web page hit counter
Rabu, 6 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

CATATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2021

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – HARDIKNAS 2021 dirayakan di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih penuh ketidakpastian. Belajar dari India yang telah dihantam oleh gelombang Covid-19 yang lebih parah dari sebelumnya, seperti negara-negara Eropa, seharusnya Indonesia juga melakukan segala hal untuk menghadapi jika hal tersebut terjadi di bumi Nusantara.

Untuk urusan pendidikan, sampai hari ini belum ada langkah strategis baru yang diambil pemerintah menghadapi kemungkinan terjadinya lonjakan penderita Covid. Walaupun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan surat resmi yang belum merekomendasikan kegiatan tatap muka di sekolah, pemerintah masih bersikeras dengan rencana pembelajaran tetap muka di bulan Juli 2021 dengan hanya bermodalkan penyuntikan vaksin para pendidik dan tenaga kependidikan dimana keefektifannya belum dapat dikatakan berhasil apalagi untuk melawan varian B1617 seperti yang terjadi di India.

Melihat perkembangan tersebut, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) daring dapat disimpulkan sebagai cara yang paling tepat dalam mendidik anak-anak kita dalam kondisi ini. Sayangnya banyak pihak di Indonesia, dimotori oleh Kemendikbudristek sendiri, sudah menghakami bahwa belajar daring itu menimbulkan learning loss dan banyak dampak negatifnya.

Baca Juga:  MAJALAH HIDUP EDISI TERBARU, No. 44 TAHUN 2024

Saya adalah salah satu orang yang percaya jika belajar secara daring akan menghasilkan learning gain atau berdampak positif bagi perkembangan anak. Tentunya harus dengan cara yang berbeda implementasinya dengan cara tradisional. Dampak positif tidak akan muncul dengan cara guru berceramah di ruang zoom selama berjam-jam dan mengirimkan tugas yang banyak jumlahnya ke siswa.

Analoginya, jika kita menanak nasi menggunakan rice cooker, tidak mungkin rice cooker kita letakkan di atas kompor seperti kalau kita menggunakan dandang. Nasi yang dihasilkan, rasa dan teksturnya berbeda tapi keduanya tetap kita sebut nasi. Kalau ditanya mana yang lebih enak, jawabab akan tergantung siapa yang ditanya alias selera.

Seperti kata Alvin Toffler, “Orang yang buta huruf di abad 21 bukanlah yang tidak bisa baca atau tulis, melainkan mereka yang tidak mampu learn, unlearn, dan relearn.” Insan pendidikan harus unlearning dulu model dan paradigma pembelajaran yang lama baru bisa relearn yang baru seperti menggunakan pembelajaran berbasis proyek (Project-based Learning) pendidikan Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM).

Sejak bulan Maret 2020 saat Belajar Dari Rumah (BDR) diberlakukan hingga hari ini, tidak ada upaya untuk membenahi kualitas PJJ daring. Tidak ada rencana pelatihan guru secara masif, pendampingna orang tua, dan stimulasi belajar untuk peserta didik. Bahkan seperti yang telah saya sampaikan, Kemendikbud memilih untuk menghakimi bahwa PJJ daring pasti hasilnya buruk. Dan sudah beberapa kali “memaksakan” buka sekolah terbukti dengan adanya 3 (tiga) SKB 4 Menteri tentang pembelajaran tatap muka. Suatu hal yang ironis, karena saat ini adalah era digital dan telah waktunya anak Indonesia dididik menjadi SDM unggul era digital.

Baca Juga:  Setahun Menjadi Uskup Banjarmasin; Mgr. Victorius Dwiardy, OFM.Cap: Mencoba Meneladani Santo Carolus Borromeus

Catatan Hardiknas yang kedua, adalah timbulnya kegaduhan demi kegaduhan yang tiada henti pada kebijakan-kebijakan pendidikan sejak kabinet Indonesia Maju mulai bekerja. Menurut pengamatan saya, berbagai kegaduhan tersebut muncul karena karena tidak adanya kajian akademis, tidak adanya pelibatan publik, dan tidak adanya uji publik dalam proses penyusunan kebijakan-kebijakan tersebut, Ditambah dengan komunikasi publik yang teramat sangat buruk, elitis, dan satu arah membuat kondisi menjadi semakin parah, khususnya dimata para insan pendidikan.

Terus terang, saya kaget dengan tugas tambahan untuk mengurusi riset dan teknologi Indonesia diberikan kepada kementerian yang selama 18 bulan terakhir tidak pernah melakukan riset dalam mengambil seluruh kebijakannya. Jika kondisi ini tidak dibenahi secara terstruktur, sistematis, dan masif maka sampai 2024 urusan pendidikan akan selalu dipenuhi dengan kegaduhan, klarifikasi, dan revisi. Tidak ada energi, waktu, dan sumber daya yang tersisa menjalankan tugas utama untuk mencerdaskan bangsa secara nyata.

Baca Juga:  "SOS": Ini Kebutuhan Mendesak Korban Erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-laki

Sebagai penutup, catatan terakhir dari saya pada hari yang harusnya penuh semangat ini, bahaya lost generation berada di depan mata kita semua. Dampaknya dari kegaduhan-kegaduhan ini belum terlihat di tahun 2024. Semua baru akan tampak di 2034 keatas, saat peserta didik sudah memasuki usia produktif. Mimpi bonus demografi akan tergantikan dengan bencana demografi jika tidak ada pembenahan yang cepat dan nyata.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2021 untuk seluruh bangsa Indonesia. Semoga pendidikan Indonesia dapat dikelola dengan lebih baik sehingga cita-cita pendiri bangsa untuk menghasilkan bangsa yang cerdas dan bermuara pada kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia seperti yang tertulis dalam konstitusi tercapai dengan gemilang.

Indra Charismiadji, Pengamat Pendidikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles