web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

IGNATIUS KARDINAL SUHARYO: MENERIMA NAPAS YESUS YANG BANGKIT

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 11 April 2021 Minggu Paskah II (Minggu Kerahiman Ilahi) Kis. 4:32-35; Mzm. 118:2-4, 16ab-18, 22-24; 1Yoh. 5:1-6; Yoh. 20:19-31

ADA berbagai macam kisah Paskah yang diceritakan dalam Injil-Injil. Pesan pokoknya hampir semua serupa: pertama, bahwa Yesus yang disalibkan tetap hidup, dan kedua, pengalaman akan Yesus yang bangkit dan hidup itu mengubah serta membarui hidup manusia.

Pesan bahwa Yesus tetap hidup, disampaikan dengan cara yang amat jelas: Ia menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada para murid (Yoh. 20:20). Realitas kebangkitan juga ditegaskan dalam kisah penampakan Yesus kepada para murid yang kembali mencari ikan (Yoh. 21:1-14). Setelah Yesus minta beberapa ikan yang baru ditangkap oleh para murid (Yoh. 21:10), Yesus mengajak mereka untuk sarapan (Yoh. 21:12). Atas dasar pengalaman ini mereka mewartakan Kristus yang bangkit, hidup, dan hadir dalam sejarah umat manusia.

Namun tidak mudah bagi para murid untuk meyakinkan orang lain bahwa Kristus sungguh bangkit, hidup, dan hadir di antara mereka. Orang-orang yang tidak mudah percaya ini, diwakili oleh Tomas. Kepada Tomas – sekali lagi, mewakili orang-orang yang sulit percaya bahwa Kristus sungguh bangkit dan hidup –Yesus yang bangkit sekali lagi menampakkan diri. Penampakan ini bermuara pada pengakuan iman yang diucapkan oleh Tomas: “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:28). Ini adalah pengakuan iman yang sempurna. Dengan “melihat” Yesus, Tomas “melihat” Bapa. Itulah yang dinyatakan oleh Yesus sendiri ketika Ia mengatakan “…. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku” (Yoh. 8:19; Bdk. 14:7). Kisah diakhiri dengan ajakan untuk percaya: “… berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh. 20:29).

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sementara itu, buah-buah dari pengalaman akan Kristus yang bangkit –yaitu pembaharuan hidup – dapat disimpulkan dari dua hal. Pertama, dari perubahan keadaan batin mereka. Semula mereka merasa takut dan berkumpul di tempat dengan pintu-pintu terkunci (Yoh. 20:19.26). Inilah keadaan para murid yang merasa kehilangan Yesus, atau bahkan lumpuh secara mental dan rohani karena kecewa, takut, kehilangan harapan. Keadaan ini berbalik setelah mereka mengalami Kristus yang bangkit, hidup, dan hadir di antara mereka: mereka mengalami kehadiran Yesus yang membawa damai sejahtera (Yoh. 20:19,21,26). Lalu dikisahkan bahwa “murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat TUHAN” (Yoh. 20:20).

Pembaharuan hidup itu juga dinyatakan dalam peristiwa Yesus yang mengembusi para murid dan berkata “Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22). Kisah ini tentu mengingatkan kita akan peristiwa penciptaan manusia. Ketika itu “Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup …; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej. 2:7). Para murid mengalami pembaharuan hidup, karena mereka menerima bagian dari hidup Yesus (Red.: napas Yesus yang bangkit). Dengan menerima napas Yesus, para murid sungguh menjadi anak-anak Allah (Bdk. Yoh 1:12).

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Pertanyaan yang dapat muncul adalah: kalau kita adalah anak-anak Allah, Allah yang seperti apakah Dia itu? Jawabannya ada bermacam-macam. Salah satu yang sudah seharusnya diberikan pada hari ini – Hari Minggu Kerahiman Ilahi tampilkan – adalah Allah Yang Maharahim. Inilah Allah yang diakui oleh Tomas dalam pernyataan imannya “Ya Tuhanku, dan Allahku”. Kalau demikian, sebagai anak-anak Allah, kita pun menerima perutusan sebagaimana dinyatakan oleh Yesus yang bangkit: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21), artinya memberikan kesaksian akan Allah yang Maharahim ini.

Pengalaman akan Allah yang Maharahim inilah yang menentukan jalan hidup Paus Fransiskus dan pilihan-pilihan serta keputusan-keputusannya, sejak beliau berusia 17 tahun sampai sekarang. Itulah sebabnya Paus Fransiskus menetapkan tahun 2016 sebagai Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Ilahi: agar kita juga mengalami kerahiman Allah yang menjadikan kita anak-anak Allah.  Itulah pula sebabnya pada awal bulan Maret 2021 Beliau berkunjung ke Irak – dengan segala macam risikonya – untuk memberikan kesaksian tentang Allah Yang Maharahim, dengan membawa pesan damai dan persaudaraan.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles