HIDUPKATOLIK.com – Dan. 3:14-20, 24-25, 28; MT Dan. 3:52, 53, 54, 55, 56; Yoh. 8:31-42
BACAAN Pertama dari Kitab Daniel menampilkan satu kebebasan hati yang lahir dari kebenaran yang membuat orang dapat sampai pada kebesaran Allah. Kemerdekaan batin ini adalah karunia, bukan satu prestasi pribadi manusia. Sikap lepas bebas yang lahir dari iman ini melahirkan keberanian yang tanpa pamrih, yang bahkan siap sedia menantang
kematian, justru karena tidak mau mencobai Allah dengan menuntut-Nya melakukan satu intervensi yang luar biasa. Seperti kata Sadrakh kepada Nebukadnezar: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan. 3:17-18). Seorang beriman percaya bahwa mukjizat itu terjadi, bukan karena Allah mengabulkan doanya dan melakukan seperti yang dikehendaki manusia, tapi sebaliknya karena orang berserah untuk menerima dan melakukan kehendak Allah. Kemerdekaan orang beriman menghasilkan
kesaksian yang dapat dipercaya, dan tak jarang mengejutkan, karena berangkat dari kebenaran, seperti sabda Yesus dalam Injil: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:31-32). Jadi, kemerdekaan batin itu satu komitmen, satu tugas kesaksian yang otentik yang justru menghubungkan seorang murid dengan Gurunya, seorang beriman dengan Allahnya.
Romo Vitus Rubianto Solichin, SX Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta