HIDUPKATOLIK.COM – YOSEF atau Yusuf adalah nama yang sama, berasal dari kata “Yōsēph” (Ibrani), “Ioseph” (Yunani), Iōsēphus (Latin) berarti Tuhan menambahkan. Diambil dari kata-kata Rahel, istri Yakup ketika melahirkan Yusuf: “Mudah-mudahan Tuhan menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku” (Kej. 30:24). Rahel kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yaitu Benyamin, lalu meninggal dan dikuburkan di Betlehem (Bdk. Kej. 35:16-20). St. Bernardus dari Clairvaux (1090-1153) mengatakan, “Ingatlah bahwa St. Yosef tidak hanya mewarisi nama leluhurnya Yusuf yang dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya tetapi juga kesucian, kemurnian dan rahmat yang diterimanya”.
Ite ad Joseph, “Pergilah kepada Yoseph” (Kej. 41:55), digunakan Paus Pius IX dalam Dekrit Quemadmodum Deus, 8 Desember 1870. Saat itu, Paus mengumumkan St. Yosef sebagai pelindung Gereja universal. Ia mengatakan, “Dalam cara yang sama ketika Allah menempatkan Yusuf menjadi kepala istana Firaun di Mesir, putera Yakub, yang menyimpan gandum untuk bangsa Mesir, demikian pun ketika tiba waktunya, ketika mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia, memilih Yusuf yang lain (St. Yosef), menjadi kepala, pelindung dan penjaga atas rumah-Nya (Gereja)”.
St. Yosef berasal dari Betlehem, keturunan Daud (Bdk. Luk. 2:4-5), namun ia tinggal di Nazareth. Yesus juga disebut sebagai orang Nazaret (Bdk. Mat 2:23; Mrk. 10:47; Luk. 18:37; Kis. 6:14; 22:8). Menurut Matius ayah dari St. Yosef adalah Yakub (Bdk. Mat 1:16), sedangkan menurut Lukas adalah Eli (Bdk. Luk. 3:23). Kemungkinan Matius menulis Yakub adalah ayah St. Yosef secara natural (menurut daging) sedangkan Lukas dari aspek yuridis (hukum). Hal ini berhubungan dengan hukum tentang kewajiban perkawinan ipar (Bdk. Ul. 25:5). Sedangkan ibu St. Yosef tidak disebutkan sama sekali, yang kemudian oleh para ekseget dihubungkan dengan perikop; “Rahel menangisi anak-anaknya…” (Mat. 2:18; Kej. 35:16-20).
Figur Ayah Keluarga Kristen
Para kudus dan teolog mengatakan bahwa peran St. Yosef dalam sejarah keselamatan sangat penting yaitu menjadi ayah (angkat) Putera Allah. Ia pun seperti St. Perawan Maria dipilih dan dipersiapkan Allah untuk menjadi ayah dan ibu Putera-Nya. Dia adalah model mencintai Yesus dan Maria dengan sepenuh hati. Mengajarkan kesucian dalam perkawinan, kemurnian demi Kerajaan Allah, pengudusan dalam pekerjaan dan hidup kontemplatif. Paus Fransiskus mengatakan keagungan St. Yosef ada dalam fakta bahwa ia adalah suami Maria dan ayah (angkat) Yesus. Dengan demikian, ia menempatkan dirinya untuk melayani seluruh rencana keselamatan, seperti ditegaskan oleh St. Yohanes Krisostomus.
Ia disebut sebagai “seorang yang tulus hati” (Mat. 1:19). Tulus hati ini dihubungkan dengan sikapnya yang lemah lembut terhadap Maria seperti ingin menceraikan St. Perawan Maria secara diam-diam dan tak ingin menghukumnya. Kemudian menerima St. Perawan Maria apa adanya serta taat kepada perintah Malaikat. Paus Fransiskus mengungkapkan dalam diri St. Yosef, Yesus melihat kelemahlembutan Allah.
Figur ayah yang bekerja dalam diam. Matius menyebut pekerjaan St. Yosef yaitu tukang kayu (Mat. 13:55). Sebagai tukang kayu, tangannya lebih bermakna (berbicara banyak) dari pada mulutnya, pekerjaannya lebih bermakna dari pada kata-katanya. “Dari dia, Yesus belajar tentang nilai, martabat dan kegembiraan apa artinya makan roti yang merupakan hasil usahanya sendiri. Ia adalah pribadi yang bekerja, apa pun pekerjaannya, bekerja sama dengan Allah sendiri, menjadi pencipta-pencipta kecil dalam dunia di sekeliling kita” Paus Fransiskus.
Teolog Leonardo Boff menambahkan, pribadi St. Yosef membantu kita memahami figur Allah Bapa. Beberapa hal yang menjadikan St. Yosef adalah pribadi yang tepat, mulia dan layak menjadi figur kehadiran Bapa Surgawi. Bapa Surgawi adalah “Abba”, suatu eksistensi yang diakui oleh Putera. Otoritas ke-Abba-an Bapa Surgawi di dalam dunia diberikan kepada St.Yosef melalui pernikahannya dengan Maria dan menjadi Bapa (angkat) Yesus. Kemudian cinta yang tulus ayah terhadap puteranya. Cinta St. Yosef terhadap Yesus adalah gambaran yang paling sempurna cinta Bapa Surgawi kepada Yesus Putera-Nya (Bdk. Mat. 3:17; Luk. 9:35; 2 Pet. 1:17).
Kemurnian Hati
Dalam Ordo Karmel, penghormatan terhadap St. Yosef berhubungan dengan penghormatan terhadap St. Perawan Maria. St. Perawan Maria bagi para Karmelit (Ordo Saudara-Saudara St. Perawan Maria dari Gunung Karmel) adalah Ibu dan Saudari. Karena itu, dia (St. Yosef) yang telah menjaga dan melindungi St. Perawan Maria yang adalah Ibu dan Saudari bagi para Karmelit adalah juga penjaga dan pelindung Ordo Karmel. Selain itu, semua keluarga dari St. Perawan Maria (St. Anna dan Yoakim, Maria Cleofa dan Maria Salome-istri Sebedeus adalah pelindung tingkat kedua dari Ordo Karmel). Karena itu, St. Yosef tidak mungkin tidak masuk di dalamnya.
Dalam legenda suci abad pertengahan juga ditunjukkan relasi yang istimewa antara keluarga Kudus: Yesus, Maria dan Yosef dengan Gunung Karmel (tempat para Karmelit awali memulai hidup pertapa dan mengikuti teladan nabi Elia). Diungkapkan bahwa keluarga kudus pernah tinggal (berkunjung) ke Gunung Karmel menemui kelompok para nabi yaitu murid-murid Elia. Kemungkinan ini dilakukan saat dalam perjalanan pulang dari Mesir.
Namun sulit dipastikan kira-kira kapan perayaan St. Yosef dimulai dalam Ordo Karmel. Kemungkinan abad XIV sudah dimulai dalam bentuk devosi pribadi dan lokal, sedangkan abad XV semakin menyebar luas. Misalnya dalam buku Ibadat Harian dan Misa para Karmelit pertengahan abad XV sudah terdapat penghormatan kepada St. Yosef. Arnold Bostius (1476) memberi kesaksian bahwa para Karmelit merayakan pesta St. Yosef dengan meriah.
Abas Benediktin Yohanes Tritemio mengatakan bahwa devosi dan penghormatan kepada St. Yosef diperkenalkan oleh para Karmelit kepada Gereja-gereja Latin setelah mereka pindah ke Eropa. Dan menurut ahli sejarah dan ahli liturgi, perayaan liturgis Hari Raya St. Yosef dalam Ordo Karmel adalah dokumen paling pertama dalam Gereja Latin dalam menghormati St. Yosef. Kemudian saat Kapitel Jenderal tahun 1680, St. Yosef dipilih sebagai pelindung utama Ordo Karmel dan dirayakan setiap tanggal 19 Maret sebagai hari raya, mengikuti Kalender Liturgi Gereja universal.
Adapun aspek-aspek yang ditampilkan dari hubungan antarfigur St. Yosef spiritualitas Karmel adalah pertama, Puritas Cordis (kemurnian hati) yang memampukan St. Yosef melihat Allah. Kedua, ia juga memiliki cinta kepada St. Perawan Maria. Ia adalah pribadi pertama yang memiliki devosi dan kecintaan yang mendalam terhadap St. Perawan Maria. Teladan hidup mistik. St. Teresa Avila dalam autobiografinya mengatakan “Barangsiapa tidak menemukan guru yang mengajarkannya berdoa, ambillah guru yang sangat suci ini dan Anda tidak akan salah jalan”.
Kertiga, merenungkan hukum Tuhan. Paus Benediktus XVI mengatakan “seorang yang diberi gelar tulus hati dalam tradisi klasik adalah orang yang seperti diungkapkan oleh pemazmur: “Kesukaannya ialah Taurat Tuhan dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam,” (Mzm. 1:2). Keempat, keheningan. Para teolog melihat sikap diam St. Yosef adalah seperti yang dimiliki Maria “menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Luk 2:51).
Pastor Fransiskus Berto G, OCarm, Yosefologi, Alumnus Pontificia Facolta Teologica dell’Italia Merdidionale, Napoli; Prior dan Magister Novisiat Karmel, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur
(Majalah HIDUP, No.11/Tahun ke-75, 14 Maret 2021)