web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

PANDEMI VS TAOGE, AKU PANTANG MENYERAH!

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – MASA pandemi ini memaksa mata saya untuk bisa menangkap peluang supaya lebih kreatif. Plus, memutar otak saya untuk berkreasi dalam menyajikan makanan di rumah.

Di saat ini, bagian rumah yang paling sibuk adalah dapur.  Kenapa? Karena aktivitas dapur akan selalu terbuka demi keinginan untuk bisa mengisi perut yang tiba-tiba merasa keroncongan.  Sekarang anak-anak punya kesibukan belajar online jarak jauh dari rumah. Tapi tahukah anda apa yang ditanya anak-anak bila mereka sudah selesai atau baru mau mulai sekolah online? Mama… Bunda… lapar!  Makan apa ya kita hari ini? Hmmm…

Sayapun mulai berpikir, mau bikin menu masakan apa ya hari ini? Saya membuka lemari pendingin dan menjelajah stok makanan yang ada di dalamnya.  Aduh, susah tau…., menemukan ide menu yang bisa dimasak untuk disajikan setiap hari. Ini tentunya adalah peer para bunda atau mama di rumah setiap harinya. Iya enggak??

Di dalam lemari pendingin, saya tertarik dengan sayuran taoge, sayuran kecil yang banyak manfaatnya itu. Apakah anda pernah mengenal sayuran ini? Teman pelengkap sayur rawon, soto bening, bakwan, cah ikan asin, urap, ketoprak dan masih banyak lagi. Akh, ini bisa dimasak.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Taoge berasal dari kacang hijau kecil yang sudah disemai. Bisa dengan mudah dibuat sendiri. Waktu panennya juga cukup singkat, 2-3 hari saja. Bila anda membuat sendiri ada nilai tambahnya loh… kepuasan dan sukacita terjadi. Karena hasil sayurnya lebih bersih, sehat dan bisa langsung siap dimasak. Walaupun kecil imut-imut tetapi bisa membuat banyak variasi makanan enak. Kacang hijau yang kecil itu bisa berubah menjadi sayuran taoge yang banyak perannya dalam suatu masakan.

Dari proses pembuatan sayuran taoge ini ada beberapa hal yang menarik perhatian saya dan dapat dipelajari pula. Salah satunya adalah belajar tentang suatu perubahan atau metamorfosa. Perubahan yang saya maksud adalah berubah dari pribadi yang lama untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, berguna dan bisa menjadi berkat untuk sesama. Perubahan yang pelan tapi pasti demi kebahagiaan dan kebaikan bersama. Apalagi di masa pandemi ini, semua orang dipaksa untuk bisa berubah dan lebih kreatif. Mengubah sesuatu yang tidak biasa menjadi kebiasaan baru yang lebih baik.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Anak-anak juga sudah lama dipulangkan dari sekolah atau kampus untuk kembali ke rumah, lalu belajar online. Begitu juga yang bekerja atau yang buka usaha. Perayaan Ekaristi, doa-doa dan pengajaran gereja juga dilakukan secara online.

Covid-19 ini ada banyak diluar sana dan tidak terlihat oleh kasad mata. Mematikan dan tersebar di seluruh muka bumi ini. Banyak sudah yang telah terjangkit, dirawat dan meninggal. Tetapi puji syukur kepada Tuhan masih  ada secercah harapan yang menguatkan kita. Sudah banyak yang terselamatkan,  disembuhkan dan bisa kembali pulang ke rumah. Serem sekali ya! Saya juga parno sekali jadinya.

Perubahan ini juga saya maknai dengan mau belajar untuk lebih rendah hati, saling menghargai dan mengerti pentingnya makna dari suatu kehidupan dan persahabatan.

Hal positif lain yang saya dapatkan adalah kebersamaan di dalam keluarga dikembalikan dan dipulihkan. Bersama-sama kita dituntut untuk mau belajar lebih menghargai sesama dan memperbaiki lingkungan di sekitar kita. Belajar untuk memperbaiki sesuatu yang telah hilang karena kesibukan masing-masing atau kecerobohan yang dilakukan kepada alam ciptaan. Waktu yang telah berlalu tidak dapat kita kembalikan tetapi masa depan  yang lebih baik dapat diusahakan. Keluarga bagi saya adalah mangan ora mangan yang penting ngumpul.

Pandemi! Oh, Pandemi!

Semoga pandemi ini mengubah saya dan anda untuk  bisa berproses lebih baik lagi. Pandemi ini juga memberi saya ruang hati yang lebih besar. Saya mempunyai waktu untuk bisa berlama-lama merefleksikan diri bersama Tuhan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Ya….. Selagi masih ada waktu, tak ada salahnya untuk mencoba melakukan sesuatu. Saya mencoba untuk lebih dekat lagi kepada Sang Empunya Kehidupan. Mau lebih menyayangi, memperhatikan sesama dan lingkungan di sekitar. Walaupun ruang gerak saya dan anda saat ini mungkin sangat dibatasi. Tetapi masih ada waktu. Mari berubah demi kebaikan bersama dan dunia yang kita cintai ini. Seperti kata lirik lagu ini….

Kita mesti bersyukur
Bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan
Tak ada yang bakal dapat menghitung…

Percayalah!!!…. Pandemi ini pasti akan berlalu dan dunia akan berseri kembali.

Eh…taogeku mana?!

Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles