HIDUPKATOIK.COM – Minggu, 25 April 2021 Minggu Paskah IV (Minggu Panggilan) Kis. 4:8-12; Mzm. 118:1, 8-9, 21-23, 26, 28cd, 29; 1Yoh. 3:1-2; Yoh. 10:11-18
HARI Minggu Panggilan dirayakan dengan maksud agar kita berdoa secara khusus bagi bertumbuh dan berkembangnya panggilan hidup untuk menjadi imam dan pengikut hidup bakti. Gereja kita membutuhkan kehadiran para imam dan suster, bruder yang memiliki hati yang terbuka, yang mampu melakukan prakarsa besar, murah hati dalam memberikan diri, berbelaskasih dalam menghibur orang-orang yang cemas dan teguh dalam memperkuat harapan hidup yang lebih baik.
Gambaran Yesus Tuhan sebagai “Gembala Baik” merupakan model hidup bagi setiap orang yang dibaptis, khususnya bagi para imam dan laki-laki serta perempuan yang membaktikan hidupnya secara khusus bagi Allah dan sesama manusia. Iman akan Allah sebagai Gembala Baik mendorong kita umat beriman untuk mengusahakan persatuan dan persaudaraan antar umat manusia. Maka iman akan Allah tidak pernah boleh menjadi alasan memecah belah persaudaraan antara manusia, kendatipun realita hidup menyuguhkan keberagaman suku, orientasi beragama, pilihan politis, dan keberagaman bahasa. Itulah sebabnya iman Katolik disebut iman inklusif yang menggerakan orang untuk melakukan suatu transformasi hidup, dari cara hidup yang mementingkan diri sendiri menuju suatu bentuk hidup melayani dan siap mengurbankan nyawa bagi keselamatan orang lain. Hidup menjadi bermakna tatkala ia menerima semua orang sebagai saudara-saudari, sebagai anak-anak Allah (Bdk. 1Yoh. 3:2).
Iman yang sejati menjaga kita selalu untuk membangun kedekatan satu sama lain, serta menjauhkan kita dari rasa bermusuhan dan ulah kebencian. Dalam ketaatan dan kesetiaan, kita memenuhi panggilan dan tugas yang diberikanNya kepada kita. Apakah panggilan Allah itu? Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan. Dia memanggil kita untuk mewartakan Kabar Gembira itu kepada segala bangsa. Apa yang kita wartakan adalah kabar gembira, sukacita hidup bersaudara dan bukan konflik yang diciptakan karena mengklaim bahwa kita memiliki Allah yang benar. Tidak ada kegembiraan hidup dalam peperangan dan konflik. Tidak ada kesatuan dan perdamaian akan diwujudkan jika kita tidak memiliki sukacita injili yang dibagikan kepada sesama manusia.
Allah sungguh-sungguh mengasihi kita (1 Yoh. 3:1). Dia menghendaki kita, anak-anakNya untuk mengatasi segala bentuk partikularisme agar menjadi terbuka kepada keselamatan Allah yang diperuntukkan bagi semua orang. Itulah kehendak-Nya. Itu membawa konsekuensi bagi setiap orang yang dilahirkan kembali dalam air dan Roh – yang dibaptis – dipanggil untuk keluar dari diri mereka sendiri dan membuka diri kepada orang lain, hidup dekat dengan orang lain, hidup dalam damai bersama umat beragama lain; mengubah setiap bentuk relasi antar pribadi menjadi suatu pengalaman indahnya hidup bersaudara. Dengan kata lain, menjadi saksi dan aktor untuk suatu proses terbangunnya dan bertumbuh pesatnya persaudaraan universal merupakan panggilan semua orang dibaptis, terutama dalam sejarah dunia masa kini. Orang katolik mesti aktif pergi keluar dari zona nyaman untuk memberitakan kebaikan Allah itu.
Kesiapsediaan untuk menjadi duta keselamatan bagi semua orang merupakan esensi dan hakekat mendasar dari panggilan kita sebagai orang yang dibaptis. Panggilan itu selaras dengan kehendak Yesus Kristus, Sang Gembala Baik. Sebagai Gembala yang baik, Yesus menegaskan bahwa tugasnya untuk menyelamatkan dan menggembalakan itu mencakup semua orang; tidak terbatas pada “kandang” tertentu. Yesus menegaskan: “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga. Mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala” (Yoh. 10:6). Seruan ini memperjelas hakekat dan cakupan karya penyelamatan Allah yang sifatnya inklusif (mencakup semua orang dan semesta alam ini). Sebab juga sejak awal kehadiran Yesus di dunia ini, telah diberitakan oleh malaikat Tuhan sebagai Juruselamat untuk seluruh bangsa (Luk. 2:10-11).
Maka mengikuti panggilan Tuhan berarti kita siap menjadi “partner” Allah yang siap membawa kesejahteraan hidup, kedamaian, serta keselamatan bagi semua orang. Kita diciptakan-Nya seturut citra dan gambar-Nya. Kita juga sungguh dikasihi-Nya dan diangkat-Nya untuk menjadi partner-Nya. Karena itu, setiap profesi, tanggung jawab dan karya yang dipercayakan kepada kita bukanlah suatu beban berat. Kita perlu mengubah cara pandang kita. Kita perlu mentransformasikan cara berpikir kita bahwa setiap profesi dan tanggung jawab yang kita lakukan itu merupakan amanat dan mandat agung Allah untuk membawa keselamatan. Bukalah hatimu dan ubahlah cara pandangmu. Dengarkanlah bisikan panggilan-Nya dan biarlah Allah berkarya melalui dirimu untuk menciptakan kehidupan manusia dan alam ciptaan Tuhan menjadi semakin baik. Amin. Halleluya.
“Iman Katolik disebut iman inklusif yang menggerakKan orang untuk melakukan suatu transformasi hidup.”