Gotaus Surabaya dan Gotaus Pangkalpinang yang berdiri pada tahun 2008, Gotaus Palangka Raya berdiri pada tahun 2010, Gotaus Melbourne pada tahun 2011, dan Gotaus Pontianak tahun 2017.
Lho kok ada juga Gotaus di Melbourne? Ceritanya begini. Ada seorang teman saya, salah satu warga Jakarta Barat bernama Janto Djunaedi yang hijrah ke Melbourne, Australia, sejak bulan Mei tahun 1998. Pada waktu dia “pulang kampung” ke Indonesia pada bulan Mei 2009 dan mengikuti Misa di gereja di parokinya, ternyata sedang ada sosialisasi Gotaus di situ. Rupanya ia sangat terkesan dan prihatin dengan cerita mengenai keadaan seminari-seminari di Indonesia. Maka tergeraklah hatinya!
Ketika kembali ke Melbourne beberapa saat kemudian, ia menghubungi teman-temannya yang aktif di KKI Komunitas Katolik Indonesia (KKI) di Kota Melbourne dan mulai menggalang dana untuk disalurkan melalui Gotaus. Melalui prosedur yang cukup berliku, dibumbuin dengan pro kontra di antara para aktivis KKI, ia terus berjuang dan akhirnya terbentuklah Gotaus Melbourne yang ditandai dengan peresmian pengurus Gotaus Melbourne pada bulan Oktober tahun 2011.
Pada saat pelantikan pengurus Gotaus Melbourne, beberapa aktivis Gotaus KWI ikut hadir dalam acara tersebut untuk memberi dukungan. Sejak saat itu sampai pada hari ini Gotaus Melbourne menjadi mitra Gotaus KWI, menggalang para donatur di sana guna mendukung pendidikan calon imam kita.
Di kemudian hari Janto Djunaedi dibantu oleh salah seorang aktivis KKI yang lain, yaitu Josephine Lylia Dewi. Mereka berdua, dengan setia mengurus penggalangan dana dari teman-teman KKI untuk kemudian mengirimkannya setahun sekali ke Gotaus KWI.
Cara penggalangan dana mereka juga sangat sederhana. Selain langsung mengumpulkan dana dari para donatur, kadang mereka menyelenggarakan semacam bazar di halaman gereja dan menjual makanan atau snack, lalu keuntungannya mereka donasikan ke Gotaus. Kepada umat KKI Melbourne, saya ucapkan terima kasih.
WKRI Cabang MKK
Lain lagi cerita mengenai penggalangan dana yang dilakukan oleh ibu-ibu Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Maria Kusuma Karmel (MKK), Meruya. Vincentia Tiklan, yang waktu itu menjabat sebagai Ketua WKRI Cabang MKK, yang juga ikut rekoleksi Gotaus di Wisma Canossa pada bulan Mei 2006, merasa terpanggil untuk ikut mendukung Gotaus.
Dalam rekoleksi tersebut, ada seorang pastor yang adalah seorang rektor di salah satu Seminari Menegah di Kalimantan yang bersaksi mengenai keadaan seminari yang dibimbingnya. Diceritakan oleh pastor tersebut bahwa di sela-sela pembelajaran di seminari, pada waktu anak anak seminari punya waktu luang, mereka sesekali masuk ke hutan mencari tanaman pakis, jamur, dan kayu bakar untuk menghemat pengeluaran kebutuhan pangan di seminari tersebut.
Sekembalinya dari rekoleksi, Vincentia berinisiatif untuk menggalang dana di antara para anggota WKRI Cabang MKK tersebut. Sampai saat ini para anggota WKRI tersebut masih mengumpulkan dana lewat ranting masing-masing dan kemudian menyalurkannya ke Gotaus KWI. Terima kasih kepada ibu-ibu WKRI Cabang MKK yang telah dengan setia menjadi donatur Gotaus sampai saat ini.
Santo Yohanes Paulus II, Paus non-Italia pertama yang semasa hidupnya pernah berkunjung ke Indonesia tahun 1989, menyatakan bahwa “Setiap umat Katolik bertanggung jawab atas pembinaan calon imam mereka”. Menanggapi pernyataan Santo Yohanes Paulus II tersebut, saya mengajak kita semua untuk menjadi donatur guna mendukung pendidikan calon imam kita di seminari-seminari menengah di seluruh pelosok Tanah Air agar kita mendapatkan imam-iman yang handal dan kontekstual seperti yang tercantum dalam visi Gotaus.
Kepada seluruh donatur Gotaus di mana pun anda berada, saya atas nama Gotaus beserta para seminaris di seluruh Indonesia, mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas dukungan anda semua. Tuhan memberkati! Amin.
Arnold Darmanto, Plt. Ketua Gotaus
(Majalah HIDUP, Edisi No. 19, Tahun ke-75, Minggu, 9 Mei 2021)