HIDUPKATOLIK.com – Yes. 50:4-9a; Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33- 34; Mat 26:14-25
KESAKSIAN nabi Yesaya tentang hamba Tuhan yang akan menemui aneka macam hambatan, aniaya, penolakan, dan tantangan seolah menaikan ketegangan di Pekan Suci.
Namun dalam refleksi itu justru kita melihat bahwa pribadi ini selalu menjadikan Tuhan Allah sebagai kekuatannya satu-satunya. Kesaksian senada juga diungkapkan oleh
pemazmur. Imannya kepada Allah ternyata mendatangkan kesulitan yang serius dalam
kehidupannya. Tetapi sekali lagi, pemazmur percaya bahwa Allah ada di pihaknya. Tuhan yang ia percaya pasti akan menolong dan menyelamatkan dirinya.
Keyakinan dan kesaksian dua pribadi di atas inilah yang seharusnya ada di benak setiap orang beriman ketika kita memasuki masa-masa sulit. Wajah penderitaan akan selalu ada dalam peziarahan hidup orang beriman di dunia, tetapi Tuhan selalu menjadi kekuatan dan penopang bagi kita orang beriman. Keteguhan iman tidak pernah boleh goyah meski pun hidup harus terombang-ambing dalam aneka macam kesulitan dan penderitaan. Nubuat ini
sungguh tergenapi dalam diri Yesus Kristus yang tersalib dan Allah telah memenuhi janji dan penyertaan-Nya. Kita percaya bahwa apa yang berlaku pada Yesus, akan selalu berlaku juga untuk kita para pengiku-Nya.
Figur Yudas dalam bacaan Injil menjadi sebuah contoh nyata bagi kita yaitu ketika seseorang terombang-ambingkan dalam relasinya dengan Yesus. Yudas lebih mencari jalannya sendiri, berpikir dengan pola pikirnya sendiri, sehingga pada akhirnya dia tidak bisa keluar dari kebimbangannya dan keluar sebagai pribadi yang gagal dalam mengikuti Yesus sampai akhir. Relasi dengan Yesus yang mendalam adalah kunci bagi Gereja dan setiap orang beriman untuk bisa bertahan di tengah gelombang kehidupan.
Romo Josep Ferry Susanto, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Imam Keuskupan Agung Jakarta