web page hit counter
Minggu, 17 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Uskup Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu: Penderitaan dan Makna Hidup dalam Kristus

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 21 Maret 2021: Minggu Prapaskah V Yer. 31:31-34; Mzm. 51:3, 4, 12-13, 14-15; Ibr. 5:7-9; Yoh. 12:20-33

MASA Prapaskah hadir sebagai saat berahmat untuk kembali melihat diri dan seluruh kehidupan kita, untuk masuk dalam pertobatan yang sejati. Nubuat Yeremia meneguhkan hati bangsa Israel sebagaimana surat kepada umat Ibrani meneguhkan hati pengikut Kristus untuk percaya pada penebusan hati Yesus yang berbelas kasih dan rahim. Pertobatan ini menuntut komitmen dari setiap pengikut Kristus, mau berjalan bersama Kristus atau tetap tinggal dalam cara hidup lama. Mau hidup sebagai benih yang mati dan tumbuh dalam Yesus atau lari dari tanggung jawab dan mengingkari cinta Tuhan. Marilah kita bersama-sama masuk dalam refleksi tentang situasi umat Israel dan wasiat Yesus kepada para murid-Nya.

Situasi kehidupan yang sulit dan penuh penderitaan dialami umat Israel pada masa Yeremia hidup. Badai perang dan hukuman pembuangan ke negeri yang jauh, menjadi kisah tragis yang melanda umat Israel, setelah masa keemasan pada masa raja Daud. Yerusalem, kota kehidupan dan kebanggaan, harus dihancurkan dengan segala simbol keagamaan yang sangat dihormati dan dikuduskan. Keluarga, tempat berbagi kasih harus berpisah, harus dicerai beraikan ke negeri yang jauh, entah sampai kapan waktunya.

Baca Juga:  Setelah Sinode III Keuskupan, Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Sinaga: Iman Perlu Berakar, Bertumbuh dalam Persekutuan dan Berbuah dalam Kesaksian

Pada pengalaman putus asa dan kehilangan harapan inilah, Yeremia hadir sebagai nabi yang terus meneguhkan iman orang-orang Israel dan meyakinkan mereka betapa Allah tetap menyertai dan mencintai umat-yang ada di tanah pembuangan. Seruan inilah yang dinyatakan dalam bacaan pertama, betapa Allah tetap berbelas kasih dan rahim kepada anak-anak-Nya yang setia dan tetap mengandalkan Allah dalam hidup mereka. “Aku akan menaruh tauratku dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka. Maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatku.” (Bdk Yer 31:33)

Yeremia menyerukan sebuah pertobatan sejati, yang dimulai dari hati dan dalam tindakan konkret. Seruan pertobatan ini pun ditujukan pada kehidupan kita pada saat ini, ketika hati kita telah tertutup dan hidup kita jauh dari belas kasih dan kerahiman Allah. Injil suci dengan sangat tegas mengungkapkan makna hidup seorang pengikut Kristus untuk berani berkurban dengan penuh cinta. “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah,”

Baca Juga:  PESPARANI II PROVINSI KALIMANTAN UTARA: KEDEPANKAN SPIRIT KATOLIK

Ada tiga pesan penting dalam refleksi tentang makna pertobatan ini.

Pertama, jangan padamkan harapan dari dalam hati, dan bila situasi sulit dan susah melanda hidupmu dan harapanmu, mohonlah bimbingan Allah Roh Kudus untuk menguatkan hidup doamu dan hidup keseharian di tengah kenyataan yang tidak mudah. Bila hatimu tergoda untuk putus asa dan pergi dari Yesus, ingatkan terus malaikat pelindungmu untuk terus mendampingimu dengan doa-doa suci Bunda Perawan Maria. Jangan padam harapanmu pada salib dan kebangkitan Kristus.

Kedua, kematian adalah tanda rahmat dan berkat, ketika kebangkitan Kristus menyelamatkan hidup kita sekalian. Bangkitkanlah senantiasa iman akan hidup abadi di dalam Kristus dan lahirkanlah selalu kerinduan untuk berjumpa dengan Yesus di taman Firdaus pengampunan dan kerahiman ilahi. Tanpa kerinduan ini, kematian akan menjadi mitos yang menakutkan dan membahayakan.

Baca Juga:  Misa Gregorian: 30 Hari Tanpa Terputus

Ketiga, kita pasti akan jatuh dalam dosa dan kesalahan. Masa Prapaskah menjadi saat yang tepat untuk membaharui diri, dalam pertobatan dan pengampunan. Janganlah keras dengan hatimu, dengan sejengkal amarah dan kebencian, sebaliknya lembutkanlah hatimu dalam rahmat cinta dan pengampunan, untuk menerima kekurangan dan kelemahan diri, orang lain dan dunia, dengan hati yang siap mengampuni dan memaafkan.

Marilah menghayati jati diri sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus oleh kasih Yesus yang telah “mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan” kepada Allah Bapa. Sungguh luar biasa cinta Tuhan Yesus dalam hidup kita, ketika kita sekali waktu akan menikmati janji Kristus yang menyelamatkan jiwa dan raga kita.

Semoga Bunda Maria mendoakan harapan dan iman kita sekalian, dan semoga rahmat cinta Allah meneguhkan setiap perjuangan iman ditengah ketakutan dan kegelisahan dunia. Tuhan memberkati. Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles