HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 18 April 2021 Minggu Paskah III Kis.3:13-15, 17-19; Mzm. 4:2, 4, 7, 9; 1Yoh. 2:1-5a; Luk. 24:35-48
UMAT Kristen percaya bahwa Salib Kristus membawa keselamatan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Memang salib mengingatkan kita akan penderitaan dan kematian Yesus yang hina dan mengerikan. Sebab bangsa Romawi menyalibkan orang, antara lain untuk mempermalukannya di depan umum dan menunjukkan bahwa manusia yang digantung di salib sungguh tidak berharga apa-apa. Tetapi justru melalui salib itu, di satu pihak Yesus ditinggikan atau dimuliakan, sedangkan di pihak lain Allah menyelamatkan orang yang percaya kepada Kristus.
Kita sungguh menyadari bahwa tanpa kebangkitan Kristus, penderitaan-Nya di Salib tidak ada artinya. Dia mati di salib seperti orang-orang lain yang dihukum oleh Pemerintah Romawi. Tetapi justru oleh kebangkitan-Nya dari alam maut, maka seluruh hidup Yesus menjadi bermakna. Kelahiran-Nya dirayakan dengan meriah pada hari Natal. Demikian juga penderitaan-Nya di salib dilihat sebagai jalan menuju keselamatan.
Perlu disadari bahwa iman akan kebangkitan Kristus didasarkan pada pengalaman para murid yang telah bertemu dengan Yesus yang bangkit. Dalam Injil kita mendengar bahwa Yesus yang bangkit menampakkan diri-Nya kepada banyak orang. Dia menampakkan diri pertama-tama kepada beberapa perempuan yang pergi ke kubur-Nya (Mat. 28:9-10). Kemudian Yesus menampakkan diri berturut-turut kepada Maria Magdalena (Yoh. 20:1-13), kedua murid-Nya yang sedang pulang ke Emaus (Luk. 24:1-35) dan para murid-Nya di pantai Danau Tiberias (Yoh. 21:1-14). Dalam Injil Minggu ini, Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada para rasul dan para murid-Nya di Yerusalem (Luk. 24:35-48).
Melalui penampakan-penampakan itu Yesus meyakinkan para murid-Nya bahwa Dia sungguh telah bangkit. Memang dalam beberapa peristiwa penampakan, kelihatannya para murid tidak begitu mudah percaya akan Yesus yang bangkit. Segala wejangan dan nasihat yang disampaikan Yesus sebelum kematian-Nya, tidak mampu membuat mereka percaya akan kebangkitan-Nya. Padahal berulangkali Yesus mengatakan bahwa Dia sebagai Mesias dan Putra Allah harus menderita di Salib dan bangkit dari antara orang mati. “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Suci” (Luk. 24:44). Adapun yang digenapi dalam Kitab Suci adalah kenyataan ini, “Mesias harus menderita, dan kemudian bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga…” (Luk. 24:46-48).
Mengapa para murid tidak mudah percaya bahwa yang hadir di tengah mereka adalah Yesus yang bangkit. Alasannya, karena Yesus yang menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya adalah Yesus yang sudah dimuliakan, yang mengatasi ruang dan waktu. Karena itu Dia bisa berada di mana saja: di Yerusalem, di Emaus, di Galilea, di pantai Danau Tiberias dan seterusnya. Dan karena Yesus menampakkan diri dengan tubuh yang mulia, maka para murid tidak mengenal Dia secara spontan: Maria Magdalena mengira Yesus itu penjaga Taman; Dua murid Emaus mengira Yesus itu sebagai orang asing; para murid di tepi danau Tiberias mula-mula tidak mengenal-Nya. Inilah kenyataan dari Yesus yang telah bangkit: Dia memiliki tubuh yang mulia, sehingga Dia tidak mudah dikenali. Yesus bahkan harus meyakinkan mereka bahwa Dia bukan hantu.
Sehubungan dengan penampakan-penampakan Yesus ini, ada hal yang menarik perhatian kita. Yesus selalu menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya yang sedih, takut, dan putus asa. Untuk apa Yesus melakukannya? Tentu saja untuk meneguhkan iman mereka. Karena itu reaksi para murid yang melihat Yesus yang bangkit itu luar biasa: mereka sangat girang, bersukacita dan menjadi pemberani untuk mewartakan Yesus yang telah bangkit.
Firman Tuhan hari Minggu ini meyakinkan kita bahwa Yesus tidak hanya menderita dan mati di salib, melainkan juga Dia sungguh telah bangkit sesuai dengan nubuat Kitab Suci. Kita juga dinyakinkan bahwa Yesus yang bangkit itu tetap menyertai kita dalam keseharian hidup kita. Dia hadir ketika kita mengalami kesulitan dan tantangan dalam hidup ini. Dia hadir pada saat kita berdoa dan berkumpul demi nama-Nya baik dalam keluarga maupun komunitas (Mat 18:20). Dia hadir di tempat-tempat kita bekerja. Dia hadir juga dalam orang-orang yang menderita. Namun kehadiran Yesus yang paling penting adalah di dalam Ekaristi, ketika kita mendengarkan firman-Nya dan mengambil bagian dalam perjamuan-Nya. Dia hadir untuk memberikan diri-Nya. Oleh karena itu, sangat berguna kita sering merayakan Ekaristi yang mampu menguatkan hidup kita dalam ziarah menuju Rumah Bapa.
(HIDUP, Edisi No.16, Tahun ke-75, Minggu, 18 April 2021)