HIDUPKATOLIK.COM – SEMINARI Menengah Stella Maris, Keuskupan Bogor menjadi tempat terakhir pentakhtaan Patung Maria Bunda Segala Suku. Patung Maria Bunda Segala Suku adalah gambaran Ibunda Yesus Kristus dengan unsur-unsur kebudayaan dari beragam suku di Indonesia. Gambaran wajah dan atribut Maria Bunda Segala Suku diilhami dari keberagaman dan semangat nasionalisme Indonesia yang terangkum dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
Patung yang menjadi penerang bagi segala suku bangsa di Indonesia ini diletakan di selasar utama (lobi) utama Seminari Stella Maris di Jalan Raya Parung, Perumahan Telaga Kahuripan, Bogor, Jawa Barat. Patung ini bisa berada di Seminari Stella Maris berkat usaha pihak Majalah HIDUP yang mencarikan donatur. “Patung ini adalah donasi dari keluarga Ibu Katarina dan Ibu Agata Rita berkat kerja sama dengan HIDUP yang kemudian diberikan kepada Keuskupan Bogor dan kini bisa diletakan di Seminari Stella Maris,” ujar Fredy Yuwono Pemimpin Perusahaan Majalah HIDUP.
Sebelum pihak Keuskupan Bogor menerima patung Maria Bunda Segala Suku, Senin, 12/4/2021, di hari yang sama Kardinal Ignatius Suharyo juga berkenan memberkati patung ini di halaman Gereja Katedral Jakarta. Dalam pesannya, Kardinal menyebutkan, patung Maria Bunda Segala Suku lahir dari ragam kreasi sebagai tanggapan umat Katolik terhadap politik identitas yang kerap mengguncang integritas sosial di Indonesia beberapa tahun terakhir ini.
“Patung ini memiliki unsur-unsur keindonesiaan dalam lukisan Bunda Maria seperti unsur bendera merah putih, lambang Pancasila, kebaya, kerudung, batik, tenun, dan sebagainya sebagai bentuk gambaran suku di Indonesia,” ujar Kardinal Suharyo.
Sementara itu, Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM juga berkenan hadir dan menerima secara simbolik penyerahan patung Maria Bunda Segala Suku dari Majalah HIDUP kepada pihak Seminari Stella Maris. Hadir pula Pastor Jeremias Uskono selaku Rektor Seminari Stellah Maris bersama para formator, serta para seminaris. Sambutan hangat sangat terasa dari pihak seminari di mana beberapa seminaris menggunakan pakaian khas dari budaya asal mereka. Nampak ada dari Flores, Maluku, Papua, Batak, Jawa, dan sebagainya yang menggambarkan kekhasan patung Maria Bunda Segala Suku.
Mgr. Paskalis dalam pesannya menyebutkan patung ini mengisyaratkan corak hidup kita sebagai orang beriman. Nama patung ini adalah Maria Bunda Segala Suku yang mengingatkan kita akan keberagaman di Indonesia. “Kita berharap bahwa setiap peran yang keluar dari Maria Bunda Segala Suku, iman kita juga semakin dikuatkan,” ujarnya.
Mgr. Paskalis menitikberatkan pada kreasi Maria Bunda Segala Suku yang dianggap sebagai kekhasan keberagaman di Indonesia. Ia menjelaskan umat Katolik bisa belajar menjadi manusia Katolik Indonesia yang setia mencintai sesama manusia yang berbeda, mengendepankan penghargaan terhadap martabat manusia dan menguatkan iman peziarah orang Katolik di dunia khususnya di Indonesia. “Penghargaan terhadap sesama, menjadi keharusan kita sebagai makhluk sosial,” sebutnya.
Tak lupa, Uskup Bogor mengucapkan terima kasih kepada Ibu Katarina dan Ibu Agata Rita yang telah mendonasikan patung kepada pihak Keuskupan Bogor. “Kami mengucapkan terima kasih kepada para donator yang telah mendonasikan patung kepada kami. Kami akan membawa segala intensi baik ini dalam doa-doa kami kepada Bunda Maria agar keluarga Ibu Katarina dan Ibu Agata Rita selalu dalam lindungan Bunda Maria,” sebut Mgr. Paskalis.
Di waktu yang sama, Pastor Jeremias Uskono menyebutkan harapannya semoga lewat kehadiran patung Maria Bunda Segala Suku di komunitas Seminari Stella Maria, para seminaris bisa memanfaatkan momen ini untuk berdevosi khusus kepada Bunda Maria.
“Kami bersyukur Seminari Stella Maris mendapatkan anugerah yaitu kehadiran Maria Bunda Segala Suku. Kami berharap agar para seminaris bisa mendapatkan inspirasi dengan gelar Bunda Segala Suku agar bisa menimbah kerukunan di komunitas yang sangat beragam. Semoga makin meningkatkan kualitas doa para seminaris,” ujarnya.
Penggambaran Maria Bunda Segala Suku adalah karya Robert Gunawan, yang memenangkan sayembara seni rupa Maria Bunda Segala Suku. Robert berhasil memasukan unsur-unsur keindonesiaan dalam lukisan Bunda Maria seperti unsur bendera merah putih, lambang Pancasila, kerudung, kebaya, ukiran khas Suku Dayak, Ukiran Khas Papua, ada wayang, kain tenun, dan unsur lainnya. Tahun 2018, patung Maria Bunda Segala Suku diresmikan di Katedral Jakarta.
Yusti H. Wuarmanuk