HIDUPKATOLIK.COM – Badai Siklon Tropis Seroja memicu cuaca ekstrim di wilayah Provinsi NTT sejak 4 April 2021 hingga saat ini telah menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor secara merata di provinsi yang terdiri dari 21 kabupaten/kota.
Sampai dengan 5 April 2021 pukul 11.00 WIB, BNPB merilis informasi bahwa ada delapan kabupaten/kota yang terdampak. Wilayah terdampak paling serius sejauh informasi yang dihimpun oleh BNPB dan media nasional adalah Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur yang merupakan wilayah pelayanan pastoral Keuskupan Larantuka.
Berdasarkan Caritas Internationalis Situation Report, Caritas Indonesia (KARINA) pada 5 April 2021 telah melakukan pertemuan koordinasi secara virtual dipimpin Direktur KARINA Indonesia dengan para Direktur Caritas Keuskupan di wilayah terdampak dihadiri juga Komisi PSE KWI, Komsos KWI dan Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ)
Pertmuan ini menghasilkan beberapa kesimpulan, diantaranya, penggalangan dana secara nasional akan dilakukan secara terpusat melalui KARINA dan telah dimulai pada 4 April 2021. Penggalangan dana ini dilakukan dalam koordinasi dengan Komisi PSE KWI, Komisi Komunikasi Sosial KWI dan LDD KAJ. Kedua, donasi logistik dari para donatur di Jakarta dan kota-kota di Pulau Jawa diarahkan untuk dikirimkan langsung ke keuskupan terdampak melalui koordinasi dengan Caritas Indonesia dan LDD KAJ. KARINA menyediakan staf dan relawan untuk melakukan koordinasi atas pengiriman donasi logistik ini.
Direktur Eksekutif LDD KAJ Romo Christoforus Kristiono Puspo, SJ mengungkapkan bahwa umat di KAJ dapat mengirimkan donasi ke KARINA. “Kardinal Ignatius Suharyo turut menegaskan bahwa NTT perlu dibantu dengan belarasa kita,” terang Romo Kris.
Tanggal 5 April 2021, BNPB juga merilis informasi bahwa ada 68 orang meninggal dunia, 15 orang luka-luka, 72 orang hilang dan 938 KK/2.655 terdampak.
Bagi Romo Kris, umat perlu mewujudkan Paskah dalam situasi ini. “Paskah adalah belarasa. Sehingga belarasa terhadap kemanusiaan yang sekarang utama adalah korban-korban bencana di NTT. Itu perlu diwujudkan nyata. Inilah Paskah, kehadiran Allah yang juga hadir dalam diri kita dan juga dalam orang-orang yang membutuhkan dalam situasi saat ini. Kita dapat berbagi degan berbagai cara, donasi atau pengiriman barang, sangat dipersilahkan. Paling tidak kita hendak mewujudkan wajah Tuhan. Wajah Tuhan yang hadir, yang bangkit juga untuk semua orang yang menderita,” tuturnya ketika dihubungi oleh HIDUP melalui telepon, Selasa, 6/4.
Bencana kerap diartikan dengan pandangan negatif. Namun Romo Kris mengajak umat Katolik untuk melakukan perubahan sikap. “Kalau kita masih menganggap Yesus dicuri orang, ketika sebuah bencana terjadi kita akan merasakan ditinggal oleh Tuhan. Coba framingnya diganti. Kita melihat Tuhan yang bangkit. Sehingga kita melihat sebuah kebangkitan, sebuah perubahan sikap untuk melihat situasi sekarang ini menjadi sebuah gerakan bersama Gereja Nasional yang berbagi. Inilah Paskah yang sesungguhnya,” pungkas imam Jesuit ini.
Karina Chrisyantia
Sumber: Caritas Internationalis Situation Report