HIDUPKATOLIK.COM – “PUTERI-puteri yang tercinta, Allah telah memberikan rahmat kepada Anda untuk menarik diri dari kegelapan dunia yang menyedihkan ini dan telah mengumpulkan Anda untuk pelayanan Tuhan Yang Mahaagung. Selayaknya Anda berterima kasih sedalam-dalamnya karena Ia telah memberkati Anda masing-masing dengan rahmat yang begitu khusus.”
Ungkapan dalam Prakata Regula St. Angela Merici ini menjadi sumber utama bagi para Puteri Ursulin dalam setiap karya mereka. Bahwa hendaknya para Ursulin menyadari konsekuensi dan betapa mengagumkannya keluhuran panggilan ini. Para Puteri St. Angela dengan seluruh ketaatannya berjuang untuk tetap setia kepada panggilan Tuhan. Mereka harus berjuang, mencari, dan mendambakan semua jalan yang dibutuhkan untuk bertahan sampai akhir.
Kini biara Ursulin dan persekolahan Santa Maria Jalan Juanda, Jakarta telah memasuki 165 tahun kehadiran di Nusantara. Tak sedikit mereka menghadapi ragam pencobaan dunia, seperti setan yang tak pernah tidur. Sebagaimana ungkapan St. Petrus, “Seperti singa yang mengaum-ngaum mencari mangsanya… (1 Pet. 5:8).”
Walau begitu, St. Angela pernah berpesan, “Tidaklah cukup untuk memulai, bila tanpa ketahanan. Qui perseverit usque in finem, hic salvus erit (Dia yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan).
Relasi Personal
Semangat kataatan dilengkapi perintah St. Angela, para Puteri Ursulin berusaha menemukan sumber pertama mereka dalam Injil dan mengikuti Kristus. Inilah spiritualitas utama Ursulin. Sang pelindung, St. Angela mengharapkan setiap Ursulin memiliki semangat yang harus berpusat kepada Yesus Kristus yang merupakan satu-satunya kehidupan dan harapan.
Hal ini sebagaimana diungkapkan Pimpinan Biara Ursulin Jalan Juanda Jakarta, Sr. Maria Dolorosa Sasmita, OSU. Menurutnya, St. Angela selalu mengharapkan para pengikutnya merasakan sapaan akrab Kristus untuk menjalani hubungan dengan-Nya. Meski begitu, Sr. Dolorosa menegaskan keakraban itu tak datang begitu saja. Hubungan intim itu tercipta lewat doa-doa panjang St. Angela yang membawanya menginjili semua orang lewat kata-kata dan kesaksian.
Sebabnya, tidak ada cinta lain dalam hati St. Angela. Cinta ganda itu tercipta andaikata melayani Tuhan dan sesama. “Sebab hubungan erat St. Angela dengan Yesus dipelihara dalam doa, diekspresikan dalam pelayanan kepada orang lain, khususnya anak-anak yang membutuhkan di bidang pendidikan,” ujar Sr. Dolorosa.
Dalam perjalanan panjang, persatuan St. Angela dan Yesus ini lantas diekspresikan oleh para Ursulin dalam kehidupan doa dan karya. Kontemplasi dan aksi menjadi corak hidup yang sampai hari ini masih dipraktikkan para Puteri Ursulin. “Dua hal ini tak dapat dipisahkan. Berjalan harmonis antara kehidupan doa dan karya,” kata Sr. Dolorosa.
Demi “Jiwa-jiwa”
Selanjunjutnya, St. Angela melihat pelayanan kepada sesama harus berlandaskan semangat Soli Deo Gloria, (demi Kemuliaan Tuhan dan Keselamatan Jiwa-jiwa). Semangat ini juga menjadi semangat dasar para Putri Ursulin melayani di bidang pendidikan. Para Ursulin terdorong untuk membawa “jiwa-jiwa”, terutama jiwa generasi muda yang tak memiliki aksep pendidikan, tak berdaya, kecil, dan dimarginalkan. Setiap orang di mata St. Angela berharga. Demikian juga para Putri Ursulin memandang “jiwa-jiwa” yang kecil dan lemah layak, layak diselamatkan.
Dalam usaha menemukan “jiwa-jiwa” itu, St. Angela mengharuskan para puterinya untuk terus mengabdi dengan tulus. Semboyan Serviam, (Saya Mau Melayani) adalah satu semangat hidup yang terpenting dalam membangun sebuah sistem pendidikan Ursulin hingga saat ini. Dasar seorang pendidik adalah harus yakin bahwa Allah akan membantu dalam segala hal. St. Angela selalu berpesan, “Berdoa kepada-Nya dengan rendah hati, percayakan diri kepada kekuasaan-Nya Yang Mahabesar.” Kiranya para Putri Ursulin tidak ragu-ragu dalam mengabdi, karena Kristus yang memilih para Ursulin untuk tugas berat ini.
Menjadi pendidik di mata St. Angela adalah panggilan khusus. Sebuah tugas mulia karena membimbing anak-anak Allah. Maka setiap orang pantas dihargai, dicintai. Semakin besar mencintai mereka, semakin besar pula kesanggupan Putri Ursulin melayani Kristus. Maka tujuan pendidikan menurut St. Angela adalah mendidik dengan kehalusan serta kebaikan hati. Jangan memaksakan atau berkata kasar. Usahakan agar selalu berbuat baik. Hal ini sebagaimana pesan Yesus, “Belajarlah dari pada-Ku, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati…” (Mat. 11:29).
Menggetarkan Hati
Karakter lemah lembut dan rendah hati kini menjadi keutamaan hidup bagi para subyek bina dan para alumni. Christin Oey Ay Hwa, alumna Sekolah Pendidikan Guru St. Maria tahun 1981 bercerita, pengalaman yang berkesan adalah pendalaman iman dan semangat kasih yang dibangun di persekolahan St. Maria. Ada doa rutin dan lagu Serviam yang kalau dinyanyikan begitu menggetarkan jiwa. “Rasanya termotivasi untuk menjadi orang baik,” cerita Christin yang sekarang menetap di Kanada.
Cerita lain datang dari Trisnawati Mulia. Kenangan yang tak dilupakan Trisnawati adalah pembentukan karakter, disiplin dan etiket yang hidup di persekolahan Santa Maria. Alumna SD dan SMP Santa Maria 1956 ini bercerita, nilai-nilai Ursulin yang paling dirasakannya adalah sopan santun, menghargai orang lain, jujur, dan hidup disiplin. “Saya ingat ada seorang guru mengajar Aljabar, Ilmu Ukur, dan Ilmu Murni, alm. Sr. Deodata Hocevar, OSU adalah seorang yang sangat disiplin. Tetapi itu berguna bagi masa depan kami saat ini,” ungkap Pejabat Akta Tanah ini.
Sementara cerita yang paling berkesan menurut HC Martha Tilaar adalah nilai-nilai Ursulin yang kental. Ada nilai kedisiplinan, kejujuran, sikap melayani, rendah hati, dan semangat saling berbagi. Founder Martha Tilaar Group ini berharap persekolahan Santa Maria tetap bertahan dan terus melayani dengan hati agar semakin banyak orang menemukan Kristus dalam hidup sehari-hari. “Semoga Persekolahan Santa Maria tetap bertahan di tengah arus zaman, sambil terus melayani dengan hati,” ungkap alumna SGA Santa Maria 1958 ini.
Yusti H. Wuarmanuk
(HIDUP Edisi No.09/28 Februari 2021)