HIDUPKATOLIK.COM – Imam Tarekat Hati Kudus Yesus ini dikenal sebagai seorang misionaris yang punya karakter dan kekuatan fisik yang kuat, melebihi apa yang dimiliki orang-orang pribumi sekitar tahun 1963 – 1965.
TANGGAL 29 November 1933 di Cuerigo, Spanyol lahirlah seorang bayi laki-laki. Kelak bayi itu akan Menjawab panggilan hidupnya sebagai seorang imam misionaris. Ia pun dikenal dengan nama Pastor Juan Alonso Fernández, MSC. Pada 8 September 1953 ia mengikrarkan kaul membiara kemudian menerima tahbisan imamat pada 11 Juni 1960. Dalam keseluruhan perjalanan hidup panggilannya sebagai seorang misionaris dari Tarekat Hati Kudus Yesus (Societas Missionariorum Sacratissimi Cordis Jesu-MSC) yang ditempatkan di berbagai negara, Pastor Alonso, sapaan akrabnya, tutup usia pada 15 Februari 1981 di La Barranca (Quiché), Guatemala karena dibunuh.
Menurut imam yang bertugas di Bagian Arsip dan Yuridis Provinsialat MSC Indonesia di Jakarta, Pastor Johanis Mangkey, MSC, Pastor Alonso sendiri tercatat pernah melayani umat Katolik di Indonesia khususnya Minahasa dengan penempatan di Paroki St. Fransiskus de Sales Kokoleh, Kabupaten Minahasa Utara, Kevikepan Tonsea, Keuskupan Manado saat ini. Meski demikian, jejak Pastor Alonso sendiri tidak hanya ada di Paroki Kokoleh, tetapi juga menyebar ke paroki tetangga yaitu, Paroki St. Yohanes Penginjil Laikit, Paroki St. Antonius Padua Tataaran, Paroki Hati Kudus Yesus Sonder, Paroki St. Yosep Kawangkoan, Paroki St. Petrus Langowan hingga Paroki St. Lukas Ratahan.
Jejak Pastor Alonso di paroki-paroki tersebut terekam jelas dengan adanya catatan baptisan yang dilakukan oleh misionaris yang identik dengan postur tubuh yang besar dan memiliki kekuatan fisik ini. Peristiwa ikonik yang dikenang mengenai Pastor Alonso yaitu saat ia berkunjung ke Stasi Pinabetengan (saat ini jadi wilayah pelayanan Paroki St. Yosep Kawangkoan) dengan mengendarai sebuah sepeda motor berplat DB 2023 sambil membonceng seorang bocah laki-laki yang hanya mengenakan celana pendek tanpa memakai baju.
Dalam Buku berjudul “They Gave Their Lives” edisi Bahasa Inggris yang diterjemahkan dari naskah asli berbahasa Spanyol, dituliskan Pastor Alonso tiba di Stasi Pinabetengan tanggal 1 Februari 1964, di mana momentum tersebut menjadi kunjungan pertamanya di wilayah pelayanan yang saat ini masuk ke wilayah pemerintahan Kecamatan Tompaso Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.
Para Saksi Mata
Kisah Pastor Alonso ini kian kuat dengan kehadiran saksi mata. Di Paroki Hati Kudus Yesus Sonder, ada seorang saksi hidup bernama Herry Wewengkang yang merekam langsung kisah Pastor Alonso di dalam ingatannya hingga saat ini, sejak dirinya masih berusia sekitar 10 tahun.
Pengalaman Herry Wewengkang dengan Pastor Alonso diawali pada tahun 1964 melalui pertemuan di Pastoran Paroki Hati Kudus Sonder saat akan merayakan Misa bersama umat lainnya. Sejak masih kecil, Herry selalu berada di lingkungan gereja untuk membantu Pastor paroki saat itu dalam mempersiapkan Misa pada hari Minggu dan hari-hari perayaan lainnya. Ia berkisah, “Saat itu saya diberitahu oleh salah satu pimpinan umat paroki bahwa akan ada ada seorang Pastor baru yang akan menggelar Misa di gereja. Tidak lama kemudian masuklah seorang laki-laki bertubuh besar menggunakan sepeda motor ke halaman gereja. Ternyata orang itu adalah Pastor Fernandez Juan Alonso, MSC. Sejak saat itulah saya berkenalan dengan Pastor Alonso dan selanjutnya membantu mempersiapkan Misa pada hari Minggu.”
Sekian lama mendampingi Pastor Alonso hingga ke stasi-stasi, sampailah pada suatu saat di mana Herry menyaksikan secara langsung saat sang misionaris itu harus menyeberangi sungai sambil memikul motornya. “Apa yang saya lihat itu sangat luar biasa dan mustahil dilakukan oleh orang biasa yang memiliki postur tubuh normal seperti orang Indonesia. Namun itulah pengalaman yang selalu saya saksikan saat menyeberangi sungai untuk melayani umat yang ada di tempat-tempat yang cukup jauh dari pusat paroki,” ungkapnya kagum.
Tak sampai di situ saja, kekaguman terhadap sosok Pastor Alonso juga diutarakan oleh salah satu jemaat Gereja Masehi Adven Hari Ketujuh, Jeinner Rawung, di mana ia menyebutkan ada beberapa warga Sonder sempat mengecap pendidikan di Sekolah Dasar (SD) pada tahun-tahun pelayanan imam asal Spanyol ini. “Beberapa tahun membaur dengan warga Sonder dengan misi pelayanan rohani dan pendidikan, bagi kami warga Sonder, tidak ada salahnya kami menyematkan julukan sebagai Nyong Sonder kepada Pastor Alonso,” tutur Jeinner.
Kisah mengenai Pastor Alonso juga terungkap di Stasi St. Fransiskus Xaverius Watuliney, Paroki St. Lukas Ratahan. Melalui salah satu umatnya, Anton Leisubun mengatakan bahwa dari cerita yang sempat didengar dari almarhum orangtua asuhnya bahwa ada kemiripan dengan kisah aksi pikul motor saat hendak menyeberangi sungai. “Karena di antara Desa Watuliney dan Minangan terbentang sungai yang cukup luas, maka Pastor Alonso sering menggunakan sebuah perahu. Namun tak jarang juga, Pastor Alonso memikul perahunya saat hendak menyeberangi sungai menuju desa seberang dengan misi untuk melayani umat,” ucap Anton. Ia menambahkan, sepenggal kisah itu sudah cukup membuat segenap umat di Stasi Watuliney bangga, karena sang misionaris tidak lama lagi akan menjadi seorang Beato.
Bergeser sedikit ke Stasi St. Maria Belang, di sini terekam juga jejak pelayanan Pastor Alonso. Ketua Stasi St. Maria Belang, Johan Kalangi ternyata pernah dibaptis oleh Pastor Alonso yang catatannya ada di Buku Baptis Paroki St. Petrus Langowan. “Saya tidak menyangka pastor yang pernah membaptis saya saat ini sedang dalam proses menuju beatifikasi. Ini sungguh pengalaman di luar dugaan sekaligus juga menjadi inspirasi bagi umat di Stasi Belang agar memiliki keberanian dalam melayani Tuhan,” ungkap Johan.
Jejak Pastor Alonso sendiri di Paroki Langowan tercatat pada Buku Baptis Liber Batizotorum VIII (1959-1964) dan Liber Baptizotorum IV (1964 – 1966). Tercatat baptisan yang dilakukan Pastor Alonso sendiri mulai pada tahun 1964. Hal itu membuktikan bahwa misi yang diemban Pastor Alonso dijalankan dengan penuh semangat, meski akses jalan waktu itu belum sebaik sekarang.
Hobi Blusukan
Berdasarkan catatan tersebut, ada sejumlah kampung yang dikunjungi oleh imam MSC yang pada 23 April 2021 mendatang akan dibeatifikasi di Guatemala. Kampung-kampung yang dimaksud adalah Langowan, Tombatu, Watuliney, Ratatotok, Liwutung, Tatengesan, Rasi, Ratahan, Tompaso, Poniki, Tasuka, Kalatin, Belang, Tompaso Dua, Basaan, Teep dan Noongan. Akses jalan ke tempat itu masih didominasi oleh jalan tanah berbatu yang bisa saja menjadi penghambat perjalanan sang misionaris
Selain itu, Sekretaris Paroki St. Petrus Langowan, Herman Kaligis mengatakan bahwa data baptisan tentang Pastor Alonso yang tersimpan di sekretariat paroki menjadi bukti sejarah bagi generasi umat saat ini bahwa pernah ada seorang misionaris yang akan segera dibeatifikasi. “Misi yang dilakoni Pastor Alonso menjadi sesuatu yang spesial bagi umat di Paroki Langowan, karena hanya dia satu-satunya imam MSC yang berasal dari Spanyol. Sementara yang lainnya didominasi dari Belanda dan Indonesia termasuk Manado,” terangnya.
Sementara itu, Pastor Mangkey menambahkan penjelajahan Pastor Alonso sampai ke wilayah Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Pantai Komi dan Rerer di mana kala itu umumnya wilayah-wilayah tersebut belum bisa dijangkau dengan sepeda motor, ternyata bisa ditaklukkan Pastor Alonso. “Ia punya semangat misioner yang tinggi untuk mengunjungi umat dan memberikan pelayanan Sakramen Baptis,” ujarnya.
Di Paroki St. Fransiskus de Sales Kokoleh sendiri ada cukup banyak catatan baptisan Pastor Alonso dan hal serupa juga ada di Paroki St.Yohanes Penginjil Laikit (Paroki Induk sebelum pemekaran) yang menyimpan ratrusan catatan baptisan umat.
Sebagaimana diketahui, Pastor Alonso rencananya akan dibeatifikasi pada 23 April 2021 di Guatemala oleh Takhta Suci Vatikan. Pastor Mangkey pun berharap semua kisah tentang Pastor Alonso yang sudah terdeteksi maupun yang masih tersimpan di tengah-tengah umat dapat menjadi inspirasi melayani Tuhan agar punya keberanian. “Semoga dengan dibeatifikasinya Pastor Alonso nanti, akan banyak tumbuh dan berkembang jiwa misionaris dari tengah-tengah umat teristimewa yang pernah dikunjungi Pastor Alonso di masa lalu. Mari kita doakan proses menjelang beatifikasi Pastor Alonso agar tetap berjalan dengan lancar meski saat ini masih dibayang-bayangi oleh Pandemi COVID-19,” pungkas Pastor Mangkey.
Frangki Wullur (Manado)
(HIDUP, No.15, Tahun ke-75, Minggu, 11 April 2021)